Sunday, January 18, 2015

Permainan Tradisional Yang Mendunia - Kelereng

Permainan tradisional Indonesia memiliki berbagai macam jenis dan varian. Meskipun banyak yang telah punah karena tidak pernah dimainkan lagi, juga bersebab keterbatasan informasi tentang asal-usul serta cara memainkannya, namun bagi beberapa orang yang telah berkecimpung dalam pelestarian permainan tradisional Indonesia, hal itu tidaklah menyurutkan langkah mereka untuk menggiatkan kembali kecintaan terhadap warisan budaya yang satu ini.

Berikut ini adalah beberapa permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak, bukan hanya di Indonesia tetapi juga anak-anak di berbagai belahan dunia.

4. Kelereng

  • Cara Bermain

    Bermain kelereng identik dengan permainan anak laki-laki. Hampir di setiap wilayah nusantara memiliki sebutan tersendiri untuk permainan ini. Seperti nekeran, gundu, guli, kaleci, ekar, kleker dan lainnya. Kelereng merupakan nama benda yang digunakan untuk bermain. Bentuknya bulat seperti bola berdiameter antara 50 hingga 60 milimeter namun ada pula kelereng tertentu yang berukuran lebih besar atau lebih kecil.

    Ada banyak jenis permainan kelereng di Indonesia, namun yang paling populer dan dimainkan hampir di seluruh daerah adalah jenis lubang dan poces. Jika bermain kelereng jenis lubang, maka pemain harus menggali lubang kecil di tanah. Masing-masing pemain secara bergantian menyentil kelerengnya agar masuk ke dalam lubang, atau dapat pula menggeser kelereng lawan agar semakin menjauhi lubang. Pemenangnya adalah siapa yang pertama kali memasukkan kelerengnya ke dalam lubang.

    Sedangkan bermain kelereng jenis poces membutuhkan jumlah kelereng yang lebih banyak, lalu semua pemain menyepakati jumlah kelereng yang harus dikumpulkan menjadi satu kemudian digambar garis pembatas yang mengelilingi kelereng-kelereng tersebut. Para pemain akan menyentil kumpulan kelereng tersebut secara bergantian dari jarak tertentu. Jika ada kelereng yang keluar melewati batas garis, maka kelereng-kelereng tersebut menjadi miliknya dan tidak perlu dikembalikan lagi. Begitu seterusnya hingga kelereng habis dan pemain yang kalah adalah yang paling sedikit sisa kelerengnya.


    Gambar 1. Kelereng

  • Sejarah Dan Asal Muasal

    Ternyata kelereng memiliki asal sejarah yang panjang. Sebuah koleksi Museum Inggris di London menunjukkan bahwa kelereng telah dimainkan sejak 2000 tahun sebelum Masehi di Mesir. Pada awalnya orang Mesir kuno memainkan kelereng dari biji-bijian lalu kelereng dibuat dari batu dan tanah liat.

    Pada zaman Romawi, permainan ini merupakan salah satu permainan dari festival Saturnalia. Selain itu menjelang Natal, mereka memiliki kebiasaan memberikan satu kantung kelereng sebagai tanda persahabatan. Pada abad ke-16 hingga abad 19, permainan kelereng sangat populer di Inggris dan kawasan Eropa lain hingga menyebar ke Amerika dan seluruh dunia.

  • Perkembangan Dan Budaya Populer

    Jika pada awalnya kelereng terbuat dari biji-bijian, tanah liat dan batu. Kelereng mengalami perkembangan dari segi bahan dan tampilan sejak abad ke- 12. Perkembangan tersebut diikuti pula dengan berbagai istilah untuk menyebut kelereng mulai dari bille, bowls dan knickers yang artinya bola kecil. Ada pula marbles kelereng berbahan marmer asal Jerman yang hingga kini digunakan untuk menyebut kelereng secara keseluruhan.

    Negeri Jerman pula yang pertama kali memperkenalkan dan memproduksi massal kelereng berbahan kaca pada tahun 1864. Kelereng ini langsung diminati pasar karena bentuknya tidak polos dan berwarna-warni. Hingga kini hanya teknologi pembuatan kelereng dari bahan kaca yang masih digunakan secara massal.


    Gambar 2. Permainan kelereng sangat populer di Timur Tengah.

Meski telah aus tergeser zaman, permainan kelereng pernah menjadi permainan favorit anak-anak Indonesia beberapa tahun silam. Meski sudah jarang dimainkan, dengan berbagai alasan, permainan ini tetap memberi kesan yang mendalam bagi anak-anak yang pernah memainkannya.

Oleh : Tika Dwi
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelereng
http://overgift.blogspot.com/2013/10/permainan-tradisional-permainan.html
Gambar:
1. http://downhomedesserts.blogspot.com/2013/10/losing-my-marbles.html
2. http://www.bidoun.org/magazine/05-icons/

No comments:

Post a Comment