Thursday, March 5, 2015

Manfaat Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelajaran - 2 (Habis)

Berikut ini adalah beberapa contoh permainan tradisional yang dapat dijadikan media pembelajaran berikut nilai edukasi yang terkandung di dalamnya.

2. Congklak

Congklak merupakan permainan yang hanya bisa dimainkan oleh dua orang saja. Pada zaman dahulu, permainan ini hanya dimainkan oleh anak perempuan saja karena tidak melibatkan kontak fisik. Namun anak laki-laki juga banyak menyukai permainan ini.

Nama congklak sendiri merujuk pada alat atau media permainannya. Yakni sebuah papan berbentuk sampan yang terbuat dari kayu atau plastik. Dalam papan tersebut terdapat 16 lubang yang berbaris dan berbanjar. Dua diantaranya memiliki ukuran paling besar dan terletak di ujung sisi papan. Kedua lubang itu disebut lumbung.

Selain papan dengan lubang-lubang, permainan ini juga membutuhkan biji-biji. Pada awalnya digunakan biji kerang, namun dapat pula diganti dengan lainnya.

Dalam memulai, masing-masing pemain harus mengisi lubang yang di hadapannya masing-masing 7 buah biji kecuali lumbung. Kemudian secara bergantian pemain mengambil biji dari salah satu lubang dan menjatuhkan biji-biji tersebut satu persatu hingga biji di genggaman pemain tak tersisa. Pemenangnya adalah yang memiliki lebih banyak biji di lumbungnya.

Manfaat dari permainan ini, anak-anak akan diajarkan strategi entrepreneurship. Selain itu gerak motorik dan kemampuan berpikir anak akan dilatih secara bersamaan. Ini artinya baik otak kiri dan otak kanan akan sama-sama bekerja.

Pada saat dewasa permainan ini akan melatih kemampuan berstrategi dan prinsip dasar berwirausaha.


1. Congklak

3. Engklek

Engklek merupakan permainan yang juga sangat populer. Permainan ini juga dimainkan di banyak Negara. Permainan ini dilakukan dengan membuat sebuah pola tertentu di tanah atau lantai. Para pemain lalu mencari sebuah benda yang dapat ia gunakan sebagai penanda tempat berhentinya yang dikenal dengan istilah ucak, gacuk, atau istilah lain yang berbeda di setiap daerah.

Pada permulaan permainan, ucak atau gacuk diletakkan pada kotak paling bawah dari gambar engklek, atau dapat kita sebut sebagai kotak start (mulai). Lalu pemain yang terpilih bermain pertama kali melempar ucaknya di kotak yang di sebelahnya dan mulai berjalan dengan satu kaki pada kotak-kotak yang kosong. Dengan arti lain, jika sebuah kotak engklek terdapat ucak di dalamnya, maka kotak tersebut tidak boleh diinjak. Pemain juga tidak boleh menginjak garis agar dapat meneruskan permainannya. Demikian seterusnya hingga pemain yang berhasil terlebih dahulu meletakkan ucaknya memutari seluruh kotak atau gambar engklek, maka dialah pemenangnya.

2. Engklek

Selain melatih ketahanan fisik anak, permainan ini juga bermanfaat untuk keseimbangan anak tubuh anak dan belajar menerima kekalahan dan kemenangan.

Pada saat dewasa permainan ini akan menyumbang ketahanan fisik dan metabolisme tubuh. Juga menumbuhkan sikap berjiwa besar dan lapang dada.

Demikianlah beberapa permainan tradisional yang dapat dijadikan media pembelajaran anak-anak serta manfaat yang diperoleh sebagai bekal anak ketika dewasa. Pada prinsipnya, permainan tradisional tidak membutuhkan alat tertentu dalam memainkannya. Aneka permainan tradisional dapat dimainkan dengan menggunakan benda-benda di sekitar. Sehingga dapat melatih anak menjadi pribadi yang kreatif, produktif dan menghindari sifat konsumtif sejak dini. Selain ketiga permainan di atas masih banyak lagi permainan tradisional Indonesia yang memiliki segudang manfaat bagi pemainnya. Jika tidak dilestarikan, salah satu warisan budaya nusantara tersebut tentu akan hilang ditelan zaman.

Oleh : Tika Dwi
Sumber tulisan:
http://moharifstainta.blogspot.com/2013/10/permainan-tradisional-sebagai-media.html
http://antoksoesanto.blogspot.com/2014/08/pengertian-dan-macam-permainan-tradisional.html

Gambar:
1. http://www.rumahku.com/berita/read/mengenal-congklak-doddle-google-pada-hari-anak-nasional-2014-408661
2. http://sarwoono.blogspot.com/2012/11/engklekingkling-permainan-tradisional.html

Manfaat Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelajaran - 1

Permainan tradisional memang sedang naik daun. Setelah sekian lama tergeser oleh maraknya gadget-gadget yang menyajikan permainan modern, kini popularitas dan geliat pemainnya semakin meriah. Dipelopori oleh komunitas Hong, yaitu sebuah komunitas pecinta permainan tradisional di Bandung yang menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat yang ingin bermain dengan permainan tradisional khususnya permainan yang berasal dari Sunda. Sejak berdiri tahun 2005, komunitas ini sukses menumbuhkan kembali minat masyarakat Indonesia terhadap permainan tradisional yang sempat ditinggalkan, bahkan hingga ke mancanegara.

Selain menyenangkan, ternyata permainan tradisional memiliki manfaat pembelajaran terutama bagi anak-anak yang memainkannya. Oleh sebab itu, kini banyak wacana yang mengemukakan pentingnya permainan tradisional sebagai media pembelajaran. Lantas, apa yang dimaksud dengan media pembelajaran? Menurut Moh. Arif, M.pd, media pembelajaran adalah alat bantu yang bisa digunakan sebagai penyalur pesan agar pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan lebih baik sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Sedang dalam praktiknya permainan tradisional tidak dipandang sebagai media yang mampu memberikan nilai-nilai edukasi kepada anak-anak yang memainkannya, padahal permainan tersebut mengandung nilai-nilai pembelajaran turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa kita.

Pada prinsipnya permainan adalah sesuatu yang menyenangkan atau menggembirakan untuk dimainkan. Pada permainan tradisional, pemainnya tidak sekedar mendapat kesenangan saat memainkannya, tetapi juga berbagai macam fungsi dibalik permainan tersebut, dalam hal ini adalah fungsi pembelajaran. Hal ini tidak lain karena permainan tradisional merupakan bentuk simbolisasi dari berbagai pengetahuan generasi pendahulu kita yang mencakup berbagai pesan moral dan edukasi di dalamnya.

Berikut ini adalah beberapa contoh permainan tradisional yang dapat dijadikan media pembelajaran berikut nilai edukasi yang terkandung di dalamnya.

1. Petak Umpet


1. Petak Umpet

Permainan ini sangat populer, hampir semua orang pernah memainkannya. Permainan ini merupakan permainan berkelompok, di mana sebelum memulai, para pemain harus terlebih dahulu menentukan satu orang penjaga gawang atau poin tempat para pemain harus memulai dan mengakhiri permainan.

Permainan dimulai saat penjaga tersebut menutup matanya dan menghitung 1 hingga 10 atau sesuai dengan kesepakatan, sehingga memberi kesempatan bagi pemain lain untuk bersembunyi. Setelah hitungan selesai, si penjaga harus menemukan teman-temannya yang bersembunyi tersebut. Anak yang ditemukan pertama kali oleh si penjaga, akan menggantikan posisinya sebagai penjaga gawang. Namun adakalanya penjaga ditentukan dengan hompimpa atau suit, yaitu mengundi dengan menggunakan tangan.

Manfaat yang didapat dari permainan ini sangat beragam. Anak-anak akan aktif bergerak sekaligus berpikir. Adakalanya anak-anak diharuskan untuk berpikir mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, adakalanya pula berpikir tempat seperti apa yang digunakan teman-temannya untuk bersembunyi. Hal ini dapat memupuk rasa ingin tahu dan pantang menyerah. Serta mengambil keputusan apakah harus bersembunyi secara berkelompok, ataukah sendiri.

Pada saat dewasa, pengalaman ini berguna dalam melatih insting, mengatur strategi, dan kestabilan emosi dalam bersosialisasi serta menghadapi dunia kerja.

Bersambung ke Bagian 2

Oleh : Tika Dwi
Sumber tulisan:
http://moharifstainta.blogspot.com/2013/10/permainan-tradisional-sebagai-media.html
http://antoksoesanto.blogspot.com/2014/08/pengertian-dan-macam-permainan-tradisional.html

Gambar:
1. http://zonexpose.blogspot.com/2014/06/tempat-sembunyi-petak-umpet.html

Permainan Tradisional Jawa – Jawa Timur

Permainan tradisional adalah permainan yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya, permainan tradisional juga memiliki banyak manfaat bagi fisik, perkembangan sosial, emosi, untuk mengasah ketrampilan dan lain-lain. Karena berbagai manfaat itulah maka sebenarnya permainan tradisional sangat baik untuk diajarkan dan dimainkan oleh anak. Permainan tradisional tentu akan melatih anak untuk bersosialisasi, berbeda dengan permainan-permainan jaman sekarang yang membuat anak cenderung bersifat individualis.

Kali ini permainan tradisional jawa yang akan kita bahas adalah permainan dari Jawa Timur, sebagian diantaranya:

  1. Patil Lele

    Permainan Patil Lele membutuhkan konsentrasi dan ketahanan fisik yang baik, terutama kekuatan pada tangan. Permainan ini kebanyakan dimainkan oleh anak laki-laki, bisa dimainkan di halaman rumah atau tanah lapang. Permainan ini merupakan permainan kelompok walau bisa juga bila hanya dua orang, tapi akan lebih seru bila berkelompok.

    Cara Bermain:

    • Pertama harus menyiapkan alat untuk bermainnya dulu yaitu dua potong kayu, yang satu berukuran 40 cm(induk) dan yang satu 6/7cm (anak), yang kemudian induk akan digunakan untuk memukul anak. Kemudian siapkan juga sebuah lubang di tanah berukuran kurang lebih 10cm, yang akan menjadi tempat tolakan potongan kayu.
    • Bila pemain sudah dibagi dalam 2 kelompok, seperti biasa tentukan siapa yang kalah dan menang. Yang kalah bertugas jaga dan yang menang bermain.
    • Tahap pertama, permainan dimulai saat potongan kayu “anak” diletakkan di atas lubang, yang kemudian dicukil dari bawah dengan induk sejauh mungkin oleh salah satu anggota kelompok yang menang. Setelah “anak” dicukil “induk” harus diletakkan di lubang tadi dalam posisi melintang. Semua pemain yang jaga berusaha untuk menangkap “anak”, bila berhasil maka pemain yang tadi mencukil dianggap gagal. Bila tidak ada yang berhasil menangkap maka pemain jaga harus melempar “anak” ke arah lubang dan harus mengenai “induk”, bila mengenai “induk” maka pemain yang tadi mencukil dianggap gagal dan berganti jaga, tapi bila tidak mengenai maka dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.
    • Tahap kedua, “anak” diletakkan dengan posisi menancap dalam posisi miring di atas lubang, kemudian ujung “anak” yang ada di luar lubang dipukul dengan “induk” hingga meloncat ke atas. Saat itulah pemain yang tadi mencukilnya harus memukul sejauh-jauhnya dengan “induk”, bila tidak bisa memukul maka dianggap gagal. Dan seperti tahap satu tadi pemain jaga harus bersiap untuk menangkap “anak”, aturannya pun masih sama.
    • Setiap pemain jaga berhasil menangkap atau saat melempar anak dan mengenai “induk” akan ada poin yang nilainya telah disepakati bersama sebelum permainan.
  2. Petak umpet

    Petak umpet bisa dilakukan di halaman dan di lapangan, bisa dilakukan anak laki-laki sekaligus perempuan.

    Cara Bermain:

    Untuk cara bermain petak umpet sepertinya di daerah manapun peraturannya sama, yaitu pemain minimal ada 3 orang tapi lebih seru bila dilakukan ramai-ramai. Pertama pemain menentukan 1 pemain yang kalah, kemudian pemain yang kalah menutup matanya sambil menghitung 1-20 misalnya dan saat itu pemain yang lain harus sembunyi, setelah selesai menghitung pemain yang kalah harus mencari temannya sambil menyebut namanya. Bila semua pemain sudah ditemukan maka pemain yang pertama kali ditangkap, giliran menjadi pemain yang harus menghitung dan mencari teman lain. Tetapi bila ada salah satu pemain yang berhasil memegang pohon/tiang yang disepakati sebagai tempat kembali tanpa diketahui oleh pemain kalah maka pemain yang kalah harus rela untuk menghitung lagi, dan begitu seterusnya.

Permainan tradisional Jawa Timur yang lain masih banyak, seperti keladi, lompat tali dan lain-lain.

Permainan tradisional dari suatu daerah sebenarnya banyak memiliki kemiripan dengan permainan tradisional dari daerah lain, bisa hanya berbeda namanya karena memang perbedaan bahasa dan mungkin tahapannya juga agak sedikit berbeda. Misalnya permainan Patil Lele yang mirip dengan permainan Benthik, Congkak mirip bahkan sama dengan Dakon, dan lain sebagainya.

Namun kebanyakan permainan tradisional dari daerah manapun selalu mengajarkan kebersamaan, kesederhanaan, cekatan, ketrampilan, dan lain-lain. Banyak nilai positif yang dapat diambil dari tiap permainan tradisional.

Oleh: Novita Prahastiwi
Referensi: http://lbbkapurputih.wordpress.com/2012/06/06/permainan-tradisional-jawa-timur/

Sejuta Manfaat Permainan Tradisional Indonesia - 2

Main dan permainan merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dari dunia anak-anak. Seiring dengan perkembangan zaman, media yang digunakan oleh anak-anak untuk bermain semakin berkembang pula. Hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun teknologi telah mengubah pola anak-anak dalam bermain.

Semula, gaung atau hasrat untuk kembali memainkan dan mengenal lebih jauh tentang permainan tradisional Indonesia adalah karena alasan kecintaan terhadap warisan budaya bangsa, karena sebagian besar permainan tersebut sudah tidak dimainkan lagi sehingga hampir punah. Namun ternyata selain itu diketahui pula berbagai manfaat yang didapat dari permainan tradisional ini, terutama bagi tumbuh kembang anak. Apa sajakah manfaat permainan tradisional bagi tumbuh kembang anak? Di bawah ini dijabarkan beberapa diantaranya.

3. Benteng

Salah satu permainan berkelompok asli Indonesia yang mulai punah. Permainan ini dimainkan oleh 4 hingga 8 orang anak. Dalam memainkannya dibutuhkan sebuah bola, sebelum bola tenis populer, anak-anak pada masa lalu membuat bola sendiri yang berasal dari dedaunan, plastik, kulit pisang dan karet, dibentuk menjadi bulatan hingga sebesar bola tenis.

Sebelum memulai permainan pemain harus menentukan sebuah tiang atau pilar atau dinding, dapat juga pohon yang disebut benteng. Selanjutnya adalah membagi seluruh peserta yang ada ke dalam dua kelompok. Satu kelompok akan menyerang kelompok lain yang akan berusaha mencapai benteng. Jika berhasil menyentuh benteng tanpa terkena lemparan bola, maka kelompoknya dinyatakan menang. Manfaat dari permainan ini adalah melatih jiwa kepemimpinan dan mematuhi instruksi demi kemenangan kelompok. Kecerdasan emosional juga banyak dilatih dalam permainan ini, hal yang sangat dibutuhkan ketika anak telah terjun langsung dalam masyarakat. Ketangkasan melempar dan menangkap bola serta menghindari serangan juga dibutuhkan. Selain membakar kalori tubuh, permainan ini akan membuat seluruh saraf motorik pada anak bekerja optimal.

4. Gebok

Jika sudah lelah bermain benteng, bola yang digunakan sebelumnya, terutama yang sudah susah-susah dibuat sendiri itu jangan dibuang. Bola yang sama dapat juga digunakan untuk bermain gebok. Permainan yang hampir tidak pernah terdengar lagi ini merupakan permainan kelompok yang juga menggunakan media bola tenis atau bola buatan. Gebok artinya menghajar lawan dengan bola, jadi salah satu tim harus menjadi penggebok tim lain.

Selain bola, permainan gebok juga membutuhkan batu atau lempengan yang bisa disusun ke atas. Kemudian pemain menentukan kelompok yang menjadi penggebok dan yang menjadi penjaga batu dengan cara suit. Tim yang menang akan menggebok susunan batu hingga rubuh, lalu mulai berlari menghindari “gebokan lawan”. Selain menghindari terkena gebokan, tim tersebut diharuskan menyusun batu tersebut kembali seperti semula. Jika berhasil menyusun batu sebelum seluruh anggotanya terkena lemparan bola atau gebok, maka tim tersebut menang, jika tidak maka posisi mereka akan berbalik menjadi penjaga batu.

Manfaat yang didapat dari permainan ini sangatlah banyak. Selain menyehatkan tubuh karena menuntut gerak fisik, seperti berlari, melempar dan menangkap bola. Permainan gebok juga melatih rasa sportivitas anak, kerja sama tim dan ketangkasan membidik dan menyusun lempengan batu secara cepat. Dalam kehidupan setelah dewasa, pengalaman ini akan menuntun mereka menjadi seorang pengambil keputusan yang tepat. Mampu berpikir dan berencana secara taktis di saat-saat genting seakan takut terkena gebok. Sportivitas yang dibangun sejak dini akan menghasilkan pribadi yang tidak takut menerima kekalahan, dan siap apabila menerima kemenangan.

5. Gasing

Permainan ini sangat populer di kalangan anak laki-laki. Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan keterampilan. Permainan gasing merupakan permainan memutar sebuah bidak dari kayu dengan benang nilon. Bidak inilah yang disebut dengan gasing. Gasing memiliki bentuk yang berbeda-beda di tiap daerah. Namun cara bermainnya tetap sama, yakni memutar gasing dengan benang nilon. Gasing dapat juga dimainkan beramai-ramai, biasanya masing-masing pemilik gasing akan mengadu gasing siapa yang paling lama berputar, atau bahkan mengadu dengan cara membenturkan dua buah gasing, siapa yang masih berputar setelah berbenturan, maka dialah yang menang.

Manfaat yang didapat dari permainan ini adalah melatih konsentrasi dan kreativitas. Seringkali pemilik gasing menghias gasingnya agar berbeda. Anak-anak juga dapat mempelajari bagaimana sebuah gasing dapat berdiri tegak ketika berputar, juga menghitung tenaga dan panjang nilon yang digunakan untuk menambah atau menurunkan kecepatan putar dan hal-hal menarik lainnya yang berhubungan dengan fisika. Ketika dewasa, kebiasaan berpikir kritis dan fokus akan membantu mereka menggapai cita-cita.

Demikianlah sekelumit dari berjuta manfaat yang dapat diperoleh dari permainan tradisional Indonesia. Meski sempat ditinggalkan karena terkesan kuno dan tidak mendidik, namun segala pendapat tersebut kini terbantahkan seiring dengan pamor permainan tradisional sebagai warisan budaya semakin meningkat. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang tadinya tidak peduli dengan nasib permainan tradisional, kembali memainkan permainan tradisional tersebut dan memperkenalkan kepada anak-anak mereka. Apalagi setelah semakin banyak informasi yang disebarkan mengenai sejuta manfaat permainan tradisional bagi tumbuh kembang anak terutama kecerdasan berinteraksi dan bersosialisasi, membuat masyarakat semakin bersemangat melestarikan aneka permainan tradisional.

Oleh : Tika Dwi

Wednesday, March 4, 2015

SEJUTA MANFAAT PERMAINAN TRADISIONAL INDONESIA - 1

Main dan permainan merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dari dunia anak-anak. Seiring dengan perkembangan zaman, media yang digunakan oleh anak-anak untuk bermain semakin berkembang pula. Hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun teknologi telah mengubah pola anak-anak dalam bermain.

Sebagai contoh, jika berpuluh tahun silam anak-anak asyik bermain membaur dengan alam, kini anak-anak hampir tak pernah bersentuhan dengan alam. Jika dahulu pengertian bermain berarti aktif bergerak hingga mengeluarkan keringat, kini bermain berarti hanya duduk diam dengan gadget tanpa melibatkan banyak saraf motorik. Padahal penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang telah terpapar gadget elektronik sejak usia dini, dapat memicu gangguan kognitif, defisit perhatian, kurang dapat mengendalikan diri hingga mudah depresi yang kemungkinan besar akan terbawa hingga mereka dewasa.

Permainan modern untuk anak-anak memang pada awalnya terlihat menyenangkan dan mendidik, namun ternyata jika membandingkan manfaat yang didapat antara bermain permainan modern yang notabene membutuhkan gadget mahal sebagai media bermainnya dengan permainan tradisional yang hanya membutuhkan kreativitas, permainan tradisional-lah yang mampu menutupi semua kelemahan permainan modern.

Semula, gaung atau hasrat untuk kembali memainkan dan mengenal lebih jauh tentang permainan tradisional Indonesia adalah karena alasan kecintaan terhadap warisan budaya bangsa, karena sebagian besar permainan tersebut sudah tidak dimainkan lagi sehingga hampir punah. Namun ternyata selain itu diketahui pula berbagai manfaat yang didapat dari permainan tradisional ini, terutama bagi tumbuh kembang anak. Apa sajakah manfaat permainan tradisional bagi tumbuh kembang anak? Di bawah ini dijabarkan beberapa diantaranya.

  1. Layang-layang
    Layang-layang adalah sejenis permainan individu yang membutuhkan keterampilan menerbangkan benda yang terbuat dari bambu dan kertas. Tidak hanya di Indonesia, permainan ini juga populer di manca Negara. Banyak Negara mempopulerkan permainan ini dengan mengadakan festival layang-layang di Negara mereka. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga gemar memainkan permainan ini. Manfaat yang diperoleh dari permainan ini bagi anak-anak adalah mengerti arah mata angin, melatih kesabaran dan kegigihan dalam menjaga agar layang-layang tersebut tetap terbang ataupun menjaga agar talinya jangan sampai putus. Hal-hal seperti ini akan melatih anak-anak membaca situasi alam dan terbiasa menyelaraskan kehidupan antara kesenangan dan kehendak alam hingga mereka dewasa.

  2. Galasin (Sambar Elang)
    Mungkin tidak semua orang pernah memainkan permainan ini, apalagi anak-anak pada zaman kini. Ketersediaan lahan untuk memainkannya merupakan salah satu alasan mengapa permainan ini perlahan ditinggalkan dan akhirnya terlupakan. Cara memainkan permainan ini sangatlah mudah, namun membutuhkan strategi dan kerja sama tim. Galasin harus dimainkan paling sedikit 6 atau 8 anak yang dibagi atas dua kelompok, semakin banyak pemainnya semakin seru permainan ini. Setiap kelompok ditunjuk satu orang sebagai induk, dan lainnya adalah anak elang.

    Setelah membagi anggota sama banyak, kemudian membuat garis yang panjangnya tergantung dari jumlah peserta. Contohnya, jika dalam satu kelompok terdiri dari 8 orang, maka garis yang buat sekitar 3 atau 4 meter, sebanyak 4 buah. Masing-masing garis harus dijaga oleh dua orang anak, sedangkan kelompok lain harus menyeberangi keempat garis tersebut secara bergantian maupun berpasangan tanpa tertangkap oleh para penjaganya. Jika salah satu anggota tertangkap maka kelompok tersebut dinyatakan kalah dan berganti tugas sebagai penjaga garis.

    Manfaat dari permainan ini sangat banyak. Anak-anak menjadi sehat karena aktif bergerak dan berkeringat. Selain itu, bagi anak yang ditunjuk sebagai induk dapat melatih kemampuan berpikir dan berstrategi, serta jiwa pemimpin agar dapat membawa para anggota lainnya selamat tanpa tertangkap oleh penjaga garis. Bagi anak yang ditunjuk sebagai anak elang, mereka dapat memahami arti kerja sama tim dan mematuhi perintah. Hal-hal tersebut sangat bermanfaat bagi mereka hingga dewasa, terutama ketika berada di dunia kerja.

Oleh : Tika Dwi

Permainan Tradisional Jawa – Jawa Barat - 2

3. Egrang atau jajangkungan

Egrang atau jajangkungan adalah permainan yang memerlukan keahlian khusus. Pemainnya harus berdiri pada injakan bambu sepanjang 30cm pada bambu berukuran kurang lebih 210cm dan kedua tangan harus memegang tongkat bambu bagian atas, sehingga untuk bermain egrang ini membutuhkan latihan keseimbangan tubuh. Biasanya egrang dijadikan untuk lomba, seperti lomba lari, pemenangnya adalah yang mencapai garis finis terlebih dahulu tanpa jatuh/menginjakkan kaki ke tanah.



4. Bebentengan

Bebentengan adalah permainan yang dapat dilakukan anak laki-laki maupun perempuan, permainan ini membutuhkan area yang cukup luas dan membutuhkan dua pohon(dijadikan benteng) yang berjarak sekitar 2-4meter.

Aturan bermain: Minimal ada 6 anak yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Tiap-tiap kelompok berusaha memegang benteng kelompok lawan, dan kelompok yang berhasil menyentuh atau memegang benteng lawan terlebih dahulu adalah pemenangnya. Kemudian kelompok yang kalah mendapat hukuman dari kelompok yang menang.



5. Oray-orayan

Oray-orayan, biasanya dimainkan oleh anak laki-laki tapi sering pula anak perempuan ikut bermain. Permainan Oray-orayan tidak ada unsur perlombaan, tapi untuk sebagai hiburan saja. Oray-orayan biasanya dimainkan oleh banyak anak sekaligus misalnya lebih dari 15 orang, mereka berderet berbaris memegang pundak temannya sehingga membentuk barisan yang panjang dan mereka berjalan melingkar seperti oray, sambil bernyanyi.



6. Kelom batok

Kelom batok adalah permainan yang mengharuskan pemainnya mengatur keseimbangan serta ketahanan tubuh. Kelom atau pijakan dibuat dari tempurung kelapa yang dibelah dua. Umumnya tempurung kelapa yang digunakan adalah tempurung dengan diameter besar dan sudan tua. Tempurung kelapa yang sudah mengering dibagi dua dan bagian tengahnya diberi lubang untuk dipasang tali yang terbuat dari serat pohon pisang atau tali ijuk muda. Pemilihan serat pohon pisang ataupun serat ijuk muda, selain lentur dan kuat, juga memudahkan pemainnya untuk memainkan kelom batok.

Cara main: Tidak jauh berbeda dengan permainan egrang, yang membedakan adalah, pada permainan kelom batok tumpuan selain pada bagian kaku (pijakan) juga pada tangan ( tali pegangan). Karena tali selain berfungsi sebagai pegangan juga sebagai kendali mengatur naik turunnya kaki.  Seperti halnya permainan egrang, kelom batok dimainkan sebagai adu ketahanan, fisik juga strategi. Hal yang paling menarik dari permainan kelom batok bukan hanya kepiawaian saat mengatur keseimbangan tubuh maupun kekuatan fisik, tetapi juga dari unsur suara yang dihasilkan tempurung kelapa saat dimainkan. Semakin nyaring suaranya dan membuat harmoni nada, itulah pemain yang terbaik.



7. Ketepel atau bandring

Ketepel atau bandring adalah Mainan yang menggunakan dahan yang bercabang dua dan seimbang. Mainan ini adalah termasuk mainan yang populer dan masih bertahan, meskipun penggunaannya berbeda dengan masa lalu, yaitu untuk berburu tetapi masa sekarang hanya digunakan untuk belajar menembak sasaran. Bandring atau ketepel dianggap mainan yang berbahaya, dan akhirnya banyak dihindari dan tidak di mainkan. Mainan yang memakai tiga material yaitu kayu, karet, dan kulit. Kayu sangat mudah sekali mendapatkannya untuk material karet biasanya mereka menggunakan bahan-bahan yang ada dari mulai menggunakan karet kotor karet untuk celana pendek, karet ban bagian dalam, sampai karet gelang yang di "untun" di rangkai seperti rantai .

8. Kobak atau logak

Kobak atau logak yaitu lubang kecil yang dangkal.  Perlengkapan alat yang digunakan dalam permainan ini beberapa gundu dan lobang kecil yang dangkal sebagai sasaran untuk mencapai kemenangan. Dilakukan oleh anak-anak atau remaja laki-laki antara 2 sampai 5 orang dan bermain perorangan. Tempat bermain di ruang terbuka yang cukup luas.  Permainan ini suka memakai taruhan uang atau karet gelang. Permainan ini di samping sebagai hiburan juga melatih kecermatan dan ketangkasan melempar.

9. Meong Bangkok

Meong Bangkok bisa dilakukan oleh anak laki atau perempuan, dilakukan di tempat yang cukup luas, jumlah pemain antara 12 atau 20 orang yang berpasang-pasangan membentuk dua kelompok untuk bertanding. Permainan ini merupakan hiburan yang mengasyikkan dan mengandung unsur olah raga serta keterampilan memelihara keseimbangan. Terdapat di daerah Cibatu Kabupaten Garut.

10. Ngadu Muncang

Ngadu Muncang merupakan permainan anak-anak maupun dewasa laki-laki, merupakan pertandingan antara 2 orang pemilik kemiri, dapat dilakukan di tempat terbuka atau tertutup. Alat yang digunakan terdiri dari kemiri yang dipertandingkan, penggepit, bantalan yang dibuat dari kayu keras, penampang bantalan, dan gegendir/pemukul dari kayu yang keras. Terdapat unsur taruhan uang di kalangan pemain dewasa, sedangkan anak-anak taruhannya berupa kemiri atau kelereng. Di samping merupakan hiburan juga merupakan latihan memilih kemiri yang besar daya tahannya . Permainan ini masih dilakukan di beberapa daerah di Jawa Barat.

Selain dari permainan-permainan di atas, masih banyak permainan tradisional Jawa Barat yang lain seperti: gagarudaan, dam-daman, ular tangga, sapintrong dan lain sebagainya.

Oleh: Novita Prahastiwi
Referensi:
Prana, Indiyah. 2010. Permainan Tradisonal Jawa. Klaten: Intan Pariwara.
http://www.indonesiadalamtulisan.com/2012/07/permainan-tradisional-jawa.html
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=1006&lang=

Tuesday, March 3, 2015

Permainan Tradisional Jawa – Jawa Barat - 1

Permainan Tradisional Jawa merupakan warisan budaya leluhur yang saat ini sangat jarang ditemui atau dimainkan oleh anak-anak. Anak-anak jaman sekarang lebih memilih untuk main game online, play station, atau gadget-gadget yang saat ini dapat dijumpai di mana saja. Kita sebagai generasi penerus seharusnya lebih mengenal budaya leluhur dan melestarikannya, termasuk permainan tradisional. Untuk itu kali ini ini saya akan membahas tentang Permainan Tradisional Jawa khususnya Jawa Barat.

1. Congklak atau Dakon

Congklak atau Dakon adalah permainan yang biasanya dimainkan anak perempuan, kadang anak laki-laki juga ikut bermain. Dakon dimainkan oleh 2 orang, dan bisa dimainkan di mana saja misalnya di teras rumah.

  • Peralatannya: alat permainannya disebut dakon, yang terbuat dari kayu, memiliki 14 lubang kecil saling berhadapan yang disebut sawah, dan memiliki 2 lubang agak besar yang disebut dengan lumbung. Bila tidak ada dakon, bisa menggunakan cara lain seperti membuat lubang di tanah atau menggambar lingkaran. Untuk bijinya bisa menggunakan batu, kelereng, biji asam atau biji lainnya yang jumlahnya 7 untuk tiap sawah (98 biji).
  • Cara bermain:

    Tahap 1: Kedua pemain duduk berhadapan, dakon diletakkan di antara keduanya, dan tiap sawah diisi dengan 7 biji batu(lumbung dikosongkan). Lumbung di sisi kanan pemain A adalah milik Si A dan sebaliknya.

    Tahap 2: Kedua pemain pingsut(suit) untuk menentukan siapa yang main terlebih dahulu. Pemenangnya(misal A) mengambil biji dari sawah pertama kemudian meletakkan satu-satu di sawah berikutnya sampai berhenti di lumbungnya, kemudian giliran Si B melakukan hal yang sama.

    Tahap 3: Si A boleh memilih mau mengambil biji dari sawah yang mana saja asal sawah miliknya dan meletakkan satu-satu pada tiap sawah dan lumbung (kecuali lumbung si B). Jika biji habis di sawah yang berisi biji lain, maka A dapat mengambil biji-biji tersebut dan lanjut mengisi. Bila biji habis di lumbung, maka A dapat melanjutkan mengisi dengan memilih sawah di sisi lumbung. Jika biji habis di sawah B yang kosong maka A berhenti bermain, tetapi bila habis di sawah sendiri yang kosong dan di seberangnya yaitu sawah si B berisi maka seluruh isi sawah itu menjadi milik si A.

    Tahap 4: Setelah itu si B dapat gantian bermain, dengan peraturan yang sama. Dan permainan ini berakhir apabila sudah tidak ada biji yang tersisa di sawah. Pemenangnya adalah pemilik lumbung yang bijinya lebih banyak.




2. Sondah atau sundah mandah atau dengklek

Sondah atau sundah mandah atau dengklek adalah permainan yang dapat dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan. Permainan ini perlu kelincahan karena anak harus menjaga keseimbangan dengan bertumpu pada satu kaki. Permainan ini dapat dilakukan di mana saja, di area yang agak luas. Arenanya dibuat petak-petak dengan digaris misal dengan kapur, tiap petaknya memiliki ukuran yang sama.

  • Cara bermain:

    Tahap 1: Setiap anak akan bermain sesuai nomor urut dan harus meletakkan gacuk(dari pecahan genting/keramik/apa saja) pada petak A dan kemudian tiap anak harus melewati semua petak dari A sampai H di mana posisi petak yang ada gacuk milik kita itu harus dilompati/dilampaui, setelah sampai H harus kembali lagi. Saat di petak B pemain mengambil gacuk yang ada di petak A kemudian keluar area.

    Jika pemain berhasil tanpa kesalahan maka pemain dapat melempar gacuk ke petak B dan seterusnya.

    Pemain dianggap melakukan kesalahan bila melanggar aturan, seperti: menginjak garis petak, keluar dari petak, salah melempar gacuk(masuk ke petak yang tidak seharusnya), dan menginjak gacuk.

    Apabila pemain melakukan kesalahan maka dilanjutkan pemain berikutnya.

    Tahap 2: Pemain yang berhasil melewati semua petak berhak mendapatkan petak(sawah) dengan cara berdiri membelakangi petak, kemudian meletakkan gacuk pada telapak tangan kemudian membalik dengan cepat agar gacuk itu jatuh pada punggung tangan. Dan saat gacuk ada di punggung tangan, gacuk dilempar ke belakang dengan hati-hati agar masuk ke salah satu petak, bila gacuk jatuh di salah satu petak yang belum ada pemiliknya sawah itu berhak menjadi miliknya.

    Pemenang dari permainan ini adalah pemilik sawah terbanyak.



Oleh: Novita Prahastiwi
Referensi:
Prana, Indiyah. 2010. Permainan Tradisonal Jawa. Klaten: Intan Pariwara.
http://www.indonesiadalamtulisan.com/2012/07/permainan-tradisional-jawa.html
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=1006&lang=

Monday, March 2, 2015

Gasing, Permainan Tradisional Melayu

Seperti permainan tradisional lainnya, permainan gasing popularitasnya mulai meredup tergerus oleh pengaruh modernisasi. Menjamurnya aneka permainan modern dan game online membuat anak-anak tidak lagi melirik permainan ini. Padahal, gasing pernah menjadi permainan populer dan sangat di gemari di tengah-tengah masyarakat melayu.

Gasing merupakan permainan tradisional yang cukup populer di kalangan masyarakat melayu Riau. Gasing sebenarnya adalah nama alat atau mainan yang digunakan untuk permainan ini. Yaitu sebuah benda yang bisa berputar pada poros dan memiliki satu titik keseimbangan. Untuk bisa berputar, mainan gasing diputar cepat terlebih dahulu dengan bantuan tali khusus.

Mainan gasing terbuat dari kayu keras. Biasanya kayu yang dipilih untuk membuat gasing adalah kayu kemuning, merbau, rambai, dan durian. Potongan kayu ini kemudian dikikis dan dibentuk sehingga membentuk seperti gasing. Agar bisa diputar, gasing membutuhkan bantuan tali untuk memutar dengan cepat. Tali gasing dipilih tali yang kuat dan tidak mudah putus. Ukuran tali gasing bervariasi, tergantung ukuran tangan pemakainya. Biasanya panjang tali yang digunakan adalah 1 meter.


Gambar 1. Mainan Gasing

Sejarah Penyebaran Gasing

Meski diakui sebagai salah satu permainan tradisional nusantara, namun sejarah penyebaran gasing di nusantara belum dikenali secara pasti. Konon, permainan tradisional ini sudah dikenal di Pulau Natuna jauh sebelum masa penjajahan Belanda. Sementara di daerah Sulawesi Selatan, gasing baru dikenal pada kisaran tahun 1930-an.

Gasing merupakan permainan yang akrab dengan kaum laki-laki. Biasa dimainkan oleh anak-anak, remaja hingga dewasa. Biasanya, masyarakat di pedesaan memainkan permainan ini di halaman rumah yang luas, bertanah keras dan datar. Permainan bisa dilakukan dalam bentuk perorangan maupun antar group. Jumlah pemain bervariasi, tergantung kondisi dan kebiasaan di daerah masing-masing.

Saat ini, popularitas permainan gasing memang sudah mulai meredup tergerus oleh gelombang modernisasi. Biasanya permainan ini masih bisa ditemukan di daerah pedesaan. Terutama pada perayaan hari-hari besar keagamaan dan tujuh belasan. Pada momen ini biasanya permainan gasing diperlombakan untuk memeriahkan perayaan hari-hari besar keagamaan, seperti perayaan tahun baru Islam, Idul Fitri dan hari besar kebangsaan seperti tujuh belasan..

Cara Bermain Gasing

Cara memainkan gasing ini tidak terlalu sulit. Pertama; tali dililit hingga habis pada gasing. Ujung tali yang dibuat simpulan diselipkan pada salah satu jari tangan kanan agar tidak lepas saat melempar gasing. Pegang gasing yang sudah dililit dengan tali tersebut dengan tangan kanan. Kemudian lemparkan dengan gerakan memutar ke tanah. Gasing akan terlepas dari lilitan tali dan terlempar dengan gerakan berputar ke tanah. Jika cara melemparnya benar, di tanah gasing akan berputar pada satu poros dan bertumpu pada satu titik keseimbangan.

Demikian informasi tentang gasing, permainan tradisional melayu. Semoga bermanfaat.

Oleh: Neti Suriana

Gambar:
1. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1429/permainan-gasing

Permainan Tradisional Jawa – Jogja

Setelah sempat membahas mengenai permainan tradisional jawa dari Jawa Barat dan Jawa Tengah, sekarang kita akan membahas permainan tradisional dari Jogja.



  1. Ancak-Ancak Alis

    Permainan ancak-ancak alis bisa dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan, dan dimainkan beramai ramai.

    Cara bermain:

    Dua orang anak menggabungkan kedua tangan mereka dan diangkat tinggi-tinggi agar bisa dilewati teman mereka. Kemudian anak-anak yang lain membuat rangkaian, setelah itu satu persatu memasuki melewati kedua anak tadi, sambil menyanyikan lagu. Permainan ini hampir sama dengan permainan Ular Naga, hanya saja lagunya yang berbeda.
  2. Udan barat

    Permainan ini menggunakan pecahan ubin/genting disebut gacuk.

    Cara Bermain:

    Pemain melemparkan batu ke garis, pemain yang gacuknya paling dekat dengan garis dia yang mulai main. Gacuk dipasang di kaki, kemudian orang berjalan jingkat jingkat dengan gacuk terpasang di satu kaki. Konsekuensi bagi yang kalah dalam permainan ini harus menggendong teman yang menang, dari garis ke garis.
  3. Bangun duduk

    Permainan ini dapat dimainkan anak laki-laki maupun perempuan. Minimal pemain dalam permainan ini tiga orang. Permainan ini selain bisa untuk mengisi waktu luang juga bisa melatih kecepatan, karena dalam permainan ini diharuskan untuk berlari.

    Cara bermain:

    Semua pemain melakukan “hom pim pah” kemudian siapa yang kalah menjadi penjaga. Setelah diketahui siapa yang menjadi penjaga permainan dapat dimulai, nah pemain yang menang bisa memulai mengganggu yang kalah. Penjaga/pemain yang kalah harus berhasil mengejar teman yang menang dan menyentuhnya, apabila berhasil maka pemain yang disentuh giliran jaga tetapi syaratnya pemain yang disentuh harus dalam posisi berdiri karena apabila dalam posisi duduk(jongkok) maka pemain tidak bisa disentuh dan penjaga harus mencari teman lain yang tidak jongkok. Jadi pemain menang harus waspada, bila sudah terlalu dekat dengan penjaga harus segera lari atau duduk. Pemain yang sudah jongkok tidak bisa asal berdiri, pemain harus menunggu disentuh teman lain yang tidak jongkok (bebas), bila semua pemain jongkok maka pemain jaga harus menghitung dan saat itu semua pemain harus berdiri lagi dan mulai main seperti awal.
  4. Gobak Sodor

    Permainan ini bisa dimainkan minimal 6orang, kemudian pemain dibagi dalam 2 kelompok, dalam 1 kelompok bisa campuran ada anak laki-laki dan perempuan. Permainan Gobak Sodor, biasanya dilakukan di halaman rumah yang agak luas. Permainan ini juga bisa dimanfaatkan untuk olahraga.

    Manfaat dari melakukan olahraga ini adalah kecepatan karena pemain harus berlari, kecermatan(karena harus menjaga pintu agar tidak kecolongan), kekompakan, sportifitas, dan senang(mengisi waktu luang).

    Cara bermain:

    • Sebelum permainan dimulai arena dibuat dulu atau dibuat garis-garis yang berguna sebagai pembatas dan pintu. Garis-garis yang diperlukan bisa dibuat dengan kapur.
    • Arena/garis yang diperlukan pun sederhana, kurang lebih hanya seperti ini:



      Bentuknya/jumlah pintu (garis horizontal) bisa disesuaikan dengan banyaknya pemain tiap kelompok. Gambar di atas digunakan bila jumlah pemain tiap kelompok 4 orang, jadi 3 orang jaga di tiap garis horizontal dan satu di garis vertikal. Namun bisa juga bila hanya ada 3 orang, sehingga 2 jaga digaris horizontal dan satu orang harus merangkap tugas jaga di garis/pintu depan sekaligus di garis vertikal.
    • Pemain dibagi dalam dua kelompok dengan cara setiap 2orang melakukan pingsut(suit), kemudian pemain yang kalah dan menang berkumpul dengan sesama yang kalah/menang.
    • Seperti permainan-permainan yang lain, pemain yang kalah bertugas sebagai penjaga.

      Aturan mainnya: Penjaga harus mencegat lawan agar tidak bisa lolos, masing-masing orang satu pintu (garis horizontal), namun harus ada satu yang menjaga pembatas tengah (garis vertikal tengah). Penjaga garis horizontal tugasnya berusaha menghalangi lawan yang berusaha melewati garis, sedangkan yang bertugas menjaga garis vertikal harus menjaga seluruh garis batas yang ada di tengah lapangan.

      Semua pemain yang menang harus melewati seluruh pintu(garis horizontal), kemudian kembali lagi melewati pintu-pintu tadi tanpa boleh terkena/tersentuh oleh pemain jaga. Bila berhasil maka mendapat poin dan mengulangi lagi melewati pintu-pintu, tapi bila tersentuh pemain jaga maka pemain harus rela untuk bertukar posisi dengan pemain jaga.

      Kata “Gobak Sodor” sendiri di ambil dari kata Go Back to Door. Mengapa dinamakan seperti itu, karena dalam permainan ini pemain harus melewati pintu-pintu yang setiap pintu selalu ada halangan, kemudian pemain harus kembali lagi ke pintu awal. Apabila kita cermati sebenarnya permainan ini mengandung nasihat, yaitu “Dalam kehidupan seseorang pasti melalui tahap-tahap dari lahir, remaja, namun tentu tiap tahapan itu memiliki rintangan/halangan, hingga pada akhirnya kita akan kembali lagi yaitu kepada Sang Pencipta.”
Selain dari permainan di atas masih ada beberapa permainan yang lain, seperti: gotri legendri, bethet thing thong, tawonan, jek-jekan, engklek, jamuran, dingklik oglak aglik, kempyeng, dan mungkin juga masih ada permainan tradisional dari Jogja yang tidak saya ketahui.

Oleh: Novita Prahastiwi
Referensi: http://jogjaicon.blogspot.com/2011/03/dolanan-bocah-ala-yogyakarta-yang.html