Hal itu dibuktikan dengan terbentuknya beberapa komunitas permainan tradisional yang secara rutin mengadakan kegiatan guna memperkenalkan permainan tradisional Indonesia kepada khalayak ramai. Kian hari kegiatan yang dilakukan oleh komunitas-komunitas tersebut semakin mendapat apresiasi dari masyarakat. Kini semakin banyak orang tua dan guru di sekolah yang memperkenalkan permainan tradisional sebagai alternatif mainan anak-anak masa kini.
Berikut ini adalah beberapa permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak, bukan hanya di Indonesia tetapi juga anak-anak di berbagai belahan dunia.
3. Engklek
- Cara Bermain
Pemain biasanya terdiri dari dua orang atau lebih, namun dapat pula dimainkan sendirian. Sebelumnya para pemain harus menggambar sebuah pola di tanah atau lantai, ada banyak pola dalam permainan ini, tergantung tempat asal dan system permainannya. Akan tetapi secara umum peraturan permainan engklek tidak jauh berbeda. Setiap peserta harus memilih sebuah batu lempeng atau koin sebagai penanda atau dalam bahasa Jawa disebut gacuk. Pemain harus melompati kotak pola yang sudah digambar dengan satu kaki secara bergiliran. Pada pola tertentu dituntut pula untuk berjalan dan melompat baik dengan satu kaki ataupun dua kaki. Jika pemain yang dapat giliran bermain menginjak garis, berjalan dengan dua kaki ataupun kehilangan kesimbangan, itu artinya giliran teman lainnya untuk bermain.
Gambar 1. Hopscotch Indonesia. - Sejarah Dan Asal Muasal
Di dunia, permainan melompati pola kotak yang digambar di tanah atau lantai ini merupakan permainan populer hampir disetiap Negara. Meski terdapat beberapa perbedaan namun konsep permainannya tetap sama.
Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut hopschotch. Sebuah sajak di Morecambe, Inggris menunjukkan bahwa permainan ini sudah dimainkan sejak abad ke- 17. Di samping itu ada pula fakta yang menunjukkan bahwa permainan ini sudah populer sejak masa kekaisaran Romawi.
Di Indonesia sendiri asal mula dari permainan ini masih simpang siur. Pendapat yang paling umum menyatakan bahwa permainan ini berasal dari Belanda dan berkembang di masyarakat pribumi pada masa penjajahan. Hal ini merujuk pada cerita masyarakat Sunda mengenai asal usul permainan ini. Dalam bahasa Sunda, engklek disebut dengan sundah-mandah atau sundamanda. Sedang dalam bahasa Belanda disebut zondagmaandag. Diyakini istilah ‘sundamanda’ diadaptasi dari bahasa Belanda zondag-maandag. Di beberapa tempat disebut pula dengan nama permainan taplak, terbagi atas taplak meja dan taplak gunung. - Perkembangan Dan Budaya Populer
Sayangnya semakin lama semakin sulit menemukan anak-anak yang memainkan permainan ini. Di Indonesia sendiri ketiadaan lahan untuk menggambar pola petak menjadi alasan mengapa permainan ini ditinggalkan.
Di beberapa negara asing, anak-anak memainkan permainan ini dengan menggambar pola di atas lantai playground atau aspal dengan kapur tulis. Selain itu telah tersedia hopscotch dalam bentuk stereofoam yang mudah dibongkar-pasang. Bahkan tersedia pula dalam bentuk karpet yang lebih praktis.
Tak dapat dipungkiri, modernisasi dan pola asuh individualisme yang tinggi membuat permainan ini tersingkir secara perlahan namun pasti. Jika orang-orang luar negeri dapat menemukan alternatif solusi agar tetap dapat melestarikan permainan ini, seharusnya Indonesia juga bisa.
Gambar 2. Hopscotch carpet.
Oleh : Tika Dwi
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Hopscotch
http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_manda
Gambar:
1. http://kodok-kreok.blogspot.com/2012/11/main-engklek.html
2. http://www.aliexpress.com/popular/hopscotch-mat.html
No comments:
Post a Comment