Baru-baru ini dunia memperingati hari anti korupsi yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2014. Berbagai perayaan seperti Festival Anti Korupsi di DIY digelar dengan tujuan untuk memotivasi masyarakat agar tetap istiqomah memerangi praktik korupsi. Tapi tahukah Anda bahwa sejatinya kita sejak dulu telah ditanamkan nilai-nilai luhur anti korupsi? Ya, salah satunya ialah lewat permainan sederhana “Cublak-Cublak Suweng”.
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudhel
Pak Empo lerak-lerek,
Sapa ngguyu ndhelikake
Sir-sir pong dhele kopong 3 x
Cublak-cublak suweng merupakan permainan yang dimainkan minimal 3 orang, dan akan semakin menarik jika dimainkan oleh 7 hingga 8 orang. Permainan ini dimulai dengan menentukan salah satu dari peserta permainan untuk menjadi Pak Empo, tokoh utama dalam permainan ini. Pak Empo bertugas mencari kerikil (diibaratkan :suweng) yang akan disembunyikan peserta lain. Sebelumnya Pak Empo berbaring telungkup di tengah-tengah peserta, kemudian peserta lain menaruh telapak tangannya menghadap ke atas di punggung Pak Empo.
Salah seorang dari mereka mengambil kerikil yang akan disembunyikan. Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan lagu cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari telapak tangan yang satu ke yang lainnya. Begitu seterusnya hingga lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali (biasanya 2-3 kali). Sampai pada bait terakhir Sir-sir pong dhele kopong Pak Empo bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal ini untuk mengecoh Pak Empo yang sedang mencari “suwengnya”. Masing-masing pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan dan kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe. Mereka semua tetap menyanyikan Sir-sir pong dhele kopong secara berulang-ulang sampai pak Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.
Ketika Pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi (pak Empo berbaring). Namun ketika Pak Empo berhasil menemukan orang yang menyembunyikan antingnya maka orang tersebut berganti peran menjadi Pak Empo. Permainan selesai ketika mereka sepakat menyelesaikannya.
Lagu dolanan anak-anak di Jawa karya Sunan Giri (1442 M) ini ternyata mengandung makna luhur tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia, makna yang mengajarkan tindak anti korupsi. Berikut ini penjabaran singkat makna tiap bait dalam lagu Cublak-cublak suweng.
Cublak-cublak suweng
Cublak suweng berarti tempat untuk menyimpan suweng, yaitu anting atau sebutan perhiasan untuk masyarakat jawa. Sehingga cublak-cublak suweng dapat didefinisikan sebagai tempat yang berharga atau tempat harta yang sejati.
Suwenge ting gelenter
Suwenge ting gelenter, secara bahasa berarti anting tersebut berserakan. Artinya harta sejati yang dapat berupa kebahagiaan hakiki sebenarnya berserakan di sekitar manusia.
Mambu ketundhung gudhel
Mambu berarti baunya, kethundung ialah dituju, sedangkan Gudhel adalah anak kerbau. Makna yang terkandung sebenarnya ialah banyak orang yang berusaha mencari harta sejati tersebut. Bahkan orang bodoh yang diibaratkan sebagai anak kerbau mencari harta tersebut dengan penuh nafsu, egoisme, korupsi dan keserakahan. Tujuannya ialah untuk menemukan harta sejati ataupun kebahagiaan sejati.
Pak Empo lerak-lerek,
Pak Empo ialah bapak yang ompong, lerak-lerek artinya menengok kanan kiri. Orang-orang yang mengedepankan nafsu dalam mencari harta tersebut kebingungan seperti orang tua ompong yang juga kebingungan. Meskipun harta yang mereka miliki telah melimpah, namun ternyata harta mereka ialah harta palsu. Mereka kebingungan akibat dikuasai oleh nafsu keserakahannya sendiri.
Sapa ngguyu ndhelikake
”Siapa yang tertawa, dialah yang menyembunyikan”, menggambarkan bahwa barangsiapa bijaksana dialah yang menemukan tempat harta dan kebahagiaan sejati itu berada. Sosok orang yang bijaksana ialah orang yang senantiasa tersenyum dalam menjalani setiap keadaan dan cobaan hidup, tersenyum dalam artian rendah hati dan berpikiran positif setiap saat dengan apapun yang terjadi.
Sir-sir pong dhele kopong
Sir ialah hati nurani, pong dhele kopong berarti kedelai kosong tanpa isi. Secara bahasa berarti di dalam hati nurani yang kosong. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa untuk menemukan tempat harta atau kebahagiaan sejati tersebut orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta duniawi. Mengosongkan diri dan sanubari dari nafsu keserakahan, dan menggantinya dengan pikiran positif dan sikap rendah hati serta membersihkan hati nuraninya dari segala keburuksangkaan pikiran. Hanya orang-orang bijaksana tersebutlah yang dapat menemukan kebahagiaan serta harta yang sejati.
Sehingga berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan pesan moral yang terkandung dalam permainan cublak-cublak suweng ini, sebagai berikut:
“Dalam mencari harta kebahagiaan sejati janganlah menuruti hawa nafsu serta keserakahannya sendiri, namun gunakanlah hati nurani dan berendah hatilah agar harta yang ditemukan nantinya dapat menjadi harta serta kebahagiaan yang berkah untuk diri sendiri maupun orang lain.”
Oleh : Vierta Saraswati
Referensi:
http://thefilosofi.blogspot.com/2014/01/makna-filosofi-luhur-lagu-cublak-cublak.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/bermain.permainan/permainan.tradisionalcublak.cublak.suweng/001/003/294/1/1
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXCCma2pf_eGF2L25DAmi1LoVtcrU0KdPmXiES6C7ZQbBCxE0uc1kXI68zt2h9L1W37AHev1ztzYPltrAIQlt6iW3UIva5rL_JsnVs8Bey6nZrWt-srZYc_QYyUKSjps5D6siDJWfAiWg/s1600/cublak+suweng.jpg
No comments:
Post a Comment