Boi-boian adalah permainan tradisional yang berasal dari jawa. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak pedesaan sering memainkannya pada sore hari. Kita tidak pernah lagi menjumpai permainan tradisional ini. Boi-boian hampir sama dengan permainan bowling. Kita harus melempar bola ke sasaran yang akan dituju. Untuk membuat bola, kita bisa menggunakan kertas yang digulung kemudian diikat dengan karet gelang atau kita bisa menggunakan bola kasti. Setelah itu, kita mengumpulkan pecahan batu atau genteng yang nantinya akan disusun menjadi piramida.
Permainan ini terdiri dari dua kelompok. Satu kelompok bertugas untuk melempar bola sedangkan satunya menyusun kumpulan batu menjadi piramida atau tersusun ke atas. Semakin banyak anggota yang ikut, semakin seru permainan ini. Permainan ini membutuhkan kecepatan dalam menyusun kumpulan- kumpulan batu dan kerja sama sesama anggota juga dibutuhkan.
Gambar 1. Melempar Bola
Kelompok yang bertugas melempar harus bisa melempar hingga mengenai sasaran. Usahakan kita melempar bola tersebut sekencang mungkin, sampai kumpulan batu yang disusun oleh tim lawan terjatuh. Saat melempar bola harus dilakukan secara bergantian dengan sesama anggota. Nantinya ada tim lawan yang akan menghadang serangan bola yang dilempar. Jika ada lemparan bola tersebut yang mengenai anggota lawan berarti anggota tersebut tidak bisa melanjutkan permainan.
Gambar 2. Susunan Batu Menjadi Piramida
Kelompok yang bertugas menyusun batu, harus bisa menyusun sampai membentuk piramida. Jika tumpukan batunya terjatuh terkena bola, tim tersebut harus kembali menyusun batu yang terjatuh. Dalam kelompok tersebut, satu orang harus menjaga supaya tumpukan batu tersebut tidak terjatuh. Jika ada bola yang mengenai kelompok penyusun atau penjaga batu, berarti dia gugur. Anggota yang terkena lemparan bola tidak bisa ikut permainan dan berarti anggota dalam kelompok tersebut berkurang. Usahakan untuk menyusun kumpulan batu tersebut dengan cepat supaya tidak bisa dirobohkan oleh tim penyerang. Permainan ini akan selesai, jika tim penyusun berhasil menyusun batu sampai membentuk piramida. Setelah batu batu tersebut telah selesai tersusun, tim penyusun harus cepat cepat mengatakan “Boi”. Nantinya tim penyerang akan bergantian menjadi tim yang menyusun kumpulan batu-batu tersebut sedangkan kelompok satunya bertugas sebagai penyerang.
Gambar 3. Permainan Boi-Boian
Permainan Boi-boian ini sangat bermanfaat sekali bagi anak anak. Banyak hal hal yang positif yang bisa kita ambil dari permainan ini. Permainan ini bisa mengajarkan anak anak tentang kerja sama sesama anggota dan bisa melatih kecepatan fisik. Permainan tradisional ini bisa menjadi salah satu pilihan untuk dimainkan oleh anak-anak. Permainan ini tidak terlalu bahaya bagi anak-anak sehingga orang tua tidak perlu khawatir. Kita tahu bahwa permainan ini wajib diperkenalkan kepada anak-anak sehingga permainan tradisional ini tidak hilang begitu saja.
Thursday, January 29, 2015
Bambu Gila, Permainan Tradisional Penuh Mistis
Mungkin anda akan terheran dan bertanya penuh rasa penasaran bila menyaksikan permainan tradisional yang satu ini. Bagaimana tidak, sebuah batang bambu mampu mengendalikan beberapa orang yang memegangnya dan bahkan sampai ada yang terpental jika tak kuat menahan gerakan dari bambu tersebut. Yah, inilah salah satu permainan tradisional asal Maluku yang cukup terkenal dan menjadi daya tarik wisatawan jika berkunjung ke wilayah ini.
Oleh masyarakat setempat permainan ini dikenal dengan nama Buluh Gila atau Baramasuweng, sementara kebanyakan orang lebih populer untuknya mengenalnya dengan nama permainan Bambu Gila. Tidak seperti permainan tradisional lainnya, permainan ini mengandung unsur mistis yang melibatkan kekuatan supranatural. Sehingga sebuah bambu yang dipegang oleh beberapa orang mampu bergerak sendiri dengan tidak beraturan dan membuat orang-orang yang memegangnya kesulitan untuk menahan gerakan bambu yang seolah sedang berubah menjadi ‘gila’ tersebut.
Objek yang digunakan dalam permainan ini hanya sebatang bambu, yaitu dengan ukuran panjang sekitar 2,5 m dan diameter 8 cm. Namun ada juga beberapa daerah di Maluku yang menggunakan alat musik perkusi sebagai tambahan untuk mengiringi permainan ini. Untuk bambunya sendiri, tidak sembarang bambu bisa digunakan. Hanya bambu lokal daerah tersebut yang bisa dipakai, dan itupun sebelumnya harus dilakukan sebuah ritual khusus dalam pemilihan bambunya.
Permainan bambu gila biasanya dimainkan oleh 5 atau 7 orang pemain (ganjil), dan seorang pawang yang bertugas untuk mengendalikan permainan. Untuk memainkan permainan ini memerlukan lapangan yang cukup luas. Para penonton disarankan agar tidak menyaksikannya dengan jarak yang terlalu dekat, dikhawatirkan gerakan mistis dari bambu gila yang tidak beraturan itu akan jadi berbahaya bila mengenai penonton.
Cara permainan ini sederhana, di sini para pemain diminta untuk mendekap atau memeluk sebuah batang bambu yang sudah dipilih lalu menahannya dalam dekapan agar bambu tidak terlepas atau jatuh. Permainan akan dimulai ketika sang pawang telah selesai membakar kemenyan yang ditaruhnya dalam tempurung dengan membaca mantera-mantera tertentu. Bakaran kemenyan dan bacaan mantera-mantera itu bertujuan untuk memanggil sesuatu yang gaib seperti ruh makhluk halus yang nantinya memberikan kekuatan mistis untuk menggerakkan bambu tersebut.
Dalam upaya memasukkan sesuatu yang gaib ke dalam bambu, asap dari pembakaran kemenyan terus dihembuskan ke dalam bilah bambu. Dan ketika sang pawang sudah berhasil memasukkan kekuatan mistis itu maka permainan pun telah di mulai. Bambu dengan sendirinya akan bergerak ke sana - ke mari. Para pemain yang mendekap bambu itu akan kesulitan menahan gerakan bambu gila ini.
Herannya, semakin bambu ditahan, gerakan bambu akan semakin kuat dan cepat. Tidak jarang bagi para pemain yang tidak kuat menahannya akan terpental oleh karena gerakan si bambu gila ini. Satu hal lagi yang menyadarkan bahwa permainan ini mengandung kekuatan mistis adalah gerakan atau arah bambu yang mengikuti arah asap kemenyan yang dibawa oleh sang pawang. Ke mana arah asap bergerak maka bambu pun seolah mengikutinya.
Sembari membawa tempurung kemenyan, sang pawang biasanya terus meneriakkan mantera secara berulang-ulang. Setiap kali pawang mengucapkan mantera “Baramasuweng!! (bambu gila-red)” para pemain secara serempak meneriakkan “"Idadigougou!! (jadi beneran-red)".
Permainan bambu gila ini akan selesai bila ditandai dengan banyak pemain yang tak sanggup lagi menahan gerakan bambu. Memang di permainan ini tidak jarang pemain terpental dan bahkan ada yang pingsan. Namun kekuatan mistis dari bambu tersebut akan benar-benar hilang ketika pawang membacakan mantera tertentu sambil menutup salah satu ruas bambu dengan telapak tangannya. Barulah bambu akan tenang dan menjadi ringan kembali.
Demikianlah ulasan mengenai permainan tradisional bambu gila dari Maluku yang mengandung unsur mistis di dalamnya. Bagi anda yang tidak percaya dengan hal-hal gaib atau mistis seperti ini, silakan mencoba sensasi permainan tradisional ini dan buktikan sendiri akan kebenarannya.
Oleh : Roma Doni
Sumber Gambar :
Pic 1 : http://kfk.kompas.com/kfk/view/130579-bambu-gila
Pic 2 : http://ensiklopediaindonesia.com/seni-dan-budaya-indonesia/bambu-gila-aura-mistis-dibalik-sebuah-atraksi-asal-maluku/
Sumber Referensi :
http://travel.detik.com/read/2013/09/26/104443/2369818/1519/aura-mistis-di-balik-permainan-bambu-gila
http://www.triptrus.com/news/mistisnya-permainan-bambu-gila
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/bambu-gila-permainan-tradisional-masyarakat-ambon
Oleh masyarakat setempat permainan ini dikenal dengan nama Buluh Gila atau Baramasuweng, sementara kebanyakan orang lebih populer untuknya mengenalnya dengan nama permainan Bambu Gila. Tidak seperti permainan tradisional lainnya, permainan ini mengandung unsur mistis yang melibatkan kekuatan supranatural. Sehingga sebuah bambu yang dipegang oleh beberapa orang mampu bergerak sendiri dengan tidak beraturan dan membuat orang-orang yang memegangnya kesulitan untuk menahan gerakan bambu yang seolah sedang berubah menjadi ‘gila’ tersebut.
Objek yang digunakan dalam permainan ini hanya sebatang bambu, yaitu dengan ukuran panjang sekitar 2,5 m dan diameter 8 cm. Namun ada juga beberapa daerah di Maluku yang menggunakan alat musik perkusi sebagai tambahan untuk mengiringi permainan ini. Untuk bambunya sendiri, tidak sembarang bambu bisa digunakan. Hanya bambu lokal daerah tersebut yang bisa dipakai, dan itupun sebelumnya harus dilakukan sebuah ritual khusus dalam pemilihan bambunya.
Permainan bambu gila biasanya dimainkan oleh 5 atau 7 orang pemain (ganjil), dan seorang pawang yang bertugas untuk mengendalikan permainan. Untuk memainkan permainan ini memerlukan lapangan yang cukup luas. Para penonton disarankan agar tidak menyaksikannya dengan jarak yang terlalu dekat, dikhawatirkan gerakan mistis dari bambu gila yang tidak beraturan itu akan jadi berbahaya bila mengenai penonton.
Cara permainan ini sederhana, di sini para pemain diminta untuk mendekap atau memeluk sebuah batang bambu yang sudah dipilih lalu menahannya dalam dekapan agar bambu tidak terlepas atau jatuh. Permainan akan dimulai ketika sang pawang telah selesai membakar kemenyan yang ditaruhnya dalam tempurung dengan membaca mantera-mantera tertentu. Bakaran kemenyan dan bacaan mantera-mantera itu bertujuan untuk memanggil sesuatu yang gaib seperti ruh makhluk halus yang nantinya memberikan kekuatan mistis untuk menggerakkan bambu tersebut.
Dalam upaya memasukkan sesuatu yang gaib ke dalam bambu, asap dari pembakaran kemenyan terus dihembuskan ke dalam bilah bambu. Dan ketika sang pawang sudah berhasil memasukkan kekuatan mistis itu maka permainan pun telah di mulai. Bambu dengan sendirinya akan bergerak ke sana - ke mari. Para pemain yang mendekap bambu itu akan kesulitan menahan gerakan bambu gila ini.
Herannya, semakin bambu ditahan, gerakan bambu akan semakin kuat dan cepat. Tidak jarang bagi para pemain yang tidak kuat menahannya akan terpental oleh karena gerakan si bambu gila ini. Satu hal lagi yang menyadarkan bahwa permainan ini mengandung kekuatan mistis adalah gerakan atau arah bambu yang mengikuti arah asap kemenyan yang dibawa oleh sang pawang. Ke mana arah asap bergerak maka bambu pun seolah mengikutinya.
Sembari membawa tempurung kemenyan, sang pawang biasanya terus meneriakkan mantera secara berulang-ulang. Setiap kali pawang mengucapkan mantera “Baramasuweng!! (bambu gila-red)” para pemain secara serempak meneriakkan “"Idadigougou!! (jadi beneran-red)".
Permainan bambu gila ini akan selesai bila ditandai dengan banyak pemain yang tak sanggup lagi menahan gerakan bambu. Memang di permainan ini tidak jarang pemain terpental dan bahkan ada yang pingsan. Namun kekuatan mistis dari bambu tersebut akan benar-benar hilang ketika pawang membacakan mantera tertentu sambil menutup salah satu ruas bambu dengan telapak tangannya. Barulah bambu akan tenang dan menjadi ringan kembali.
Demikianlah ulasan mengenai permainan tradisional bambu gila dari Maluku yang mengandung unsur mistis di dalamnya. Bagi anda yang tidak percaya dengan hal-hal gaib atau mistis seperti ini, silakan mencoba sensasi permainan tradisional ini dan buktikan sendiri akan kebenarannya.
Oleh : Roma Doni
Sumber Gambar :
Pic 1 : http://kfk.kompas.com/kfk/view/130579-bambu-gila
Pic 2 : http://ensiklopediaindonesia.com/seni-dan-budaya-indonesia/bambu-gila-aura-mistis-dibalik-sebuah-atraksi-asal-maluku/
Sumber Referensi :
http://travel.detik.com/read/2013/09/26/104443/2369818/1519/aura-mistis-di-balik-permainan-bambu-gila
http://www.triptrus.com/news/mistisnya-permainan-bambu-gila
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/bambu-gila-permainan-tradisional-masyarakat-ambon
Wednesday, January 28, 2015
Cara Asyik Bermain Kelereng
Permainan kelereng adalah permainan yang menggunakan bola kelereng (di beberapa tempat disebut juga “gundu”). Permainan kelereng adalah salah satu permainan tradisional yang ada di kalangan anak anak dan Jaman dulu begitu populer sekali. Biasanya permainan ini dimainkan dengan cara disentil atau dimainkan di tanah. Jaman sekarang ini, permainan ini jarang sekali ditemukan. Waktu kecil, pasti kita ingat waktu sekolah pasti kita memainkan kelereng bersama teman kita. Sekarang permainan ini jarang ditemukan karena seiring perkembangan jaman, dan banyak ditemukan mainan mainan model terbaru yang menarik perhatian. Biasanya, permainan ini dimainkan di tanah dan disentil seperti gambar di bawah ini. Jika permainan ini dilakukan dengan teman teman pasti sangat menyenangkan sekali.
Kali ini, saya akan mempunyai cara unik bermain kelereng. Cara permainan kali ini, berbeda dari biasanya. Permainan ini tidak begitu sulit dari biasanya. Berikut cara permainan kelereng yang akan saya bahas:
1. Membuat kelompok
Permainan ini harus beranggotakan lebih dari satu orang. Setiap anggota harus memiliki beberapa kelereng. Setiap kelereng yang dipegang nantinya akan ditebak oleh orang lain. Dalam permainan ini, harus dilakukan secara kelompok karena nantinya semua kelereng akan di tebak oleh anggota yang lain secara bergantian. Sebaiknya, untuk permainan ini harus memiliki kelereng lebih dari lima biji.
Gambar 1. Bermain kelereng di pinggir rel kereta
2. Menggenggam kelereng yang diambil
Kita mengambil kelereng yang diambil dan genggam di tangan. Kita harus mengingat jumlah kelereng yang kita pegang. Nantinya kita harus bisa menebak jumlah semua kelereng semua teman kita. Seandainya, kita mengambil kelereng lima biji di tangan, jangan sampai anggota lain tahu jumlah kelereng yang dipegang. Usahakan kita menggenggam kelereng yang rapat di tangan kita, jangan sampai kelihatan. Cara menggenggam kelereng seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2. Menggenggam kelereng
3. Menyebutkan jumlah kelereng
Setelah semua anggota menggenggam masing-masing kelereng di tangan, dimulai oleh orang pertama untuk menyebutkan satu angka yang merupakan perkiraan jumlah keseluruhan kelereng dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, saya menyebutkan angka 20 sebagai angka yang saya pilih sedangkan yang lain tidak boleh menyebutkan angka yang sama. Angka tersebut disebutkan secara bergantian oleh setiap anggota yang lain. Misalkan anggota lain menyebutkan angka 10, 16 dan 17.
4. Memperlihatkan kelereng yang digenggam di tangan
Setelah itu, semua anggota memperlihatkan kelereng yang ada ditangannya. Anggota yang menyebutkan angka yang sesuai dengan jumlah keseluruhan kelereng, dia berhak mendapatkan semua kelereng yang digenggam oleh anggota lain. Setelah semuanya memperlihatkan kelereng yang dipegang masing-masing, dan ternyata jumlah semua kelereng ada di tangan teman saya dan saya semuanya berjumlah 20. Angka yang saya pilih adalah benar berarti semua kelereng yang dipegang oleh teman saya menjadi milik saya.
Gambar 3. Memperlihatkan kelereng
Kesimpulan yang didapat adalah jangan pernah meninggalkan permainan tradisional karena sebenarnya banyak sekali hal yang menarik dan sangat berguna yang bisa diambil dari permainan permainan jaman dulu, apalagi permainan kelereng. Permainan kelereng ini dapat dimainkan dengan berbagai cara, jadi tidak ada alasan untuk tidak menyukai permainan tradisional dan bagi anak anak sangat berguna sekali membantu dalam pendidikannya.
Oleh ; Jenny
Gambar:
1. http://www. hipwee. com/wp-content/uploads/2014/09/194462_bermain-kelereng-pinggir-rel-kereta_663_382. jpg
2. http://3. bp. blogspot. com/_OrNDs4qOgQQ/TPp9juMZovI/AAAAAAAADkw/7K_gDE5nGkw/s1600/image4. jpeg
3. http://img821. imageshack. us/img821/8522/20110606102048. jpg
Kali ini, saya akan mempunyai cara unik bermain kelereng. Cara permainan kali ini, berbeda dari biasanya. Permainan ini tidak begitu sulit dari biasanya. Berikut cara permainan kelereng yang akan saya bahas:
1. Membuat kelompok
Permainan ini harus beranggotakan lebih dari satu orang. Setiap anggota harus memiliki beberapa kelereng. Setiap kelereng yang dipegang nantinya akan ditebak oleh orang lain. Dalam permainan ini, harus dilakukan secara kelompok karena nantinya semua kelereng akan di tebak oleh anggota yang lain secara bergantian. Sebaiknya, untuk permainan ini harus memiliki kelereng lebih dari lima biji.
Gambar 1. Bermain kelereng di pinggir rel kereta
2. Menggenggam kelereng yang diambil
Kita mengambil kelereng yang diambil dan genggam di tangan. Kita harus mengingat jumlah kelereng yang kita pegang. Nantinya kita harus bisa menebak jumlah semua kelereng semua teman kita. Seandainya, kita mengambil kelereng lima biji di tangan, jangan sampai anggota lain tahu jumlah kelereng yang dipegang. Usahakan kita menggenggam kelereng yang rapat di tangan kita, jangan sampai kelihatan. Cara menggenggam kelereng seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2. Menggenggam kelereng
3. Menyebutkan jumlah kelereng
Setelah semua anggota menggenggam masing-masing kelereng di tangan, dimulai oleh orang pertama untuk menyebutkan satu angka yang merupakan perkiraan jumlah keseluruhan kelereng dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, saya menyebutkan angka 20 sebagai angka yang saya pilih sedangkan yang lain tidak boleh menyebutkan angka yang sama. Angka tersebut disebutkan secara bergantian oleh setiap anggota yang lain. Misalkan anggota lain menyebutkan angka 10, 16 dan 17.
4. Memperlihatkan kelereng yang digenggam di tangan
Setelah itu, semua anggota memperlihatkan kelereng yang ada ditangannya. Anggota yang menyebutkan angka yang sesuai dengan jumlah keseluruhan kelereng, dia berhak mendapatkan semua kelereng yang digenggam oleh anggota lain. Setelah semuanya memperlihatkan kelereng yang dipegang masing-masing, dan ternyata jumlah semua kelereng ada di tangan teman saya dan saya semuanya berjumlah 20. Angka yang saya pilih adalah benar berarti semua kelereng yang dipegang oleh teman saya menjadi milik saya.
Gambar 3. Memperlihatkan kelereng
Kesimpulan yang didapat adalah jangan pernah meninggalkan permainan tradisional karena sebenarnya banyak sekali hal yang menarik dan sangat berguna yang bisa diambil dari permainan permainan jaman dulu, apalagi permainan kelereng. Permainan kelereng ini dapat dimainkan dengan berbagai cara, jadi tidak ada alasan untuk tidak menyukai permainan tradisional dan bagi anak anak sangat berguna sekali membantu dalam pendidikannya.
Oleh ; Jenny
Gambar:
1. http://www. hipwee. com/wp-content/uploads/2014/09/194462_bermain-kelereng-pinggir-rel-kereta_663_382. jpg
2. http://3. bp. blogspot. com/_OrNDs4qOgQQ/TPp9juMZovI/AAAAAAAADkw/7K_gDE5nGkw/s1600/image4. jpeg
3. http://img821. imageshack. us/img821/8522/20110606102048. jpg
Gerakan untuk lompat karet
Salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak perempuan Indonesia jaman dulu adalah lompat karet. Permainan ini menggunakan karet sebagai tali untuk melompat. Sekarang ini jarang sekali ditemukan permainan lompat karet. Permainan ini dilakukan secara berkelompok. Permainan ini begitu mudah dan tidak berbahaya jika mengenai kaki kita saat melompat. Untuk bisa mendapatkan permainan ini pun tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal sehingga banyak anak perempuan lebih memilih permainan ini. Hanya membutuhkan karet yang dirangkai hingga membentuk tali. Permainan ini pun sangat mudah, kita harus bisa melompat tanpa mengenai karet. Untuk bisa melompat tanpa mengenai karet, berikut ada beberapa gerakan yang bisa membantu kita dalam permainan karet:
1. Lompat Jauh
Gambar 1. Lompat jauh
Gerakan lompat jauh sangat sering dipakai dalam permainan ini. Untuk melakukan gerakan ini, pertama tama kita harus mengambil kuda kuda sebelum melompat. Usahakan posisi mengambil kuda kuda jangan terlalu dekat dengan karet. Setelah mengambil kuda kuda, kita bisa melompat seperti gerakan biasa. Usahakan melompat yang setinggi tingginya sehingga tidak mengenai karet. Kebanyakan gerakan ini bisa dipakai sampai setinggi dada. Jika kita mampu melakukan gerakan ini sampai lebih tinggi lagi, maka akan lebih bagus.
2. Gerakan Koprol
Gambar 2. Gerakan koprol
Gerakan koprol adalah gerakan yang sangat membutuhkan keberanian. Gerakan koprol bisa kita gunakan untuk permainan lompat tali. Untuk melakukan gerakan ini, pertama tama kita meletakkan kedua tangan kita ke samping sambil menyentuh tanah hingga kedua kaki ikut terangkat ke samping. Gerakan ini sangat mudah sekali dan kita tidak perlu melompat. Gerakan ini hanya untuk lompat tali yang tingginya sedada dan untuk di atasnya, seperti telinga hingga kepala tidak bisa menggunakan gerakan ini. Kebanyakan anak perempuan yang memakai gerakan ini, mereka adalah anak perempuan yang tomboy dan begitu berani.
3. Gerakan potong kue
Gambar 3. Gerakan potong kue
Gerakan ini, biasanya digunakan jika ketinggian karet sudah mencapai kepala. Jika sudah setinggi itu, kita bisa menggunakan gerakan potong kue. Karena sudah setinggi kepala, maka diperbolehkan kita menggunakan tangan untuk melompat. Gerakan ini dilakukan dengan tangan kanan kita memegang karet sambil kaki kita melompat. Saat memegang karet tersebut, usahakan mendorong tali karet sampai ke bawah hingga berbentuk V supaya kaki kita bisa lebih mudah untuk melompat. Gerakan ini sangat mudah sekali dilakukan.
4. Gerakan Salto
Gambar 4. Gerakan salto
Gerakan salto bisa dipakai untuk lompat karet. Untuk melakukan gerakan salto ini, sama seperti gerakan koprol tetapi gerakan salto ini kita harus memutar ke depan. Pertama tama, kedua tangan kita letakkan ke depan kemudian kaki ikut memutar ke depan seperti gambar di atas. Supaya gerakan salto bisa lebih tinggi, sebaiknya sebelum meletakkan kedua tangan ke depan, sebaiknya kita melompat terlebih dahulu sehingga tidak mengenai tali karet.
Dalam permainan lompat karet ini banyak memberi manfaat positif dan sangat berguna sekali bagi anak anak dalam masa pertumbuhannya. Selain menambah kekompakan sesama anggota, Setiap lompatan dalam permainan ini bisa mendorong pertumbuhan tulang. Apabila kita merasa bosan dengan olahraga yang ada, kita bisa melakukan permainan ini sebagai pengganti olahraga.
Oleh : Jenny
Gambar:
1. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOE-zP6uw4KC3z4eUeQ0vEB-fuRstpiZW7FF-pWmDt7MOu5xhQCVnK2fKnCRJijnOS4YFSwcktgFZbCgk3pMt7PTzNdfvLG6xsI68ElxcBqHyYAfAtb8ansVfKyIGwLQdOyTlpjznU90U/s1600/Lompat_Tali_yeye.jpg
2. http://homeschoolingalam.com/foto_galeri/402014-10-29%2008.23.31.jpg
3. http://www.pricearea.com/artikel/wp-content/uploads/2013/10/Ilustrasi-Permainan-Lompat-Karet-sebagai-Fenomena-Teknologi-Jaman-doeloe-Versus-Sekarang.jpg
4. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCz1u3a3je1b2s-15Fbl_nuc-eDJ6FcR5ISRVAVzFhuvQK9fTAdOlZMGjGOI8cN1Hzp5PaJaCLquEvlCKklRGuygbecZK-xpRmOxzKu8VYW-9sHW6T3CvbBPFBNreK3ZX0DxeWronBeeFG/s280/lompat+tali.jpg
1. Lompat Jauh
Gambar 1. Lompat jauh
Gerakan lompat jauh sangat sering dipakai dalam permainan ini. Untuk melakukan gerakan ini, pertama tama kita harus mengambil kuda kuda sebelum melompat. Usahakan posisi mengambil kuda kuda jangan terlalu dekat dengan karet. Setelah mengambil kuda kuda, kita bisa melompat seperti gerakan biasa. Usahakan melompat yang setinggi tingginya sehingga tidak mengenai karet. Kebanyakan gerakan ini bisa dipakai sampai setinggi dada. Jika kita mampu melakukan gerakan ini sampai lebih tinggi lagi, maka akan lebih bagus.
2. Gerakan Koprol
Gambar 2. Gerakan koprol
Gerakan koprol adalah gerakan yang sangat membutuhkan keberanian. Gerakan koprol bisa kita gunakan untuk permainan lompat tali. Untuk melakukan gerakan ini, pertama tama kita meletakkan kedua tangan kita ke samping sambil menyentuh tanah hingga kedua kaki ikut terangkat ke samping. Gerakan ini sangat mudah sekali dan kita tidak perlu melompat. Gerakan ini hanya untuk lompat tali yang tingginya sedada dan untuk di atasnya, seperti telinga hingga kepala tidak bisa menggunakan gerakan ini. Kebanyakan anak perempuan yang memakai gerakan ini, mereka adalah anak perempuan yang tomboy dan begitu berani.
3. Gerakan potong kue
Gambar 3. Gerakan potong kue
Gerakan ini, biasanya digunakan jika ketinggian karet sudah mencapai kepala. Jika sudah setinggi itu, kita bisa menggunakan gerakan potong kue. Karena sudah setinggi kepala, maka diperbolehkan kita menggunakan tangan untuk melompat. Gerakan ini dilakukan dengan tangan kanan kita memegang karet sambil kaki kita melompat. Saat memegang karet tersebut, usahakan mendorong tali karet sampai ke bawah hingga berbentuk V supaya kaki kita bisa lebih mudah untuk melompat. Gerakan ini sangat mudah sekali dilakukan.
4. Gerakan Salto
Gambar 4. Gerakan salto
Gerakan salto bisa dipakai untuk lompat karet. Untuk melakukan gerakan salto ini, sama seperti gerakan koprol tetapi gerakan salto ini kita harus memutar ke depan. Pertama tama, kedua tangan kita letakkan ke depan kemudian kaki ikut memutar ke depan seperti gambar di atas. Supaya gerakan salto bisa lebih tinggi, sebaiknya sebelum meletakkan kedua tangan ke depan, sebaiknya kita melompat terlebih dahulu sehingga tidak mengenai tali karet.
Dalam permainan lompat karet ini banyak memberi manfaat positif dan sangat berguna sekali bagi anak anak dalam masa pertumbuhannya. Selain menambah kekompakan sesama anggota, Setiap lompatan dalam permainan ini bisa mendorong pertumbuhan tulang. Apabila kita merasa bosan dengan olahraga yang ada, kita bisa melakukan permainan ini sebagai pengganti olahraga.
Oleh : Jenny
Gambar:
1. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOE-zP6uw4KC3z4eUeQ0vEB-fuRstpiZW7FF-pWmDt7MOu5xhQCVnK2fKnCRJijnOS4YFSwcktgFZbCgk3pMt7PTzNdfvLG6xsI68ElxcBqHyYAfAtb8ansVfKyIGwLQdOyTlpjznU90U/s1600/Lompat_Tali_yeye.jpg
2. http://homeschoolingalam.com/foto_galeri/402014-10-29%2008.23.31.jpg
3. http://www.pricearea.com/artikel/wp-content/uploads/2013/10/Ilustrasi-Permainan-Lompat-Karet-sebagai-Fenomena-Teknologi-Jaman-doeloe-Versus-Sekarang.jpg
4. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCz1u3a3je1b2s-15Fbl_nuc-eDJ6FcR5ISRVAVzFhuvQK9fTAdOlZMGjGOI8cN1Hzp5PaJaCLquEvlCKklRGuygbecZK-xpRmOxzKu8VYW-9sHW6T3CvbBPFBNreK3ZX0DxeWronBeeFG/s280/lompat+tali.jpg
Tuesday, January 27, 2015
Bermain Makah-Makah, Menebak Mencapai Tujuan
Nanggroe Aceh Darussalam memang kental akan nuansa agamisnya, sampai-sampai dijuluki sebagai serambi mekah. Pengaruh itu juga akhirnya menjurus kepada permainan tradisional yang terdapat di sana yang namanya juga bernuansa islami, yaitu permainan tradisional Makah-Makah. Bila melihat dari nama yang dipakai, merupakan serapan dari kata “Makkah” yang berarti Mekah, nama sebuah kota yang terdapat di Arab Saudi yang merupakan kiblat bagi umat islam di dunia.
Permainan tradisional Makah-Makah adalah permainan yang mengedepankan unsur kompetisi untuk mencapai sebuah tujuan/sasaran. Titik tujuan yang ingin dicapai inilah yang disebut Makah. Pengertian ini sebenarnya menganalogikan kota Mekah yang merupakan simbol dari pusat kiblat bagi umat islam di dunia. Di mana umat islam akan berlomba-lomba untuk bisa sampai ke tempat tersebut terutama dalam rangka menunaikan ibadah haji dan umrah.
Untuk bisa bermain Makah-Makah tidaklah membutuhkan peralatan yang sulit. Peralatan yang diperlukan hanyalah dua buah batu, sedangkan syarat lainnya harus dimainkan pada tempat yang luas seperti tanah lapang. Fungsi dari kedua batu tersebut adalah dijadikan sebagai alat kompetisi oleh setiap regu. Permainan ini dimainkan oleh sebanyak dua regu saja, di mana masing-masing regu atau kelompok minimal terdiri atas 4 orang pemain atau lebih. Semakin banyak pemain tentunya menambah suasana permainan Makah-Makah menjadi semakin seru.
Pada setiap regu harus memiliki ketua regu. Tugas dari ketua regu adalah mengatur peletakan batu ke para anggota regunya sekaligus ketua regu yang akan menebak peletakan batu pada regu lawan. Dalam memilih ketua regu bisa dilakukan atas kesepakatan bersama atau bisa dengan melakukan pemilihan melalui sistem hom pim pa dan semacamnya.
Cara Bermain
Masing-masing regu saling berhadapan satu sama lain dengan jarak pemisah sekitar dua meter. Tepat di bagian tengah jarak pemisah tersebut diberi pertanda, bisa digambar sebuah titik atau menuliskan tanda garis lurus. Pembuatan tanda harus benar-benar pada posisi yang adil, artinya benar-benar dibuat pada bagian tengah antar regu. Tidak boleh berbeda, misalnya terlalu dekat atau terlalu jauh dengan salah satu regu.
Jika sudah selesai. Maka langkah selanjutnya adalah masing-masing ketua regu meletakkan batu yang sudah dipegang untuk diberikan kepada anggota regunya. Peletakan batu harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai diketahui oleh regu lawan. Oleh karenanya, selain ketua regu harus pintar mengecoh lawan, di sini para anggota juga harus pandai berpura-pura dengan seolah-olah batu yang dipegang ketua regu diberikan kepadanya. Padahal dari semua anggota regu hanya satu orang anggota saja yang mendapatkan batu tersebut.
Bila batu sudah diletakkan, sekarang tugas ketua regu adalah menggunakan insting yang tajam untuk bisa menebak keberadaan peletakan batu pada regu lawan. Misalnya telah ditentukan regu mana yang akan menebak duluan, regu A misalnya. Maka, ketua dari regu A akan mencoba menebak keberadaan batu yang berada di masing-masing anggota regu B.
Apabila tebakan ketua regu A benar, maka regu A boleh untuk berpindah satu langkah ke depan. Dengan begitu regu A bisa semakin lebih dekat ke titik tujuan. Sebaliknya apabila tebakan regu A ternyata salah, maka regu B lah yang diperbolehkan melaju satu langkah ke depan. Begitu Seterusnya. Puncaknya, regu mana yang berhasil sampai duluan ke titik tujuan tadi, maka dialah yang akan menjadi pemenangnya.
Unsur Nilai Budaya
Sebagaimana permainan tradisional pada umumnya yang kaya akan nilai-nilai budaya yang bermanfaat, begitu juga pada permainan Makah-Makah. Beberapa nilai budaya diantaranya :
Demikian mengenai permainan tradisional Makah-Makah, dengan segala nilai positif di dalamnya, tentunya permainan ini sangat direkomendasikan untuk diperkenalkan pada generasi sekarang, supaya keberadaannya tidak pudar dan hilang termakan zaman.
Permainan tradisional Makah-Makah adalah permainan yang mengedepankan unsur kompetisi untuk mencapai sebuah tujuan/sasaran. Titik tujuan yang ingin dicapai inilah yang disebut Makah. Pengertian ini sebenarnya menganalogikan kota Mekah yang merupakan simbol dari pusat kiblat bagi umat islam di dunia. Di mana umat islam akan berlomba-lomba untuk bisa sampai ke tempat tersebut terutama dalam rangka menunaikan ibadah haji dan umrah.
Untuk bisa bermain Makah-Makah tidaklah membutuhkan peralatan yang sulit. Peralatan yang diperlukan hanyalah dua buah batu, sedangkan syarat lainnya harus dimainkan pada tempat yang luas seperti tanah lapang. Fungsi dari kedua batu tersebut adalah dijadikan sebagai alat kompetisi oleh setiap regu. Permainan ini dimainkan oleh sebanyak dua regu saja, di mana masing-masing regu atau kelompok minimal terdiri atas 4 orang pemain atau lebih. Semakin banyak pemain tentunya menambah suasana permainan Makah-Makah menjadi semakin seru.
Pada setiap regu harus memiliki ketua regu. Tugas dari ketua regu adalah mengatur peletakan batu ke para anggota regunya sekaligus ketua regu yang akan menebak peletakan batu pada regu lawan. Dalam memilih ketua regu bisa dilakukan atas kesepakatan bersama atau bisa dengan melakukan pemilihan melalui sistem hom pim pa dan semacamnya.
Cara Bermain
Masing-masing regu saling berhadapan satu sama lain dengan jarak pemisah sekitar dua meter. Tepat di bagian tengah jarak pemisah tersebut diberi pertanda, bisa digambar sebuah titik atau menuliskan tanda garis lurus. Pembuatan tanda harus benar-benar pada posisi yang adil, artinya benar-benar dibuat pada bagian tengah antar regu. Tidak boleh berbeda, misalnya terlalu dekat atau terlalu jauh dengan salah satu regu.
Jika sudah selesai. Maka langkah selanjutnya adalah masing-masing ketua regu meletakkan batu yang sudah dipegang untuk diberikan kepada anggota regunya. Peletakan batu harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai diketahui oleh regu lawan. Oleh karenanya, selain ketua regu harus pintar mengecoh lawan, di sini para anggota juga harus pandai berpura-pura dengan seolah-olah batu yang dipegang ketua regu diberikan kepadanya. Padahal dari semua anggota regu hanya satu orang anggota saja yang mendapatkan batu tersebut.
Bila batu sudah diletakkan, sekarang tugas ketua regu adalah menggunakan insting yang tajam untuk bisa menebak keberadaan peletakan batu pada regu lawan. Misalnya telah ditentukan regu mana yang akan menebak duluan, regu A misalnya. Maka, ketua dari regu A akan mencoba menebak keberadaan batu yang berada di masing-masing anggota regu B.
Apabila tebakan ketua regu A benar, maka regu A boleh untuk berpindah satu langkah ke depan. Dengan begitu regu A bisa semakin lebih dekat ke titik tujuan. Sebaliknya apabila tebakan regu A ternyata salah, maka regu B lah yang diperbolehkan melaju satu langkah ke depan. Begitu Seterusnya. Puncaknya, regu mana yang berhasil sampai duluan ke titik tujuan tadi, maka dialah yang akan menjadi pemenangnya.
Unsur Nilai Budaya
Sebagaimana permainan tradisional pada umumnya yang kaya akan nilai-nilai budaya yang bermanfaat, begitu juga pada permainan Makah-Makah. Beberapa nilai budaya diantaranya :
- Kekompakan : Permainan ini mengajarkan kekompakan pada masing-masing anggota dan dengan ketua regu. yaitu untuk bisa menciptakan kesepahaman dan saling pengertian antar ketua dengan anggota, bisa dilihat dalam hal peletakan batu sampai penebakan batu regu lawan.
- Kepemimpinan : Khususnya bagi yang terpilih sebagai ketua regu, permainan ini melatih untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan sekaligus kedewasaan berpikir. Bagaimana ketua regu harus bisa menyatukan pendapat dan mengambil sebuah keputusan yang mampu memberikan hasil yang baik.
- Kepercayaan : Ketua regu dan para anggota harus saling percaya satu sama lain merupakan kunci dari permainan ini. Tanpa nilai kepercayaan bisa dipastikan penampilan regu ini tidak akan maksimal. Karena pasti akan ada orang yang tidak menjalankan amanatnya dengan baik.
Demikian mengenai permainan tradisional Makah-Makah, dengan segala nilai positif di dalamnya, tentunya permainan ini sangat direkomendasikan untuk diperkenalkan pada generasi sekarang, supaya keberadaannya tidak pudar dan hilang termakan zaman.
Labels:
anggota,
batu,
islam,
keberadaan,
kekompakan,
ketua,
kiblat,
lawan,
makah,
nilai budaya,
peletakan,
pemisah,
permainan,
regu,
roma doni,
tebakan,
titik,
tradisional,
tujuan,
umat
Pintar Menghitung dengan Permainan Tradisional Patil Lele
Berlatih menghitung tidak hanya bisa dikerjakan di atas kertas. Namun bisa juga diterapkan dalam sebuah permainan. Misalnya permainan tradisional patil lele, atau bila di daerah lain biasanya disebut benthik, cutat, jenthik, gatrik, tak tek atau sawatan. Permainan ini biasanya dimainkan oleh 2 anak atau lebih, ditempat yang luas tanpa ada lalu lalang kendaraan.
Mengapa permainan ini disebut Patil Lele? Karena dalam permainan ini pemain membutuhkan 2 buah tongkat. Tongkat pendek berukuran 10cm yang disebut Patil ( gunanya untuk dipukul ) dan tongkat panjang yang berukuran 40cm ( gunanya sebagai tongkat pemukul ). Sebelum bermain, pemain harus melubangi tanah sepanjang 8cm. Setelah itu menentukan siapa yang akan bermain lebih dahulu dengan hom pim pa atau sut. Bila pemain sudah ditentukan, maka yang lainnya menjadi penjaga.
Ada tiga tahap dalam permainan ini :
Tahap pertama
Pemain meletakkan patil di atas lubang dan bersiap-siap untuk menyukit patil dari bawah dan melesatkannya ke arah depan dengan sekuat tenaga. Bila patil saat melesat berhasil ditangkap oleh penjaga, maka penjaga tersebut mendapatkan poin. Dan pemain dinyatakan gagal. Namun bila pemain berhasil, maka pemain lah yang mendapatkan poin. Poin untuk pemain diukur dari seberapa jauh atau berapa meter patil tersebut jatuh. Poin pemain dan poin penjaga harus sudah ditentukan sebelum permainan dimulai.
Contoh
Budi menyukit patil dan jatuh sejauh 8 meter. Bila 1 meter poinnya 5, maka Budi mendapatkan poin 40. Dari 8 meter x 5 poin = 40 poin.
Tahap ke dua
Pemain melemparkan patil ke arah atas. Pada saat patil masih mengudara, tepat di depan wajah pemain, pemain harus bisa memukul patil tersebut ke arah penjaga. Banyak pemain yang kesulitan pada permainan tahap ini, karena saat memukul membutuhkan waktu yang tepat, kesabaran, dan kejelian, sehingga pemain tidak asal saat mengayunkan tongkat (lele). Pemain yang berhasil menyelesaikan tahap ini, maka mendapat poin dan dapat melanjutkan permainan ke tahap selanjutnya. Nilai poin pada tahap ini jauh lebih besar dari pada poin pada permainan tahap pertama. Misalkan poin pada tahap pertama 5 poin per meter, maka permainan tahap ke dua adalah 10poin per meter. Setelah poin terkumpul pada tahap dua, maka poin permainan tahap pertama dijumlahkan dengan poin tahap ke dua. Dan permainan dilanjutkan ke tahap yang ketiga.
Tahap ke tiga
Pemain meletakkan patil di sudut lubang, sudut lubang sebagai titik tumpu. Kemudian pemain bersiap untuk memukul patil yang ujungnya berada di atas tanah. Bila pukulan berhasil, maka patil akan terlempar ke atas kepala pemain. Dan di saat patil masih mengudara, pemain diharuskan memukul kembali patil tersebut ke arah penjaga. Langkah ini hampir sama dengan langkah pada permainan tahap dua. Pada tahap ini pemain membutuhkan keahlian khusus, karena itu tidak jarang dari pemain yang sering mengalami kegagalan. Karena tingkat kesulitannya yang tinggi, maka poin pada tahap ini adalah poin yang paling besar. Menentukan poinnya juga berdasarkan berapa meter jauhkah patil tersebut jatuh.
Pada permainan patil lele ini, dari awal bermain sampai selesai, saat menjadi penjaga ataupun pemain semuanya menghitung perolehan poin masing-masing. Karena itulah, permainan ini dapat meningkatkan kelancaran dalam menghitung dan juga daya konsentrasi. Pemenang pada permainan ini adalah pemain yang paling banyak mengumpulkan poin. Dan biasanya permainan ditutup dengan acara gendongan, yaitu pemain yang kalah harus menggendong pemain yang menang.
Oleh : Widya Safitri
Sumber gambar
http://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/03/1362824855695.jpg
http://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/03/1362824930440.jpg
Mengapa permainan ini disebut Patil Lele? Karena dalam permainan ini pemain membutuhkan 2 buah tongkat. Tongkat pendek berukuran 10cm yang disebut Patil ( gunanya untuk dipukul ) dan tongkat panjang yang berukuran 40cm ( gunanya sebagai tongkat pemukul ). Sebelum bermain, pemain harus melubangi tanah sepanjang 8cm. Setelah itu menentukan siapa yang akan bermain lebih dahulu dengan hom pim pa atau sut. Bila pemain sudah ditentukan, maka yang lainnya menjadi penjaga.
Ada tiga tahap dalam permainan ini :
Tahap pertama
Pemain meletakkan patil di atas lubang dan bersiap-siap untuk menyukit patil dari bawah dan melesatkannya ke arah depan dengan sekuat tenaga. Bila patil saat melesat berhasil ditangkap oleh penjaga, maka penjaga tersebut mendapatkan poin. Dan pemain dinyatakan gagal. Namun bila pemain berhasil, maka pemain lah yang mendapatkan poin. Poin untuk pemain diukur dari seberapa jauh atau berapa meter patil tersebut jatuh. Poin pemain dan poin penjaga harus sudah ditentukan sebelum permainan dimulai.
Contoh
Budi menyukit patil dan jatuh sejauh 8 meter. Bila 1 meter poinnya 5, maka Budi mendapatkan poin 40. Dari 8 meter x 5 poin = 40 poin.
Tahap ke dua
Pemain melemparkan patil ke arah atas. Pada saat patil masih mengudara, tepat di depan wajah pemain, pemain harus bisa memukul patil tersebut ke arah penjaga. Banyak pemain yang kesulitan pada permainan tahap ini, karena saat memukul membutuhkan waktu yang tepat, kesabaran, dan kejelian, sehingga pemain tidak asal saat mengayunkan tongkat (lele). Pemain yang berhasil menyelesaikan tahap ini, maka mendapat poin dan dapat melanjutkan permainan ke tahap selanjutnya. Nilai poin pada tahap ini jauh lebih besar dari pada poin pada permainan tahap pertama. Misalkan poin pada tahap pertama 5 poin per meter, maka permainan tahap ke dua adalah 10poin per meter. Setelah poin terkumpul pada tahap dua, maka poin permainan tahap pertama dijumlahkan dengan poin tahap ke dua. Dan permainan dilanjutkan ke tahap yang ketiga.
Tahap ke tiga
Pemain meletakkan patil di sudut lubang, sudut lubang sebagai titik tumpu. Kemudian pemain bersiap untuk memukul patil yang ujungnya berada di atas tanah. Bila pukulan berhasil, maka patil akan terlempar ke atas kepala pemain. Dan di saat patil masih mengudara, pemain diharuskan memukul kembali patil tersebut ke arah penjaga. Langkah ini hampir sama dengan langkah pada permainan tahap dua. Pada tahap ini pemain membutuhkan keahlian khusus, karena itu tidak jarang dari pemain yang sering mengalami kegagalan. Karena tingkat kesulitannya yang tinggi, maka poin pada tahap ini adalah poin yang paling besar. Menentukan poinnya juga berdasarkan berapa meter jauhkah patil tersebut jatuh.
Pada permainan patil lele ini, dari awal bermain sampai selesai, saat menjadi penjaga ataupun pemain semuanya menghitung perolehan poin masing-masing. Karena itulah, permainan ini dapat meningkatkan kelancaran dalam menghitung dan juga daya konsentrasi. Pemenang pada permainan ini adalah pemain yang paling banyak mengumpulkan poin. Dan biasanya permainan ditutup dengan acara gendongan, yaitu pemain yang kalah harus menggendong pemain yang menang.
Oleh : Widya Safitri
Sumber gambar
http://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/03/1362824855695.jpg
http://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/03/1362824930440.jpg
Monday, January 26, 2015
Mengasah Kreativitas Dengan Permainan Yoyo
Tahukah kalian apakah yoyo itu? Yoyo merupakan sebuah alat permainan yang terdiri dari 2 cakram yang sama besar. 2 cakram tersebut (ada yang kayu, plastik, maupun logam) dihubungkan dengan suatu sumbu di tengah yang kemudian digulung dengan tali. Ujung tali yang satu terikat pada sumbu kedua cakram, sedangkan ujung tali lainnya yang akan kita pegang/ikat di jari kita.
Sejarah
Permainan yoyo pertama kali diciptakan oleh orang Yunani. Mereka menciptakannya sekitar tahun 500 SM dan menjadi populer sekitar tahun 1920. Barulah sekitar tahun 1930 muncul seorang usahawan yang bernama Duncan Palmer yang memproduksi mainan. Salah satunya adalah produksi pertamanya yang bernama Duncan O-BOY dan hal tersebut mengakibatkan permainan ini semakin populer.
Cara Bermain
Cara bermain yoyo memang terbilang cukup simpel dan sederhana. Ujung tali satu pada yoyo kita ikatkan pada salah satu jari kita dan sambil memegang yoyo. Kemudian lemparkanlah yoyo ke bawah dengan gerakan yang mulus. Setelah itu gerakkan sedikit ujung tali yang terikat ke jari kita sehingga yoyo akan kembali ke tangan. Begitulah cara sederhana untuk memainkan yoyo.
Gambar 1. Yoyo
Teknik Dasar Bermain Yoyo
Sebenarnya sewaktu tali yoyo terulur dari jari kita, yoyo berada dalam efek giroskopik (efek benda berputar) yang memberikan kita kesempatan untuk melakukan berbagai gaya/teknik bermain yoyo. Berikut ini merupakan beberapa teknik dasar dalam bermain yoyo:
Hubungan Dengan Kreativitas
Permainan yoyo memang terbukti dapat meningkatkan kreativitas kita. Contohnya yaitu kita dapat memvariasikan berbagai teknik dalam permainan ini sehingga menarik untuk dipertunjukkan. Banyak pemain yoyo profesional yang telah berhasil melakukan berbagai teknik yang sangat menarik.
Oleh: Stevanus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Yoyo
http://yehudasurvive.blogspot.com/2012/01/trick-dasar-bermain-yo-yo.html
Gambar:
1. http://www.orso.biz/Uploads/Products/HiRes/G524_1_Yo_Yo.jpg
2.http://www.myfamilyinspain.com/wp-content/uploads/2013/09/P8270719.jpg
Sejarah
Permainan yoyo pertama kali diciptakan oleh orang Yunani. Mereka menciptakannya sekitar tahun 500 SM dan menjadi populer sekitar tahun 1920. Barulah sekitar tahun 1930 muncul seorang usahawan yang bernama Duncan Palmer yang memproduksi mainan. Salah satunya adalah produksi pertamanya yang bernama Duncan O-BOY dan hal tersebut mengakibatkan permainan ini semakin populer.
Cara Bermain
Cara bermain yoyo memang terbilang cukup simpel dan sederhana. Ujung tali satu pada yoyo kita ikatkan pada salah satu jari kita dan sambil memegang yoyo. Kemudian lemparkanlah yoyo ke bawah dengan gerakan yang mulus. Setelah itu gerakkan sedikit ujung tali yang terikat ke jari kita sehingga yoyo akan kembali ke tangan. Begitulah cara sederhana untuk memainkan yoyo.
Gambar 1. Yoyo
Teknik Dasar Bermain Yoyo
Sebenarnya sewaktu tali yoyo terulur dari jari kita, yoyo berada dalam efek giroskopik (efek benda berputar) yang memberikan kita kesempatan untuk melakukan berbagai gaya/teknik bermain yoyo. Berikut ini merupakan beberapa teknik dasar dalam bermain yoyo:
- Sleeper
Teknik ini merupakan teknik paling dasar dalam permainan yoyo. Mula-mula genggam yoyo di tangan kita seolah-olah ingin menonjolkan otot kita. Setelah itu ayunkan yoyo ke bawah (usahakan lakukan dengan kuat tapi mulus). Yoyo akan berputar di ujung tali kira-kira 10-20 detik. Hal ini dinamakan “Sleep”. Sentakkan ujung tali yang berada di jari kita sehingga yoyo akan berputar kembali ke genggaman tangan kita. - Walk The Dog
Gambar 2. Walk The Dog
Teknik ini merupakan teknik yang juga sederhana dan merupakan kelanjutan dari teknik sleeper. Mula-mula kita melakukan sleeper sehingga yoyo berada dalam keadaan “sleep”. Kemudian perlahan sentuhkan ujung yoyo ke tanah sehingga yoyo akan menggelinding. Ikuti terus arah putarannya dan sentak kembali tali yoyo sebelum yoyo berhenti berputar. - Forward Pass
Jangan memakai teknik ini untuk membahayakan orang lain. Mula-mula genggamlah yoyo dengan telapak tangan dihadapkan ke belakang dan posisi tangan di samping. Kemudian gerakkan tangan kita ke arah depan dan lemparkanlah yoyo secara horizontal. Sentak kembali ujung tali di jari kita sehingga yoyo tidak akan berhenti berputar ketika dilempar.
Hubungan Dengan Kreativitas
Permainan yoyo memang terbukti dapat meningkatkan kreativitas kita. Contohnya yaitu kita dapat memvariasikan berbagai teknik dalam permainan ini sehingga menarik untuk dipertunjukkan. Banyak pemain yoyo profesional yang telah berhasil melakukan berbagai teknik yang sangat menarik.
Oleh: Stevanus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Yoyo
http://yehudasurvive.blogspot.com/2012/01/trick-dasar-bermain-yo-yo.html
Gambar:
1. http://www.orso.biz/Uploads/Products/HiRes/G524_1_Yo_Yo.jpg
2.http://www.myfamilyinspain.com/wp-content/uploads/2013/09/P8270719.jpg
Sunday, January 25, 2015
Permainan Tradisional yang Mendunia: Monopoli (Part 1)
Siapa di antara kita yang tidak pernah mendengar salah satu permainan tradisional ini? Permainan yang sangat terkenal khususnya di Indonesia dan sampai sekarang terus diperbaharui versi permainannya tentunya sudah menemani masa kecil maupun masa remaja kita. Ya, itulah monopoli. Di sini akan dijelaskan beberapa sejarah munculnya permainan monopoli ini beserta dengan aturan permainannya.
Gambar 1. Papan permainan monopoli.
Sejarah
Permainan monopoli sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1900. Pada waktu itu, permainan monopoli hampir serupa dengan The Landlord’s Game yang diciptakan oleh Elizabeth Magie. Tujuan dari The Landlord’s Game yaitu untuk mempermudah pemikiran para pemain tentang bagaimana para pemilik tanah dapat membuat dirinya sekaya mungkin dan membuat para penyewa semiskin mungkin. Permainan ini baru diperkenalkan sekitar tahun 1904. Namun, sayangnya permainan ini tidak dipatenkan sampai sekitar tahun 1913. Barulah setelah itu, The Landlord’s Game diterbitkan oleh The Newbie Game Company di London dengan nama Brer Fox an’ Brer Rabbit.
Kemudian, permainan ini mulai mengalami perkembangan dari variasi-variasi permainannya hingga penjualannya. Salah satunya adalah Auction Monopoly yang kemudian disingkat menjadi Monopoli. Permainan ini kemudian dipelajari dan diteliti oleh Charles Darrow secara perlahan-lahan yang pada akhirnya permainan monopoli ini dipatenkan dan dijual kepada Parker Brothers sebagai penemunya sendiri. Akhirnya, Parker Brothers mulai memproduksi permainan ini secara global pada 5 November 1935.
Gambar 2. Elizabeth Magie, The Landlord’s Game.
Peralatan yang dibutuhkan
Untuk memainkan permainan ini, peralatan yang dibutuhkan sebenarnya cukup sederhana.
Oleh : Stevanus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Monopoli_%28permainan%29
Gambar:
1. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_O1YILKHWZgtfu__QtlfsrCHeLz9Qh8C1PWQ7crpYNWVrzC71m4BrGccY-4Dx91BXDRmzdrl5IVJkodUt2GVem3i10tgHv2y9JxlkocDzC41dZ9UJub7OxcOIHFdErh1jdt7bbA2oTFbg/s1600/jhvkbkjhnkj.jpg
2. http://www.angelfire.com/az2/gamesgoneby/images/landlordsgame.gif
Gambar 1. Papan permainan monopoli.
Sejarah
Permainan monopoli sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1900. Pada waktu itu, permainan monopoli hampir serupa dengan The Landlord’s Game yang diciptakan oleh Elizabeth Magie. Tujuan dari The Landlord’s Game yaitu untuk mempermudah pemikiran para pemain tentang bagaimana para pemilik tanah dapat membuat dirinya sekaya mungkin dan membuat para penyewa semiskin mungkin. Permainan ini baru diperkenalkan sekitar tahun 1904. Namun, sayangnya permainan ini tidak dipatenkan sampai sekitar tahun 1913. Barulah setelah itu, The Landlord’s Game diterbitkan oleh The Newbie Game Company di London dengan nama Brer Fox an’ Brer Rabbit.
Kemudian, permainan ini mulai mengalami perkembangan dari variasi-variasi permainannya hingga penjualannya. Salah satunya adalah Auction Monopoly yang kemudian disingkat menjadi Monopoli. Permainan ini kemudian dipelajari dan diteliti oleh Charles Darrow secara perlahan-lahan yang pada akhirnya permainan monopoli ini dipatenkan dan dijual kepada Parker Brothers sebagai penemunya sendiri. Akhirnya, Parker Brothers mulai memproduksi permainan ini secara global pada 5 November 1935.
Gambar 2. Elizabeth Magie, The Landlord’s Game.
Peralatan yang dibutuhkan
Untuk memainkan permainan ini, peralatan yang dibutuhkan sebenarnya cukup sederhana.
- Sebuah papan permainan monopoli yang sudah banyak tersedia di pasaran dengan berbagai versi papan permainan yang mengalami perkembangan dari dulu hingga sekarang. Biasanya papan permainan tersedia dalam bentuk karton atau kertas yang cukup tebal.
- Bidak-bidak untuk mewakili setiap pemain. Bidak-bidak yang dijual umumnya berbentuk kepala kuda, gerobak, topi, dan lain-lain. Para pemain tidak harus menggunakan bidak-bidak ini untuk mewakilinya. Kita dapat menggantinya dengan peralatan lain yang dapat mewakili diri kita di papan monopoli.
- Dua buah dadu 6-6
- Kartu-kartu hak milik untuk setiap properti. Kartu-kartu tersebut disesuaikan dengan properti-properti yang sudah ada di papan monopoli. Dan kartu-kartu tersebut akan diberikan kepada setiap pemain yang membeli properti tersebut. Setiap kartu tertulis rincian nama properti, harga properti, harga sewa, harga jual, serta harga pembangunan rumah dan hotel.
- Kartu-kartu yang dapat menambah bonus pendapatan atau malah sebaliknya merugikan para pemain (kartu dana umum, kesempatan, dan lain-lain).
- Uang mainan yang biasanya dalam satuan dollar. Ada yang 1$, 10$, 500$, 1000$, dan lain-lain tergantung versi papan monopoli yang dimainkan.
- Rumah dan hotel yang terbuat dari plastik. Jumlah yang diberikan bervariasi untuk setiap monopoli begitu juga dengan warnanya. Umumnya, rumah akan diberikan warna hijau sedangkan hotel berwarna merah. Ini berfungsi sebagai tanda/bidak ketika kita ingin membangun rumah/hotel di properti yang kita beli.
Oleh : Stevanus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Monopoli_%28permainan%29
Gambar:
1. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_O1YILKHWZgtfu__QtlfsrCHeLz9Qh8C1PWQ7crpYNWVrzC71m4BrGccY-4Dx91BXDRmzdrl5IVJkodUt2GVem3i10tgHv2y9JxlkocDzC41dZ9UJub7OxcOIHFdErh1jdt7bbA2oTFbg/s1600/jhvkbkjhnkj.jpg
2. http://www.angelfire.com/az2/gamesgoneby/images/landlordsgame.gif
Permainan Tradisional yang Mendunia: Monopoli (Part 2)
Aturan Permainan
Manfaat Permainan Monopoli
Oleh : Stevanus
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Monopoli_%28permainan%29
http://www.tonfeb.com/2014/03/manfaat-mainan-papan-untuk-anak.html
- Para pemain monopoli terdiri dari 3-4 pemain. Papan permainan monopoli diletakkan di sebuah meja yang cukup besar. Kartu-kartu seperti dana umum, kesempatan, dan sejenisnya diletakkan secara terbalik di atas papan permainan. Kartu-kartu tersebut sebelumnya telah diacak terlebih dahulu sehingga para pemain tidak akan tahu kartu apa yang akan mereka ambil. Sedangkan kartu-kartu hak milik properti maupun uang akan diletakkan di sebelah papan monopoli.
- Sebelumnya para pemain telah diberikan modal awal berupa uang sebesar 1500$. Para pemain sebelumnya juga harus menentukan siapa yang akan melempar dadu terlebih dahulu sebagai tanda awal mulainya permainan.
- Bidak-bidak untuk para pemain diletakkan di petak awal START. Para pemain akan menggerakkan bidaknya sesuai dengan angka dadu yang telah dilempar. Bidak-bidak tersebut digerakkan secara berputar searah jarum jam.
- Ketika pemain berhenti di petak properti yang belum dibeli, pemain berhak menentukan pilihannya untuk membeli atau tidak membeli properti tersebut. Sebaliknya, bila pemain berhenti di petak properti yang sudah dibelinya, pemain juga berhak untuk menjualnya kembali tentunya dengan harga yang lebih murah dibandingkan saat pembelian. Pemain juga dapat membangun rumah atau hotel pada setiap properti yang dimilikinya. Perlu diketahui sebelum membangun sebuah hotel, pemain harus sudah membangun minimal 3-4 rumah barulah dapat membangun hotel.
- Membangun rumah atau hotel sangat menguntungkan bila ada lawan pemain yang tepat berhenti di petak properti milik kita. Lawan tersebut harus membayar biaya sewa properti, rumah, ataupun hotel sesuai dengan tarif yang telah ditulis di kartu hak milik properti pemain.
- Ketika pemain berhenti tepat di petak dana umum, kesempatan, atau sejenisnya, pemain akan mengambil kartu tersebut diantara tumpukan kartu-kartu yang disusun terbalik dan tertutup di atas papan permainan. Pemain akan melakukan semua instruksi yang telah tertera pada kartu yang diambilnya. Bisa menguntungkan (contohnya pemain akan mendapatkan bonus sejumlah dollar) maupun merugikan (contohnya pemain akan membayar pajak, ataupun biaya-biaya lainnya yang intinya menghabiskan uang yang kita miliki).
- Pemain dinyatakan kalah jika pemain benar-benar sudah kehabisan uang dan tidak dapat membayar hutang. Segala kekayaan (properti, rumah, hotel dan sebagainya) akan dilelang dan pemain tersebut berhenti bermain.
- Pemain yang memenangkan permainan adalah pemain yang memiliki jumlah uang, properti, rumah, dan hotel terbanyak dari semua pemain.
Manfaat Permainan Monopoli
- Permainan monopoli dapat melatih kreativitas dan keterampilan seseorang dalam berpikir. Hal tersebut dikarenakan permainan monopoli memerlukan strategi dan berbagai teknik untuk memenangkannya.
- Permainan monopoli dapat mengajarkan anak untuk mahir berhitung.
- Permainan monopoli dapat melatih kemampuan untuk memecahkan setiap masalah. Seperti pada waktu kita bermain dan kemudian kita terlilit hutang. Pada saat itu kita akan berpikir bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Oleh : Stevanus
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Monopoli_%28permainan%29
http://www.tonfeb.com/2014/03/manfaat-mainan-papan-untuk-anak.html
Saturday, January 24, 2015
Permainan Tradisional Panjat Pinang
Permainan tradisional ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi setiap rakyat di Indonesia. Mengapa? Di beberapa daerah di Indonesia, pasti menyelenggarakan perlombaan ini pada setiap tanggal 17 Agustus dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Tetapi tahukah anda, dari mana permainan tradisional ini berasal dan bagaimana sesungguhnya permainan ini dimainkan?
Sejarah
Permainan tradisional panjat pinang sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu, permainan ini dibuat menjadi sebuah perlombaan oleh orang-orang Belanda khususnya dalam memperingati hari-hari tertentu seperti pernikahan, hajatan, dan sebagainya. Para peserta yang mengikuti lomba tersebut berasal dari kalangan pribumi. Sementara itu, hadiah-hadiah yang digantung di puncak pohon pinang yaitu berupa bahan-bahan makanan seperti keju, gula, dan beberapa pakaian. Sementara para peserta berjuang keras untuk sampai ke puncak batang pinang tersebut, orang-orang Belanda yang berada di bawah menyaksikannya sambil tertawa.
Cara Bermain
Tata cara dalam permainan panjat pinang sebenarnya tidak berubah sejak dulu. Hanya saja, seiring dengan perkembangan zaman, hadiah-hadiah yang tergantung di puncak batang pinang juga ikut berkembang. Sekarang ini, ada beberapa perlombaan panjat pinang yang menggantungkan hadiah berupa televisi, kipas angin, dan beberapa barang elektronik lainnya di puncak batang pinang tersebut.
Gambar 1. Permainan Panjat Pinang.
Sebuah batang pohon pinang yang tinggi ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman yang sangat dalam untuk memastikan batang pohon pinang tersebut tidak akan jatuh/goyah ketika dipanjat oleh para peserta lomba. Tanah di sekitar batang pinang yang ditancapkan haruslah lunak supaya ketika peserta jatuh tidak akan menimbulkan kecelakaan yang fatal. Oleh karena itu, bila tanah yang digunakan keras, biasanya para penyelenggara akan memberikan lumpur di sekitarnya. Di beberapa tempat, ada juga perlombaan panjat pinang yang diadakan di sekitar kali/sungai. Batang pohon pinang yang digunakan ditancapkan ke dasar kali/sungai.
Sebelumnya, batang pohon pinang yang ditancapkan sudah diberi minyak/pelumas supaya para peserta tidak mudah untuk sampai ke puncak. Para peserta yang terdiri dari kumpulan regu (satu regu biasanya 5-6 orang tergantung tingginya batang pohon pinang yang digunakan) akan saling bahu membahu untuk memanjat batang pohon pinang tersebut. Tidak hanya kerja sama dalam satu regu yang dibutuhkan, tetapi juga dibutuhkan akal untuk benar-benar bisa sampai ke puncak. Contohnya, orang yang kuat/gemuk biasanya akan berada di bawah untuk menahan beban teman-temannya di atas.
Nilai Sosial dan Kemanusiaan
Meskipun ada beberapa pihak yang tidak setuju dengan permainan ini karena dianggap menciderai nilai-nilai kemanusiaan, tetapi paling tidak permainan ini dapat mengajarkan beberapa hal untuk setiap peserta. Untuk memenangkan permainan ini dibutuhkan kerja keras dan semangat pantang menyerah yang tinggi. Tidak hanya itu, kekompakan antar sesama peserta dalam regu juga dibutuhkan untuk memenangkan permainan ini.
Gambar 2. Makna Sosial dari Panjat Pinang.
Oleh: Stevanus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_pinang
https://harisahmad.wordpress.com/tag/cara-bermain-panjat-pinang/
Gambar:
1. http://i.okezone.tv/photos/2012/08/17/6761/41511_large.jpg
2. http://th04.deviantart.net/fs71/PRE/i/2010/219/4/9/panjat_pinang_by_dwikobiubatu.jpg
Sejarah
Permainan tradisional panjat pinang sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu, permainan ini dibuat menjadi sebuah perlombaan oleh orang-orang Belanda khususnya dalam memperingati hari-hari tertentu seperti pernikahan, hajatan, dan sebagainya. Para peserta yang mengikuti lomba tersebut berasal dari kalangan pribumi. Sementara itu, hadiah-hadiah yang digantung di puncak pohon pinang yaitu berupa bahan-bahan makanan seperti keju, gula, dan beberapa pakaian. Sementara para peserta berjuang keras untuk sampai ke puncak batang pinang tersebut, orang-orang Belanda yang berada di bawah menyaksikannya sambil tertawa.
Cara Bermain
Tata cara dalam permainan panjat pinang sebenarnya tidak berubah sejak dulu. Hanya saja, seiring dengan perkembangan zaman, hadiah-hadiah yang tergantung di puncak batang pinang juga ikut berkembang. Sekarang ini, ada beberapa perlombaan panjat pinang yang menggantungkan hadiah berupa televisi, kipas angin, dan beberapa barang elektronik lainnya di puncak batang pinang tersebut.
Gambar 1. Permainan Panjat Pinang.
Sebuah batang pohon pinang yang tinggi ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman yang sangat dalam untuk memastikan batang pohon pinang tersebut tidak akan jatuh/goyah ketika dipanjat oleh para peserta lomba. Tanah di sekitar batang pinang yang ditancapkan haruslah lunak supaya ketika peserta jatuh tidak akan menimbulkan kecelakaan yang fatal. Oleh karena itu, bila tanah yang digunakan keras, biasanya para penyelenggara akan memberikan lumpur di sekitarnya. Di beberapa tempat, ada juga perlombaan panjat pinang yang diadakan di sekitar kali/sungai. Batang pohon pinang yang digunakan ditancapkan ke dasar kali/sungai.
Sebelumnya, batang pohon pinang yang ditancapkan sudah diberi minyak/pelumas supaya para peserta tidak mudah untuk sampai ke puncak. Para peserta yang terdiri dari kumpulan regu (satu regu biasanya 5-6 orang tergantung tingginya batang pohon pinang yang digunakan) akan saling bahu membahu untuk memanjat batang pohon pinang tersebut. Tidak hanya kerja sama dalam satu regu yang dibutuhkan, tetapi juga dibutuhkan akal untuk benar-benar bisa sampai ke puncak. Contohnya, orang yang kuat/gemuk biasanya akan berada di bawah untuk menahan beban teman-temannya di atas.
Nilai Sosial dan Kemanusiaan
Meskipun ada beberapa pihak yang tidak setuju dengan permainan ini karena dianggap menciderai nilai-nilai kemanusiaan, tetapi paling tidak permainan ini dapat mengajarkan beberapa hal untuk setiap peserta. Untuk memenangkan permainan ini dibutuhkan kerja keras dan semangat pantang menyerah yang tinggi. Tidak hanya itu, kekompakan antar sesama peserta dalam regu juga dibutuhkan untuk memenangkan permainan ini.
Gambar 2. Makna Sosial dari Panjat Pinang.
Oleh: Stevanus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_pinang
https://harisahmad.wordpress.com/tag/cara-bermain-panjat-pinang/
Gambar:
1. http://i.okezone.tv/photos/2012/08/17/6761/41511_large.jpg
2. http://th04.deviantart.net/fs71/PRE/i/2010/219/4/9/panjat_pinang_by_dwikobiubatu.jpg
Friday, January 23, 2015
Cublak Cublak Suweng Permainan Luhur Sarat Filosofi Anti Korupsi
Baru-baru ini dunia memperingati hari anti korupsi yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2014. Berbagai perayaan seperti Festival Anti Korupsi di DIY digelar dengan tujuan untuk memotivasi masyarakat agar tetap istiqomah memerangi praktik korupsi. Tapi tahukah Anda bahwa sejatinya kita sejak dulu telah ditanamkan nilai-nilai luhur anti korupsi? Ya, salah satunya ialah lewat permainan sederhana “Cublak-Cublak Suweng”.
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudhel
Pak Empo lerak-lerek,
Sapa ngguyu ndhelikake
Sir-sir pong dhele kopong 3 x
Cublak-cublak suweng merupakan permainan yang dimainkan minimal 3 orang, dan akan semakin menarik jika dimainkan oleh 7 hingga 8 orang. Permainan ini dimulai dengan menentukan salah satu dari peserta permainan untuk menjadi Pak Empo, tokoh utama dalam permainan ini. Pak Empo bertugas mencari kerikil (diibaratkan :suweng) yang akan disembunyikan peserta lain. Sebelumnya Pak Empo berbaring telungkup di tengah-tengah peserta, kemudian peserta lain menaruh telapak tangannya menghadap ke atas di punggung Pak Empo.
Salah seorang dari mereka mengambil kerikil yang akan disembunyikan. Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan lagu cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari telapak tangan yang satu ke yang lainnya. Begitu seterusnya hingga lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali (biasanya 2-3 kali). Sampai pada bait terakhir Sir-sir pong dhele kopong Pak Empo bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal ini untuk mengecoh Pak Empo yang sedang mencari “suwengnya”. Masing-masing pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan dan kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe. Mereka semua tetap menyanyikan Sir-sir pong dhele kopong secara berulang-ulang sampai pak Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.
Ketika Pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi (pak Empo berbaring). Namun ketika Pak Empo berhasil menemukan orang yang menyembunyikan antingnya maka orang tersebut berganti peran menjadi Pak Empo. Permainan selesai ketika mereka sepakat menyelesaikannya.
Lagu dolanan anak-anak di Jawa karya Sunan Giri (1442 M) ini ternyata mengandung makna luhur tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia, makna yang mengajarkan tindak anti korupsi. Berikut ini penjabaran singkat makna tiap bait dalam lagu Cublak-cublak suweng.
Cublak-cublak suweng
Cublak suweng berarti tempat untuk menyimpan suweng, yaitu anting atau sebutan perhiasan untuk masyarakat jawa. Sehingga cublak-cublak suweng dapat didefinisikan sebagai tempat yang berharga atau tempat harta yang sejati.
Suwenge ting gelenter
Suwenge ting gelenter, secara bahasa berarti anting tersebut berserakan. Artinya harta sejati yang dapat berupa kebahagiaan hakiki sebenarnya berserakan di sekitar manusia.
Mambu ketundhung gudhel
Mambu berarti baunya, kethundung ialah dituju, sedangkan Gudhel adalah anak kerbau. Makna yang terkandung sebenarnya ialah banyak orang yang berusaha mencari harta sejati tersebut. Bahkan orang bodoh yang diibaratkan sebagai anak kerbau mencari harta tersebut dengan penuh nafsu, egoisme, korupsi dan keserakahan. Tujuannya ialah untuk menemukan harta sejati ataupun kebahagiaan sejati.
Pak Empo lerak-lerek,
Pak Empo ialah bapak yang ompong, lerak-lerek artinya menengok kanan kiri. Orang-orang yang mengedepankan nafsu dalam mencari harta tersebut kebingungan seperti orang tua ompong yang juga kebingungan. Meskipun harta yang mereka miliki telah melimpah, namun ternyata harta mereka ialah harta palsu. Mereka kebingungan akibat dikuasai oleh nafsu keserakahannya sendiri.
Sapa ngguyu ndhelikake
”Siapa yang tertawa, dialah yang menyembunyikan”, menggambarkan bahwa barangsiapa bijaksana dialah yang menemukan tempat harta dan kebahagiaan sejati itu berada. Sosok orang yang bijaksana ialah orang yang senantiasa tersenyum dalam menjalani setiap keadaan dan cobaan hidup, tersenyum dalam artian rendah hati dan berpikiran positif setiap saat dengan apapun yang terjadi.
Sir-sir pong dhele kopong
Sir ialah hati nurani, pong dhele kopong berarti kedelai kosong tanpa isi. Secara bahasa berarti di dalam hati nurani yang kosong. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa untuk menemukan tempat harta atau kebahagiaan sejati tersebut orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta duniawi. Mengosongkan diri dan sanubari dari nafsu keserakahan, dan menggantinya dengan pikiran positif dan sikap rendah hati serta membersihkan hati nuraninya dari segala keburuksangkaan pikiran. Hanya orang-orang bijaksana tersebutlah yang dapat menemukan kebahagiaan serta harta yang sejati.
Sehingga berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan pesan moral yang terkandung dalam permainan cublak-cublak suweng ini, sebagai berikut:
“Dalam mencari harta kebahagiaan sejati janganlah menuruti hawa nafsu serta keserakahannya sendiri, namun gunakanlah hati nurani dan berendah hatilah agar harta yang ditemukan nantinya dapat menjadi harta serta kebahagiaan yang berkah untuk diri sendiri maupun orang lain.”
Oleh : Vierta Saraswati
Referensi:
http://thefilosofi.blogspot.com/2014/01/makna-filosofi-luhur-lagu-cublak-cublak.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/bermain.permainan/permainan.tradisionalcublak.cublak.suweng/001/003/294/1/1
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXCCma2pf_eGF2L25DAmi1LoVtcrU0KdPmXiES6C7ZQbBCxE0uc1kXI68zt2h9L1W37AHev1ztzYPltrAIQlt6iW3UIva5rL_JsnVs8Bey6nZrWt-srZYc_QYyUKSjps5D6siDJWfAiWg/s1600/cublak+suweng.jpg
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudhel
Pak Empo lerak-lerek,
Sapa ngguyu ndhelikake
Sir-sir pong dhele kopong 3 x
Cublak-cublak suweng merupakan permainan yang dimainkan minimal 3 orang, dan akan semakin menarik jika dimainkan oleh 7 hingga 8 orang. Permainan ini dimulai dengan menentukan salah satu dari peserta permainan untuk menjadi Pak Empo, tokoh utama dalam permainan ini. Pak Empo bertugas mencari kerikil (diibaratkan :suweng) yang akan disembunyikan peserta lain. Sebelumnya Pak Empo berbaring telungkup di tengah-tengah peserta, kemudian peserta lain menaruh telapak tangannya menghadap ke atas di punggung Pak Empo.
Salah seorang dari mereka mengambil kerikil yang akan disembunyikan. Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan lagu cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari telapak tangan yang satu ke yang lainnya. Begitu seterusnya hingga lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali (biasanya 2-3 kali). Sampai pada bait terakhir Sir-sir pong dhele kopong Pak Empo bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal ini untuk mengecoh Pak Empo yang sedang mencari “suwengnya”. Masing-masing pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan dan kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe. Mereka semua tetap menyanyikan Sir-sir pong dhele kopong secara berulang-ulang sampai pak Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.
Ketika Pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi (pak Empo berbaring). Namun ketika Pak Empo berhasil menemukan orang yang menyembunyikan antingnya maka orang tersebut berganti peran menjadi Pak Empo. Permainan selesai ketika mereka sepakat menyelesaikannya.
Lagu dolanan anak-anak di Jawa karya Sunan Giri (1442 M) ini ternyata mengandung makna luhur tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia, makna yang mengajarkan tindak anti korupsi. Berikut ini penjabaran singkat makna tiap bait dalam lagu Cublak-cublak suweng.
Cublak-cublak suweng
Cublak suweng berarti tempat untuk menyimpan suweng, yaitu anting atau sebutan perhiasan untuk masyarakat jawa. Sehingga cublak-cublak suweng dapat didefinisikan sebagai tempat yang berharga atau tempat harta yang sejati.
Suwenge ting gelenter
Suwenge ting gelenter, secara bahasa berarti anting tersebut berserakan. Artinya harta sejati yang dapat berupa kebahagiaan hakiki sebenarnya berserakan di sekitar manusia.
Mambu ketundhung gudhel
Mambu berarti baunya, kethundung ialah dituju, sedangkan Gudhel adalah anak kerbau. Makna yang terkandung sebenarnya ialah banyak orang yang berusaha mencari harta sejati tersebut. Bahkan orang bodoh yang diibaratkan sebagai anak kerbau mencari harta tersebut dengan penuh nafsu, egoisme, korupsi dan keserakahan. Tujuannya ialah untuk menemukan harta sejati ataupun kebahagiaan sejati.
Pak Empo lerak-lerek,
Pak Empo ialah bapak yang ompong, lerak-lerek artinya menengok kanan kiri. Orang-orang yang mengedepankan nafsu dalam mencari harta tersebut kebingungan seperti orang tua ompong yang juga kebingungan. Meskipun harta yang mereka miliki telah melimpah, namun ternyata harta mereka ialah harta palsu. Mereka kebingungan akibat dikuasai oleh nafsu keserakahannya sendiri.
Sapa ngguyu ndhelikake
”Siapa yang tertawa, dialah yang menyembunyikan”, menggambarkan bahwa barangsiapa bijaksana dialah yang menemukan tempat harta dan kebahagiaan sejati itu berada. Sosok orang yang bijaksana ialah orang yang senantiasa tersenyum dalam menjalani setiap keadaan dan cobaan hidup, tersenyum dalam artian rendah hati dan berpikiran positif setiap saat dengan apapun yang terjadi.
Sir-sir pong dhele kopong
Sir ialah hati nurani, pong dhele kopong berarti kedelai kosong tanpa isi. Secara bahasa berarti di dalam hati nurani yang kosong. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa untuk menemukan tempat harta atau kebahagiaan sejati tersebut orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta duniawi. Mengosongkan diri dan sanubari dari nafsu keserakahan, dan menggantinya dengan pikiran positif dan sikap rendah hati serta membersihkan hati nuraninya dari segala keburuksangkaan pikiran. Hanya orang-orang bijaksana tersebutlah yang dapat menemukan kebahagiaan serta harta yang sejati.
Sehingga berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan pesan moral yang terkandung dalam permainan cublak-cublak suweng ini, sebagai berikut:
“Dalam mencari harta kebahagiaan sejati janganlah menuruti hawa nafsu serta keserakahannya sendiri, namun gunakanlah hati nurani dan berendah hatilah agar harta yang ditemukan nantinya dapat menjadi harta serta kebahagiaan yang berkah untuk diri sendiri maupun orang lain.”
Oleh : Vierta Saraswati
Referensi:
http://thefilosofi.blogspot.com/2014/01/makna-filosofi-luhur-lagu-cublak-cublak.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/bermain.permainan/permainan.tradisionalcublak.cublak.suweng/001/003/294/1/1
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXCCma2pf_eGF2L25DAmi1LoVtcrU0KdPmXiES6C7ZQbBCxE0uc1kXI68zt2h9L1W37AHev1ztzYPltrAIQlt6iW3UIva5rL_JsnVs8Bey6nZrWt-srZYc_QYyUKSjps5D6siDJWfAiWg/s1600/cublak+suweng.jpg
Labels:
anting,
cublak-cublak,
dhele,
empo,
harta,
hati nurani,
kebahagiaan,
kerikil,
keserakahan,
kopong,
korupsi,
makna,
mambu,
nafsu,
permainan,
pong,
sir-sir,
suweng,
suwenge,
vierta saraswati
Thursday, January 22, 2015
Keseruan Aksi Bikul dan Meng dalam Permainan Meong-Meongan
Perkembangan teknologi di era globalisasi ini membuat banyak anak-anak lebih sering menghabiskan masa kecilnya dengan bermain permainan digital. Sudah jarang sekali terlihat anak-anak yang bermain permainan tradisional, seperti misalnya petak umpet, egrang, benteng, lompat tali, dan ular naga. Padahal permainan-permainan tradisional itu sangat murah dan mudah dimainkan, dibandingkan dengan bermain gadget. Selain itu, nilai positifnya juga lebih banyak, di mana anak-anak belajar untuk bekerja sama saat bermain meong-meongan misalnya. Keakraban juga lebih terjalin saat bermain bersama. Anak-anak zaman dulu jarang sekali tidak mengenal teman-temannya yang letak rumahnya berdekatan.
Ada satu permainan yang sangat populer, karena harus dimainkan bersama dan selalu menimbulkan teriakan dan gelak tawa dalam pelaksanaannya, yaitu meong-meongan. Bagi anak-anak yang menjalani masa kecil sebelum era teknologi, permainan meong-meongan bukanlah hal yang asing. Permainan tradisional ini berasal dari Bali dan juga dimainkan di beberapa daerah di Pulau Jawa, namun dengan nama yang berbeda. Di Pulau Jawa, permainan meong-meongan dikenal dengan nama kucing-kucingan. Walau namanya berbeda, namun cara bermain dan prinsipnya tetap sama. Di samping sebagai hiburan, permainan juga ditujukan sebagai olahraga karena membutuhkan gerakan-gerakan jasmani.
Gambar 1. Permainan meong-meong
Tidak ada yang tahu dengan pasti siapa yang menciptakan permainan meong-meongan dan kapan terciptanya. Yang jelas, permainan ini telah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Permainan Meong-meongan umumnya dimainkan oleh anak-anak Bali dengan diiringi lagu meong-meong. Biasanya permainan ini diikuti oleh 8 orang bahkan lebih, di mana 1 orang pemain berperan sebagai bikul (tikus), 1 orang berperan sebagai meng (kucing) dan pemain lainnya berkewajiban melindungi bikul dari serangan meng dengan membentuk lingkaran. Si bikul berada di dalam lingkaran tersebut, sedangkan si meng berada di luar lingkaran dan akan berusaha masuk untuk menangkap bikul. Sambil menyanyikan lagu meong-meong, para pemain yang membentuk lingkaran berusaha menghalangi meng agar tidak sampai masuk ke dalam lingkaran. Lirik lagu meong-meong sangat singkat dan mudah diingat, yaitu meong-meong, alih je bikule. Bikul gede-gede, buin mokoh-mokoh. Kereng pesan ngerusuhin. Juk Meng! Juk Kul! Juk Meng! Juk Kul. Lagu Meong-meong ini dinyanyikan para pemain sambil berputar dan ketika sampai pada lirik “Juk Meng! Juk Kul! Juk Meng! Juk Kul”, Meng pun mulai mengejar Bikul. Lirik ini akan selesai dinyanyikan bila Meng berhasil menangkap Bikul. Setelah Bikul tertangkap, nyanyian usai dan permainan pun akan kembali diulang dengan pemain yang berbeda.
Gambar 2. Permainan meong-meongan
Dengan dimainkan di lapangan yang luas dan jumlah pemain yang banyak, permainan meong-meongan sangatlah menarik untuk dimainkan. Bahkan hanya menjadi penonton saja, kita bisa merasakan keseruannnya, saat bikul dan meng berkejar-kejaran, sementara pemain yang membentuk lingkaran sibuk berputar menghalangi meng. Teriakan para pemain dan gelak tawa mereka menjadi penyejuk kala sore hari.
Oleh : Rahel Simbolon
Gambar:
1. http://ngkwirun.blogspot.com/2013/08/permainan-rakyat.html
2. http://nuansabaliku.blogspot.com/2012/07/meong-meongan.html
Ada satu permainan yang sangat populer, karena harus dimainkan bersama dan selalu menimbulkan teriakan dan gelak tawa dalam pelaksanaannya, yaitu meong-meongan. Bagi anak-anak yang menjalani masa kecil sebelum era teknologi, permainan meong-meongan bukanlah hal yang asing. Permainan tradisional ini berasal dari Bali dan juga dimainkan di beberapa daerah di Pulau Jawa, namun dengan nama yang berbeda. Di Pulau Jawa, permainan meong-meongan dikenal dengan nama kucing-kucingan. Walau namanya berbeda, namun cara bermain dan prinsipnya tetap sama. Di samping sebagai hiburan, permainan juga ditujukan sebagai olahraga karena membutuhkan gerakan-gerakan jasmani.
Gambar 1. Permainan meong-meong
Tidak ada yang tahu dengan pasti siapa yang menciptakan permainan meong-meongan dan kapan terciptanya. Yang jelas, permainan ini telah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Permainan Meong-meongan umumnya dimainkan oleh anak-anak Bali dengan diiringi lagu meong-meong. Biasanya permainan ini diikuti oleh 8 orang bahkan lebih, di mana 1 orang pemain berperan sebagai bikul (tikus), 1 orang berperan sebagai meng (kucing) dan pemain lainnya berkewajiban melindungi bikul dari serangan meng dengan membentuk lingkaran. Si bikul berada di dalam lingkaran tersebut, sedangkan si meng berada di luar lingkaran dan akan berusaha masuk untuk menangkap bikul. Sambil menyanyikan lagu meong-meong, para pemain yang membentuk lingkaran berusaha menghalangi meng agar tidak sampai masuk ke dalam lingkaran. Lirik lagu meong-meong sangat singkat dan mudah diingat, yaitu meong-meong, alih je bikule. Bikul gede-gede, buin mokoh-mokoh. Kereng pesan ngerusuhin. Juk Meng! Juk Kul! Juk Meng! Juk Kul. Lagu Meong-meong ini dinyanyikan para pemain sambil berputar dan ketika sampai pada lirik “Juk Meng! Juk Kul! Juk Meng! Juk Kul”, Meng pun mulai mengejar Bikul. Lirik ini akan selesai dinyanyikan bila Meng berhasil menangkap Bikul. Setelah Bikul tertangkap, nyanyian usai dan permainan pun akan kembali diulang dengan pemain yang berbeda.
Gambar 2. Permainan meong-meongan
Dengan dimainkan di lapangan yang luas dan jumlah pemain yang banyak, permainan meong-meongan sangatlah menarik untuk dimainkan. Bahkan hanya menjadi penonton saja, kita bisa merasakan keseruannnya, saat bikul dan meng berkejar-kejaran, sementara pemain yang membentuk lingkaran sibuk berputar menghalangi meng. Teriakan para pemain dan gelak tawa mereka menjadi penyejuk kala sore hari.
Oleh : Rahel Simbolon
Gambar:
1. http://ngkwirun.blogspot.com/2013/08/permainan-rakyat.html
2. http://nuansabaliku.blogspot.com/2012/07/meong-meongan.html
Labels:
anak,
bikul,
bikule,
gambar,
gede,
gelak,
lagu,
lingkaran,
lirik,
meong-meongan,
nama,
pemain,
permainan,
petak umpet,
pulau,
rahel simbolon,
tawa,
teknologi,
teriakan,
tradisional
Wednesday, January 21, 2015
Permainan Tradisional Engklek
Engklek adalah permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak yang berumur 6 - 12 tahun. Di beberapa daerah lain disebut juga permainan taplak (taplak gunung, taplak meja), teklek, ingkling, sundamanda, sundah mandah dll. Permainan ini dapat dimainkan dengan beberapa anak. Biasanya mencapai 5 anak dengan menunggu giliran masing – masing. Tempat bermain biasanya di halaman rumah yang membutuhkan lahan yang luas. Engklek biasa dimainkan pada waktu pagi sampai sore hari.
Permainan engklek sangat baik untuk pertumbuhan anak. Anak menjadi sehat karena dalam bermain harus selalu aktif bergerak. Juga dapat mengasah kejelian saat melempar batu dan belajar menjaga keseimbangan saat melompat. Sosialisasi dengan kawan saat bermain juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan keceriaan.
Langkah pertama, pemain membuat gambar kotak-kotak menyerupai robot, kira-kira setiap sisinya 30cm. Pemain biasanya menggambarnya di halaman dengan bata, kapur atau goresan langsung ke tanah. Pemain bisa mengkreasikan sendiri gambar apa yang ingin mereka mainkan.
Langkah ke dua, Pemain membawa batu pipih atau pecahan genteng yang digunakan untuk melempar ke kotak permainan. Batu ini diberi nama gacuan.
Langkah ke tiga, Dimulai dengan memilih pemain mana yang akan bermain dahulu. Pemain bisa menentukan nya dengan hom pim pa atau batu kertas gunting
Langkah ke empat ,Pemain yang terpilih bermain dahulu, melempar gacu nya ke kotak awal. Bila gacu terlempar tepat di atas garis atau keluar jalur dari kotak pertama,maka pemain dinyatakan gagal. Dan digantikan dengan pemain ke dua. Namun jika pemain pertama berhasil melemparnya dengan tepat di dalam kotak, pemain harus mengambil ancang-ancang melompat dengan satu kaki. Dan kaki yang satu nya ditekuk ke belakang. Lompatan dilakukan dengan bertahap dari kotak awal ke kotak puncak secara urut dengan ketentuan tidak ada kotak yang terlewat untuk diinjak kecuali kotak yang didalam nya ada gacu pemain itu sendiri.
Bila saat melompat kaki pemain menginjak garis atau gacu lawan, maka dinyatakan gagal. Setelah mencapai puncak,pemain kemudian berbalik melompat lagi bertahap ke bawah dengan tujuan mengambil gacunya sambil jongkok hingga lompatan terakhir selesai dilakukan. Setelah itu, pemain melemparkan kembali gacunya ke kotak selanjutnya dan memulai untuk melompat lagi. Begitu seterusnya. Pemain yang dinyatakan menang adalah pemain tercepat satu-satu nya yang gacunya telah dilempar ke semua kotak dari kotak awal ke kotak puncak dan kembali ke awal lagi.
Permainan ini biasanya dilanjutkan dengan melemparkan gacu ke arah atas menuju ke area kotak sambil membalik kan badan. Jika beruntung, gacu tersebut akan jatuh tepat di dalam kotak. Dan kotak tersebut akan menjadi milik si pemain. Kotak yang dimiliki itu biasanya disebut dengan rumah. Jika batu yang terlempar jatuh di atas garis atau terlempar jauh dari arena, maka pemain tersebut dinyatakan gagal. Selanjutnya, permainan ini akan memperebutkan berapa banyak rumah yang dimiliki masing-masing pemain. Pemain yang mempunyai banyak rumah lah yang menjadi pemenang.
Oleh : Widya Safitri
Sumber gambar
http://1.bp.blogspot.com/-zuuZ1POU-c4/UO2KTYIrtAI/AAAAAAAAAJs/Y5YpR5igHHI/s1600/1.jpg
http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/02/12/5162069_20130212012552.jpg
Permainan engklek sangat baik untuk pertumbuhan anak. Anak menjadi sehat karena dalam bermain harus selalu aktif bergerak. Juga dapat mengasah kejelian saat melempar batu dan belajar menjaga keseimbangan saat melompat. Sosialisasi dengan kawan saat bermain juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan keceriaan.
Langkah pertama, pemain membuat gambar kotak-kotak menyerupai robot, kira-kira setiap sisinya 30cm. Pemain biasanya menggambarnya di halaman dengan bata, kapur atau goresan langsung ke tanah. Pemain bisa mengkreasikan sendiri gambar apa yang ingin mereka mainkan.
Langkah ke dua, Pemain membawa batu pipih atau pecahan genteng yang digunakan untuk melempar ke kotak permainan. Batu ini diberi nama gacuan.
Langkah ke tiga, Dimulai dengan memilih pemain mana yang akan bermain dahulu. Pemain bisa menentukan nya dengan hom pim pa atau batu kertas gunting
Langkah ke empat ,Pemain yang terpilih bermain dahulu, melempar gacu nya ke kotak awal. Bila gacu terlempar tepat di atas garis atau keluar jalur dari kotak pertama,maka pemain dinyatakan gagal. Dan digantikan dengan pemain ke dua. Namun jika pemain pertama berhasil melemparnya dengan tepat di dalam kotak, pemain harus mengambil ancang-ancang melompat dengan satu kaki. Dan kaki yang satu nya ditekuk ke belakang. Lompatan dilakukan dengan bertahap dari kotak awal ke kotak puncak secara urut dengan ketentuan tidak ada kotak yang terlewat untuk diinjak kecuali kotak yang didalam nya ada gacu pemain itu sendiri.
Bila saat melompat kaki pemain menginjak garis atau gacu lawan, maka dinyatakan gagal. Setelah mencapai puncak,pemain kemudian berbalik melompat lagi bertahap ke bawah dengan tujuan mengambil gacunya sambil jongkok hingga lompatan terakhir selesai dilakukan. Setelah itu, pemain melemparkan kembali gacunya ke kotak selanjutnya dan memulai untuk melompat lagi. Begitu seterusnya. Pemain yang dinyatakan menang adalah pemain tercepat satu-satu nya yang gacunya telah dilempar ke semua kotak dari kotak awal ke kotak puncak dan kembali ke awal lagi.
Permainan ini biasanya dilanjutkan dengan melemparkan gacu ke arah atas menuju ke area kotak sambil membalik kan badan. Jika beruntung, gacu tersebut akan jatuh tepat di dalam kotak. Dan kotak tersebut akan menjadi milik si pemain. Kotak yang dimiliki itu biasanya disebut dengan rumah. Jika batu yang terlempar jatuh di atas garis atau terlempar jauh dari arena, maka pemain tersebut dinyatakan gagal. Selanjutnya, permainan ini akan memperebutkan berapa banyak rumah yang dimiliki masing-masing pemain. Pemain yang mempunyai banyak rumah lah yang menjadi pemenang.
Oleh : Widya Safitri
Sumber gambar
http://1.bp.blogspot.com/-zuuZ1POU-c4/UO2KTYIrtAI/AAAAAAAAAJs/Y5YpR5igHHI/s1600/1.jpg
http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/02/12/5162069_20130212012552.jpg
Permainan Tradisional Patok Lele
Apakah anda masih mendengar nama permainan ini ? Atau apakah anda belum mengenal permainan ini sama sekali ? Apabila anda adalah orang yang lahir di tahun 90an anda akan mengenal permainan yang bernama patok lele. Patok lele dimainkan dari kalangan anak-anak, remaja, sampai orang tua karena orang yang menonton permainan ini juga banyak di zaman dulu. Umumnya permainan ini dimainkan di sore hari karena saat sore orang banyak yang memiliki waktu senggang di zaman dulu sehingga yang bermain dan yang menonton permainan ini cukup ramai.
Asal Permainan
Patok lele sudah ada di zaman nenek moyang kita dan permainan ini populer di tahun 1900an tetapi tempat ditemukannya permainan ini belum diketahui kepastiannya, sebagian orang mengatakan dari Lampung, Sumatera Utara, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Tetapi pastinya permainan ini sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia.
Gambar 1. Anak-Anak yang Sedang Bermain Patok Lele
Peralatan dan Fasilitan Permainan
Gambar 2. Induk dan Anak Patok Lele
Peraturan dan Cara Bermain
Permainan ini sudah jarang ditemukan karena di zaman sekarang anak-anak lebih tertarik kepada permainan online dan permainan melalui konsol-konsol modern. Anak-anak zaman sekarang sudah tidak mau merasakan kesenangan langsung yang dialami melalui kebersamaan dalam permainan terbuka ini, sangat disayangkan melihat kenyataan di masyarakat sekarang. Tetapi di beberapa daerah kecil maupun besar seperti di pedesaan Jawa tengah dan Sumatera Utara permainan ini masih sangat digemari karena orang tua di desa-desa tersebut tidak mau membiarkan kalangan muda sekarang lupa terhadap permainan yang menyenangkan ini. Esensi yang diberikan adalah agar anak-anak zaman sekarang tidak mudah untuk melupakan sejarah mulai dari hal yaang kecil seperti permainan tradisional.
Oleh : Sanny Adrian
Sumber :
1. http://nugrohosports.blogspot.com/2012/01/patok-lele.html
2. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1490/permainan-patok-lele
Gambar :
1. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1490/permainan-patok-lele
2. http://tercreative.blogspot.com/2014/12/permainan-kak-lele.html
Asal Permainan
Patok lele sudah ada di zaman nenek moyang kita dan permainan ini populer di tahun 1900an tetapi tempat ditemukannya permainan ini belum diketahui kepastiannya, sebagian orang mengatakan dari Lampung, Sumatera Utara, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Tetapi pastinya permainan ini sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia.
Gambar 1. Anak-Anak yang Sedang Bermain Patok Lele
Peralatan dan Fasilitan Permainan
- Lapangan bermain sekitar 20 x 20 meter dan pemain yang dibutuhkan sekitar 4-8 orang.
- Kayu berbentuk silinder dengan panjang 40-50 cm dengan diameter kurang lebih 2-4 cm 1 buah dan kayu berbentuk silinder dengan panjang 15-20 cm dengan diameter kurang lebih 1,5-3cm 1 buah.
- Di pinggir lapangan dibuat lubang yang memanjang dengan ukuran 10 x 4 cm dengan kedalaman 4 cm.
Gambar 2. Induk dan Anak Patok Lele
Peraturan dan Cara Bermain
- Tongkat kayu yang lebih pendek diletakkan melintag di atas lubang yang di pinggir lapangan lalu dengan menggunakan tongkat kayu yang panjang untuk mengungkit tongkat kayu kecil sejauh mungkin.
- Apabila tongkat kayu yang diungkit tertangkap oleh pemain lain, maka giliran pemain yang mengungkit tadi habis tapi jika tidak kena atau tertangkap lawan, anak patok lele akan dilemparkan ke induknya (pengungkit) jika kena maka gilirannya habis atau diganti dengan pemain yang lain.
- Pemain harus berdiri di belakang garis, tongkat pengungkit memukul tongkat yang pendek dengan melambungkan nya ke udara sendiri.
- Tongkat pendek dilemparkan kembali oleh lawan dan pemain harus bisa mengenai tongkat pendek yang dilempar. Apabila kena langsung dihitung nilainya.
- Anak patok lele ditaruh ke dalam lubang dalam posisi tertidur kemudian pukul dengan tongkat panjang sampai memantul ke atas lalu dipukul ke arah horizontal seajuh mungkin.
- Apabila pemukul dapat dapt melakukan pukulan sempurna sebanyak 2 kali, maka nilainya dikalikan dua kali lipat. Tapi jika anak patok tertangkap lawan maka semua nilai yang dihasilkan diambil oleh tim lawan.
- Apabila selama permainan anak patok lele tertangkap, lalu lawan ditangkap dengan menggunakan dua tangan dapat nilai 10 dan apabila ditangkap dengan menggunakan satu tangan memperoleh nilai 50.
- Nilai dihitung menurut jarak antara anak patok lele yang jatuh dengan lubang awal dan diukur dengan tongkat yang panjang.
Permainan ini sudah jarang ditemukan karena di zaman sekarang anak-anak lebih tertarik kepada permainan online dan permainan melalui konsol-konsol modern. Anak-anak zaman sekarang sudah tidak mau merasakan kesenangan langsung yang dialami melalui kebersamaan dalam permainan terbuka ini, sangat disayangkan melihat kenyataan di masyarakat sekarang. Tetapi di beberapa daerah kecil maupun besar seperti di pedesaan Jawa tengah dan Sumatera Utara permainan ini masih sangat digemari karena orang tua di desa-desa tersebut tidak mau membiarkan kalangan muda sekarang lupa terhadap permainan yang menyenangkan ini. Esensi yang diberikan adalah agar anak-anak zaman sekarang tidak mudah untuk melupakan sejarah mulai dari hal yaang kecil seperti permainan tradisional.
Oleh : Sanny Adrian
Sumber :
1. http://nugrohosports.blogspot.com/2012/01/patok-lele.html
2. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1490/permainan-patok-lele
Gambar :
1. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1490/permainan-patok-lele
2. http://tercreative.blogspot.com/2014/12/permainan-kak-lele.html
Ular Naga, Permainan Dalam Dialog dan Nyanyian
Ular naga adalah permainan tradisional yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, sebuah permainan akan sangat terasa mengasyikkan jika dimainkan dengan saling bernyanyi dan tertawa. Begitu pula dengan permainan unik ini. Apalagi instrumen permainan ini sangatlah mudah, hanya dengan mengumpulkan beberapa anak-anak untuk dijadikan sebagai ular naga nya.
Permainan ini juga sangat simpel, sebelum bermain anak-anak mencari lapangan atau halaman rumah yang sedikit luas untuk tempat arena naga dan anggotanya. Pada umumnya permainan ini tidak dilakukan oleh orang yang remaja dan dewasa, anak-anak adalah pemain utama dalam ular naga. Permainan ini berasal dari 6-11 orang yang mana anak-anak akan berbaris sambil berpegangan baju bagian belakang milik teman yang di depannya seperti layaknya membuntut.
Dalam permainan ini anak yang paling besar atau yang paling tinggi menjadi “induk” atau gerbang, berdiri saling berhadapan sambil menyatukan kedua tangan setinggi mungkin, mereka sebagai pintu masuknya naga yang diperankan oleh induk naga beserta anggotanya.
Karena sistem permainan yang mengundang kelucuan dan kegembiraan maka sangat indah dan menarik sekali bila dilakukan saat bulan purnama. Memang tidak ada hubungan secara langsung antara bulan purnama dengan permainan ini.
Namun, ular naga adalah permainan yang enak jika dipertontonkan, dan alangkah lebih baiknya jika dimainkan di halaman yang luas dan di bawah sinar rembulan, maka setiap pemain dan penonton akan merasa lucu dan antusias saat mereka memainkan ular naga, nantinya akan nampak siapa yang kalah dan siapa yang menjadi pemenang di antara para pemainnya.
Perbedaan ular naga dibanding dengan yang lain adalah permainan ini mempunyai sebuah lagu, jadi sebelum memasuki arena tuan rumah maka naga harus bernyanyi dulu serentak beramai-ramai, adapun bunyi lagunya adalah :
“Ular Naga Panjangnya bukan kepalang, Menjalar-jalar selalu kian kemari, Umpan yang lezat itulah yang dicari, Ini dianya yang terbelakang.”
Dalam permainan ini dibutuhkan satu pemain yang tangkas dalam berkomunikasi, karena ada daya tarik tersendiri yang dilahirkan dari permainan ini, yaitu adanya dialog dalam permainan. Inilah yang membedakan permainan ular naga ini dengan permainan tradisional lainnya. Sangat jarang kita menemukan permainan tradisional diiringi dialog yang menjadi salah satu alat utama dalam permainan inti.
Teknik permainan Ular Naga.
Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari permainan tradisional ular naga ini. Salah satunya anak akan terlatih emosional dan kecakapannya dalam berkomunikasi, selain itu permainan ini juga mendidik anak tentang arti kebersamaan dan menghargai orang lain, tanpa menghiraukan adanya kemenangan atau kekalahan yang diperoleh pada saat bermain.
Oleh : Ade Sundari
Sumber-Referensi:
1. http://id.wikibooks.org/wiki/Permainan/Berkelompok/Ular_Naga,
2. http://ensiklomini.blogspot.com/2013/09/permainan-ular-naga-permainan-baris.html
Sumber-Gambar:
1. http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2014/06/permainan-tradisional-anak-indonesia.html
Permainan ini juga sangat simpel, sebelum bermain anak-anak mencari lapangan atau halaman rumah yang sedikit luas untuk tempat arena naga dan anggotanya. Pada umumnya permainan ini tidak dilakukan oleh orang yang remaja dan dewasa, anak-anak adalah pemain utama dalam ular naga. Permainan ini berasal dari 6-11 orang yang mana anak-anak akan berbaris sambil berpegangan baju bagian belakang milik teman yang di depannya seperti layaknya membuntut.
Dalam permainan ini anak yang paling besar atau yang paling tinggi menjadi “induk” atau gerbang, berdiri saling berhadapan sambil menyatukan kedua tangan setinggi mungkin, mereka sebagai pintu masuknya naga yang diperankan oleh induk naga beserta anggotanya.
Karena sistem permainan yang mengundang kelucuan dan kegembiraan maka sangat indah dan menarik sekali bila dilakukan saat bulan purnama. Memang tidak ada hubungan secara langsung antara bulan purnama dengan permainan ini.
Namun, ular naga adalah permainan yang enak jika dipertontonkan, dan alangkah lebih baiknya jika dimainkan di halaman yang luas dan di bawah sinar rembulan, maka setiap pemain dan penonton akan merasa lucu dan antusias saat mereka memainkan ular naga, nantinya akan nampak siapa yang kalah dan siapa yang menjadi pemenang di antara para pemainnya.
Perbedaan ular naga dibanding dengan yang lain adalah permainan ini mempunyai sebuah lagu, jadi sebelum memasuki arena tuan rumah maka naga harus bernyanyi dulu serentak beramai-ramai, adapun bunyi lagunya adalah :
“Ular Naga Panjangnya bukan kepalang, Menjalar-jalar selalu kian kemari, Umpan yang lezat itulah yang dicari, Ini dianya yang terbelakang.”
Dalam permainan ini dibutuhkan satu pemain yang tangkas dalam berkomunikasi, karena ada daya tarik tersendiri yang dilahirkan dari permainan ini, yaitu adanya dialog dalam permainan. Inilah yang membedakan permainan ular naga ini dengan permainan tradisional lainnya. Sangat jarang kita menemukan permainan tradisional diiringi dialog yang menjadi salah satu alat utama dalam permainan inti.
Teknik permainan Ular Naga.
- Pada mulanya anak-anak yang berperan sebagai ular naga berbaris dengan rapi sampai ke belakang, yang tangkas dalam berbicara berada di paling depan karena dia nantinya yang akan menuntun permainan atau sebagai juru bicaranya.
- Kemudian mengitari induk atau bisa disebut juga dengan gerbang masuk naga sambil menyanyikan lagu yang telah tertera di atas.
- Pada saat lagu tengah selesai dinyanyikan, maka masuklah naga ke dalam gerbang. Dan anak yang paling terbelakang akan ditangkap oleh gerbang.
- Lalu setelah itu barulah induk angkat bicara, mulailah si induk bernegosiasi dengan gerbang saling bantah membantah perihal anaknya yang telah tertangkap.
- Dan pada akhirnya sang anak atau barisan paling belakang memang harus ditangkap begitu seterusnya, lalu anak yang telah disandera disuruh memilih ditempatkan di belakang salah satu orang yang menjadi gerbang.
- Penyanderaan anggota akan terus terjadi sampai sang induk kehabisan anggota. Dan kemudian permainan akan diulangi membentuk ular naga baru.
Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari permainan tradisional ular naga ini. Salah satunya anak akan terlatih emosional dan kecakapannya dalam berkomunikasi, selain itu permainan ini juga mendidik anak tentang arti kebersamaan dan menghargai orang lain, tanpa menghiraukan adanya kemenangan atau kekalahan yang diperoleh pada saat bermain.
Oleh : Ade Sundari
Sumber-Referensi:
1. http://id.wikibooks.org/wiki/Permainan/Berkelompok/Ular_Naga,
2. http://ensiklomini.blogspot.com/2013/09/permainan-ular-naga-permainan-baris.html
Sumber-Gambar:
1. http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2014/06/permainan-tradisional-anak-indonesia.html
Labels:
ade sundari,
anak,
anggota,
arena,
belakang,
bulan purnama,
dialog,
gerbang,
halaman,
induk,
lagu,
luas,
naga,
nantinya,
pemain,
permainan,
tangkas,
terbelakang,
tradisional,
ular
Tuesday, January 20, 2015
Berlatih Kecepatan dengan Galah Asin
Ada dua kelompok anak sedang berkumpul di lapangan. Kira-kira apa yang akan mereka lakukan? Main bulu tangkis? Voli? Atau tenis? Ternyata bukan ketiganya. Mereka akan bermain galah asin.
Galah asin adalah salah satu permainan tradisional dari Indonesia. Permainan galah asin bisa dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan tanpa ada batasan umur. Permainan ini mempunyai nama berbeda di berbagai daerah di Indonesia. Di Jawa Barat dan Jakarta permainan ini bernama ‘galah asin’ atau ‘galasin’. Di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah permainan ini disebut ‘gobag sodor”. Sementara di Riau permainan ini dikenal dengan nama ‘cak bur’ atau ‘main belon’.
Kata ‘galah’ dan ‘sodor’ berarti sebuah tombak atau tongkat panjang. Sementara kata ‘gobag’ berarti bergerak dengan bebas. Begitu pun kata ‘asin’ menunjukkan daerah bebas.
Lalu apa yang dapat dilakukan dengan tongkat dan daerah bebas?
Gambar 1. Galah asin
Pemain menggunakan tongkat atau benda lain untuk membuat garis arena permainan. Arena ini tidak mempunyai batasan ukuran tertentu. Syarat utamanya pemain dapat bergerak leluasa di arena permainan yang terdiri dari 6 petak. Bisa juga arena hanya terdiri dari 4 petak jika jumlah pemainnya sedikit. Petak-petak inilah yang menjadi daerah bebas.
Setelah arena permainan selesai dibuat, saatnya untuk membentuk kelompok. Permainan galah asin terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok penyerang dan kelompok penjaga. Masing-masing kelompok bisa terdiri dari 3 sampai 5 orang. Kemudian pemain harus menentukan kelompok mana yang bertugas sebagai penjaga dan kelompok mana yang menjadi kelompok penyerang.
Kelompok yang bertugas untuk menjaga akan berdiri di sepanjang garis petak baik secara vertikal maupun horizontal. Sementara kelompok penyerang harus berusaha melintasi petak-petak dan bergerak cepat untuk menghindari penjaga. Pemain akan mulai permainan dari sisi luar arena permainan kita sebut saja sebagai titik ‘mulai’. Lalu melintasi petak sampai di sisi luar arena yang lain atau titik ‘balik’. Kemudian kembali melintasi petak menuju titik ‘mulai’. Seperti yang terlihat pada ilustrasi permainan galah asing di samping. Jika salah satu pemain penyerang tertangkap, maka kelompok penyerang kalah.
Peraturannya tidak hanya itu. Ada beberapa peraturan lain yang harus diperhatikan oleh kelompok penjaga maupun kelompok penyerang. Kelompok penjaga harus tetap berada di garis ketika akan menangkap tim penyerang. Sementara kelompok penjaga tidak boleh keluar arena permainan kecuali ketika berada di titik ‘mulai’ dan dan titik ‘balik’. Selain itu, setiap petak hanya boleh diisi oleh satu penyerang. Jika satu petak berisi dari 2 orang pemain penyerang, maka kelompok serang dinyatakan kalah. Saat kelompok penyerang kalah, maka terjadi perubahan posisi. Kelompok penyerang akan menjadi kelompok penjaga, sementara kelompok penjaga akan menjadi kelompok penyerang. Suatu kelompok bisa dikatakan menang ketika seluruh pemain dalam kelompok itu berhasil melewati penjaga dan kembali ke titik mulai.
Permainan bisa diulang berkali-kali sesuai kesepakatan pemain. Saat kita bermain galah asin kita bisa berlatih meloloskan diri dengan cepat. Tidak hanya itu, permainan galah asin juga melatih kelincahan, komunikasi antar pemain, kepemimpinan, dan mengatur strategi. Setiap pemain harus bisa saling bekerjasama baik untuk meloloskan diri maupun untuk menangkap pemain lawan. Bagaimana? Bermain galah asin sangat menyenangkan dan menyehatkan, bukan?
Oleh : Listya Dara Sunda Prabawa
Sumber:
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/626/Galah-Asin-Permainan/
http://id.voi.co.id/voi-pesona-indonesia/5787-gobak-sodor-permainan-tradisional-indonesia/
Gambar:
Ilustrasi Permainan Galah Asin, dibuat oleh: Listya Dara
Galah asin adalah salah satu permainan tradisional dari Indonesia. Permainan galah asin bisa dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan tanpa ada batasan umur. Permainan ini mempunyai nama berbeda di berbagai daerah di Indonesia. Di Jawa Barat dan Jakarta permainan ini bernama ‘galah asin’ atau ‘galasin’. Di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah permainan ini disebut ‘gobag sodor”. Sementara di Riau permainan ini dikenal dengan nama ‘cak bur’ atau ‘main belon’.
Kata ‘galah’ dan ‘sodor’ berarti sebuah tombak atau tongkat panjang. Sementara kata ‘gobag’ berarti bergerak dengan bebas. Begitu pun kata ‘asin’ menunjukkan daerah bebas.
Lalu apa yang dapat dilakukan dengan tongkat dan daerah bebas?
Gambar 1. Galah asin
Pemain menggunakan tongkat atau benda lain untuk membuat garis arena permainan. Arena ini tidak mempunyai batasan ukuran tertentu. Syarat utamanya pemain dapat bergerak leluasa di arena permainan yang terdiri dari 6 petak. Bisa juga arena hanya terdiri dari 4 petak jika jumlah pemainnya sedikit. Petak-petak inilah yang menjadi daerah bebas.
Setelah arena permainan selesai dibuat, saatnya untuk membentuk kelompok. Permainan galah asin terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok penyerang dan kelompok penjaga. Masing-masing kelompok bisa terdiri dari 3 sampai 5 orang. Kemudian pemain harus menentukan kelompok mana yang bertugas sebagai penjaga dan kelompok mana yang menjadi kelompok penyerang.
Kelompok yang bertugas untuk menjaga akan berdiri di sepanjang garis petak baik secara vertikal maupun horizontal. Sementara kelompok penyerang harus berusaha melintasi petak-petak dan bergerak cepat untuk menghindari penjaga. Pemain akan mulai permainan dari sisi luar arena permainan kita sebut saja sebagai titik ‘mulai’. Lalu melintasi petak sampai di sisi luar arena yang lain atau titik ‘balik’. Kemudian kembali melintasi petak menuju titik ‘mulai’. Seperti yang terlihat pada ilustrasi permainan galah asing di samping. Jika salah satu pemain penyerang tertangkap, maka kelompok penyerang kalah.
Peraturannya tidak hanya itu. Ada beberapa peraturan lain yang harus diperhatikan oleh kelompok penjaga maupun kelompok penyerang. Kelompok penjaga harus tetap berada di garis ketika akan menangkap tim penyerang. Sementara kelompok penjaga tidak boleh keluar arena permainan kecuali ketika berada di titik ‘mulai’ dan dan titik ‘balik’. Selain itu, setiap petak hanya boleh diisi oleh satu penyerang. Jika satu petak berisi dari 2 orang pemain penyerang, maka kelompok serang dinyatakan kalah. Saat kelompok penyerang kalah, maka terjadi perubahan posisi. Kelompok penyerang akan menjadi kelompok penjaga, sementara kelompok penjaga akan menjadi kelompok penyerang. Suatu kelompok bisa dikatakan menang ketika seluruh pemain dalam kelompok itu berhasil melewati penjaga dan kembali ke titik mulai.
Permainan bisa diulang berkali-kali sesuai kesepakatan pemain. Saat kita bermain galah asin kita bisa berlatih meloloskan diri dengan cepat. Tidak hanya itu, permainan galah asin juga melatih kelincahan, komunikasi antar pemain, kepemimpinan, dan mengatur strategi. Setiap pemain harus bisa saling bekerjasama baik untuk meloloskan diri maupun untuk menangkap pemain lawan. Bagaimana? Bermain galah asin sangat menyenangkan dan menyehatkan, bukan?
Oleh : Listya Dara Sunda Prabawa
Sumber:
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/626/Galah-Asin-Permainan/
http://id.voi.co.id/voi-pesona-indonesia/5787-gobak-sodor-permainan-tradisional-indonesia/
Gambar:
Ilustrasi Permainan Galah Asin, dibuat oleh: Listya Dara
Fakta-Fakta Perepet Jengkol
Perepet jengkol adalah permainan tradisional yang berasal dari rakyat sunda. Perepet jengkol biasanya dimainkan secara berkelompok. Anak laki-laki atau perempuan bisa memainkan permainan ini. Biasanya satu kelompok berisi tiga sampai empat orang. Permainan ini jarang sekali dimainkan karena semakin menariknya permainan sekarang dengan teknologi yang semakin maju.
Permainan ini masih populer di kampung-kampung atau pedesaan. Biasanya permainan ini digunakan untuk penyambutan warga desa yang baru datang. Untuk memainkan ini, biasanya diiringi bersama musik tradisional sambil melantunkan lirik Perepet jengkol jajahean kadempet kohkol jejeretean yang dipimpin oleh seorang dalang. Kita bisa memainkan permainan ini untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada orang lain. Lirik tersebut dinyanyikan secara berulang ulang. Dalam permainan ini, dibagi menjadi beberapa kelompok. Cara permainan perepet jengkol dilakukan dengan saling membelakangi kemudian kaki kiri saling dikaitkan dengan kaki anggota lainnya. Kita bisa memegang tangan teman kita supaya tidak terjatuh. Biasanya pada malam hari, banyak anak-anak di pedesaan berkumpul di halaman untuk bermain perepet jengkol.
Gambar 1. Populer di pedesaan
Permainan perepet jengkol ini masih populer di kalangan anak-anak. Seperti kita lihat di gambar, masih ada anak-anak yang bermain perepet jengkol. Sebenarnya permainan ini tidak sulit untuk dimainkan. Kaki semua anggota dikaitkan menjadi satu kemudian saling berpegangan tangan. Kaki dikaitkan erat dengan kaki teman kita, supaya saat memutar kita tidak gampang terjatuh. Permainan ini sangat membutuhkan keseimbangan untuk tidak jatuh dan kekompakan bersama anggota lainnya sangat diperlukan. Kekompakan dibutuhkan supaya kita bisa berputar ke kiri atau kanan seirama dengan teman teman. Jika kita bisa konsentrasi dan fokus, maka tidak akan terjatuh. Permainan ini bisa menjadi pilihan anak-anak untuk memainkannya di waktu istirahat karena tidak terlalu berbahaya.
Gambar 2. Bermain perepet jengkol di waktu luang
Permainan tradisional ini berbeda dari permainan lainnya karena permainan ini tidak ada yang kalah dan menang. Permainan ini hanya untuk senang-senang bersama teman-teman karena itulah yang menjadi daya tarik permainan perepet jengkol. Permainan ini tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak sulit untuk dimainkan. Untuk memainkan permainan ini dibutuhkan tempat yang luas dan harus menghafal lirik lagu perepet jengkol. Lihatlah betapa bahagianya anak-anak itu memainkan permainan ini bersama teman temannya meskipun harus kepanasan dengan sinar matahari.
Gambar 3. Bermain perepet jengkol
Perepet jengkol adalah salah satu permainan tradisional yang harus kita lestarikan dan jangan sampai hilang. Banyak manfaat positif yang bisa kita ambil dari permainan perepet jengkol. Ternyata di Indonesia ini masih ada permainan tradisional yang sangat bermanfaat sekali. Jarang sekali kita temukan permainan ini, jadi kita harus menjaga dan melestarikannya hingga ke generasi penerus kita. Kita harus bangga memiliki permainan tradisional perepet jengkol.
Oleh : Jenny
Referensi:
http://humaskuningan.blogspot.com/2011_09_24_archive.html?m=1
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pérépét_Jéngkol
https://yadis9.wordpress.com/2009/06/23/perepet-jengkol/
Gambar:
1. http://www.diciamis.com/wp-content/uploads/2012/11/Perepet-Jengkol-Kaulinan-Urang-Lembur.jpg
2. http://fotokita.net/dat/photo/960/0/12/041247238921_9854999/b/image.jpg
3. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2bmmLFD9osDuLAxbEGzZ20r66sjexiGxD40i0vgh7w5xcpj3VI7X1BwVzkAZDihMxTUuwioR1qLfcOGPo-P_ygT7VsdcmiYSwcH4SBqNIFt31tnEhyphenhyphenjNeBSrdDknrj8P41EMIj7w0WaWH/s1600/4.jpg
Permainan ini masih populer di kampung-kampung atau pedesaan. Biasanya permainan ini digunakan untuk penyambutan warga desa yang baru datang. Untuk memainkan ini, biasanya diiringi bersama musik tradisional sambil melantunkan lirik Perepet jengkol jajahean kadempet kohkol jejeretean yang dipimpin oleh seorang dalang. Kita bisa memainkan permainan ini untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada orang lain. Lirik tersebut dinyanyikan secara berulang ulang. Dalam permainan ini, dibagi menjadi beberapa kelompok. Cara permainan perepet jengkol dilakukan dengan saling membelakangi kemudian kaki kiri saling dikaitkan dengan kaki anggota lainnya. Kita bisa memegang tangan teman kita supaya tidak terjatuh. Biasanya pada malam hari, banyak anak-anak di pedesaan berkumpul di halaman untuk bermain perepet jengkol.
Gambar 1. Populer di pedesaan
Permainan perepet jengkol ini masih populer di kalangan anak-anak. Seperti kita lihat di gambar, masih ada anak-anak yang bermain perepet jengkol. Sebenarnya permainan ini tidak sulit untuk dimainkan. Kaki semua anggota dikaitkan menjadi satu kemudian saling berpegangan tangan. Kaki dikaitkan erat dengan kaki teman kita, supaya saat memutar kita tidak gampang terjatuh. Permainan ini sangat membutuhkan keseimbangan untuk tidak jatuh dan kekompakan bersama anggota lainnya sangat diperlukan. Kekompakan dibutuhkan supaya kita bisa berputar ke kiri atau kanan seirama dengan teman teman. Jika kita bisa konsentrasi dan fokus, maka tidak akan terjatuh. Permainan ini bisa menjadi pilihan anak-anak untuk memainkannya di waktu istirahat karena tidak terlalu berbahaya.
Gambar 2. Bermain perepet jengkol di waktu luang
Permainan tradisional ini berbeda dari permainan lainnya karena permainan ini tidak ada yang kalah dan menang. Permainan ini hanya untuk senang-senang bersama teman-teman karena itulah yang menjadi daya tarik permainan perepet jengkol. Permainan ini tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak sulit untuk dimainkan. Untuk memainkan permainan ini dibutuhkan tempat yang luas dan harus menghafal lirik lagu perepet jengkol. Lihatlah betapa bahagianya anak-anak itu memainkan permainan ini bersama teman temannya meskipun harus kepanasan dengan sinar matahari.
Gambar 3. Bermain perepet jengkol
Perepet jengkol adalah salah satu permainan tradisional yang harus kita lestarikan dan jangan sampai hilang. Banyak manfaat positif yang bisa kita ambil dari permainan perepet jengkol. Ternyata di Indonesia ini masih ada permainan tradisional yang sangat bermanfaat sekali. Jarang sekali kita temukan permainan ini, jadi kita harus menjaga dan melestarikannya hingga ke generasi penerus kita. Kita harus bangga memiliki permainan tradisional perepet jengkol.
Oleh : Jenny
Referensi:
http://humaskuningan.blogspot.com/2011_09_24_archive.html?m=1
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pérépét_Jéngkol
https://yadis9.wordpress.com/2009/06/23/perepet-jengkol/
Gambar:
1. http://www.diciamis.com/wp-content/uploads/2012/11/Perepet-Jengkol-Kaulinan-Urang-Lembur.jpg
2. http://fotokita.net/dat/photo/960/0/12/041247238921_9854999/b/image.jpg
3. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2bmmLFD9osDuLAxbEGzZ20r66sjexiGxD40i0vgh7w5xcpj3VI7X1BwVzkAZDihMxTUuwioR1qLfcOGPo-P_ygT7VsdcmiYSwcH4SBqNIFt31tnEhyphenhyphenjNeBSrdDknrj8P41EMIj7w0WaWH/s1600/4.jpg
Monday, January 19, 2015
Asyiknya Bermain Tarik Tambang
Permainan ini tentu sudah akrab dengan telinga setiap orang khususnya masyarakat Indonesia. Mengapa? Yang pastinya di beberapa daerah di Indonesia sering memeriahkan hari-hari besar seperti hari kemerdekaan yang acaranya diisi oleh salah satu permainan tradisional ini yaitu tarik tambang. Tak hanya itu, permainan ini ternyata cukup membuat heboh para penontonnya dan membuat acara semakin meriah.
Sejarah
Permainan tarik tambang ternyata bukan permainan tradisional yang berasal dari Indonesia. Permainan tarik tambang merupakan salah satu kebudayaan kuno khas dari Cina, India, dan Mesir. Pada zaman itu, permainan tarik tambang hanya boleh dimainkan oleh anggota-anggota kerajaan dan tidak boleh dimainkan oleh orang secara sembarangan. Hal tersebut dikarenakan pada zaman itu, tarik tambang dianggap/dipercaya sebagai perlombaan antara matahari dan bulan, antara terang dan gelap. Khusus di Cina sendiri, tarik tambang digunakan sebagai sarana untuk melatih para prajurit perang dari Negara “Chu” yang berlangsung selama 3 abad.
Lalu permainan ini mulai mengalami perkembangan dan akhirnya masuk ke Indonesia melalui para pendeta Hindu/Buddha dari India. Permainan tersebut tidak lagi menjadi suatu permainan yang istimewa yang hanya boleh dimainkan sekelompok orang, namun menjadi suatu permainan umum dan menyenangkan yang boleh dimainkan siapapun. Permainan ini bahkan pernah masuk cabang olahraga di Olimpiade sekitar awal abad ke-20.
Gambar 1. Permainan Tarik Tambang
Peralatan yang Dibutuhkan
Permainan tarik tambang memerlukan 2 regu masing-masing anggota berjumlah 5 orang atau lebih. Selain itu dibutuhkan sebuah tali tambang yang cukup panjang dan pembatas di antara kedua regu (bisa memakai tali rafia ataupun kapur tulis untuk membuat pembatas di tengah-tengah tali kedua regu).
Gambar 2. Tali Tambang
Aturan Permainan
Aturan permainan tarik tambang terbilang cukup sederhana. Masing-masing regu akan berusaha menarik tali tambang yang dipegangnya sampai lawan melewati garis pembatas di tengah-tengah kedua regu. Memang sangat mudah, namun dibutuhkan tenaga yang cukup kuat dari masing-masing regu. Selain itu, permainan tarik tambang juga ada tekniknya sendiri.
Teknik Permainan
Teknik permainan tarik tambang terletak pada cara penempatan pemain dalam setiap regu, teknik memegang tali, posisi badan, posisi tumpuan kaki di tanah, dan cara menarik talinya.
Oleh : Stevanus
Sumber:
http://indonesiaindonesia.com/f/122584-tarik-tambang-ala-michelle-obama/
http://3mulmet.blogspot.in/2013/03/tarik-tambang.html
Sumber Gambar:
1. http://paras129.files.wordpress.com/2008/08/17082008400.jpg
2. http://ahsanfile.files.wordpress.com/2012/11/img-20121028-00049.jp
Sejarah
Permainan tarik tambang ternyata bukan permainan tradisional yang berasal dari Indonesia. Permainan tarik tambang merupakan salah satu kebudayaan kuno khas dari Cina, India, dan Mesir. Pada zaman itu, permainan tarik tambang hanya boleh dimainkan oleh anggota-anggota kerajaan dan tidak boleh dimainkan oleh orang secara sembarangan. Hal tersebut dikarenakan pada zaman itu, tarik tambang dianggap/dipercaya sebagai perlombaan antara matahari dan bulan, antara terang dan gelap. Khusus di Cina sendiri, tarik tambang digunakan sebagai sarana untuk melatih para prajurit perang dari Negara “Chu” yang berlangsung selama 3 abad.
Lalu permainan ini mulai mengalami perkembangan dan akhirnya masuk ke Indonesia melalui para pendeta Hindu/Buddha dari India. Permainan tersebut tidak lagi menjadi suatu permainan yang istimewa yang hanya boleh dimainkan sekelompok orang, namun menjadi suatu permainan umum dan menyenangkan yang boleh dimainkan siapapun. Permainan ini bahkan pernah masuk cabang olahraga di Olimpiade sekitar awal abad ke-20.
Gambar 1. Permainan Tarik Tambang
Peralatan yang Dibutuhkan
Permainan tarik tambang memerlukan 2 regu masing-masing anggota berjumlah 5 orang atau lebih. Selain itu dibutuhkan sebuah tali tambang yang cukup panjang dan pembatas di antara kedua regu (bisa memakai tali rafia ataupun kapur tulis untuk membuat pembatas di tengah-tengah tali kedua regu).
Gambar 2. Tali Tambang
Aturan Permainan
Aturan permainan tarik tambang terbilang cukup sederhana. Masing-masing regu akan berusaha menarik tali tambang yang dipegangnya sampai lawan melewati garis pembatas di tengah-tengah kedua regu. Memang sangat mudah, namun dibutuhkan tenaga yang cukup kuat dari masing-masing regu. Selain itu, permainan tarik tambang juga ada tekniknya sendiri.
Teknik Permainan
Teknik permainan tarik tambang terletak pada cara penempatan pemain dalam setiap regu, teknik memegang tali, posisi badan, posisi tumpuan kaki di tanah, dan cara menarik talinya.
- Pemain dengan tubuh dan tenaga yang lebih besar biasanya ditempatkan di ujung tali diikuti dengan pemain yang mempunyai tenaga lebih kecil di depannya.
- Cara memegang tali yang benar adalah bagaimana membuat posisi tangan kita senyaman dan sekasar mungkin ketika memegang tali. Sekasar mungkin maksudnya adalah bagaimana membuat tangan kita tidak licin ketika memegang tali. Bisa dengan mengolesi tepung pada tangan kita ataupun cara-cara lainnya.
- Pada saat menarik tali, usahakan untuk memiringkan tubuh kita ke belakang. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keseimbangan supaya ketika kita tidak mampu menahan tarikan lawan, kita tidak terjatuh ke depan.
- Dibutuhkan tumpuan kaki yang sangat kuat untuk menahan tarikan supaya tidak ikut terseret oleh lawan.
- Cara menarik tali yang benar adalah bagaimana membuat keseimbangan regu lawan menjadi terganggu. Hal itu dapat dilakukan dengan teknik tarik-ulur tali. Mula-mula kita mengulurkan tali sedikit demi sedikit sebagai pancingan terhadap lawan. Ketika lawan sudah mulai lengah, kita dapat langsung menariknya sekuat mungkin sehingga lawan terkejut dan terseret.
Oleh : Stevanus
Sumber:
http://indonesiaindonesia.com/f/122584-tarik-tambang-ala-michelle-obama/
http://3mulmet.blogspot.in/2013/03/tarik-tambang.html
Sumber Gambar:
1. http://paras129.files.wordpress.com/2008/08/17082008400.jpg
2. http://ahsanfile.files.wordpress.com/2012/11/img-20121028-00049.jp
Cangke-Cangke, Melatih Membidik Pukulan Tepat Sasaran
Kenalkah anda dengan permainan tradisional Cangke-cangke yang berasal dari Sulawesi Selatan ini? Namanya memang sedikit aneh. Mungkin anda pernah memainkannya di rumah sewaktu kecil dulu. Hanya saja permainan ini memiliki beberapa nama, ada yang menyebutnya Cangke-cangke, Ma’cukke, atau di beberapa daerah lain di Indonesia dikenal juga dengan nama Patok Lele, Patil Lele, Benthik, Tak Tek, Gathik, Gatrik, Tal Kadal dll. Jenis Permainan tradisional ini hanya bisa dimainkan oleh dua tim. Saat sekarang ini permainan cangke-cangke nampaknya mulai redup, diredupkan oleh permainan modern yang lebih instan seperti gadget, games yang berbau elektronik.
Pada dahulunya permainan ini sangat terkenal dan digemari oleh banyak masyarakat, tak hanya anak-anak, namun juga digemari oleh kalangan remaja dan orang dewasa. Kepopulerannya dari tahun 80-an sampai 90-an menjadi sangat disayangkan jika permainan ini terus tenggelam dimakan zaman. Padahal jika disadari banyak sekali manfaat memainkan permainanan tradisional ini. Selain menyegarkan badan juga tidak mudah menimbulkan bosan, beda hal nya dengan permainan modern saat ini yang semuanya berhubungan dengan online dan sistem komputerisasi.
Mengapa harus dilakukan oleh dua kelompok? Alasannya karena masing-masing kelompoknya memiliki fungsi tersendiri. Satu sebagai pemukul dan lainnya sebagai sebagai penangkap. Adapun alat yang diperlukan dalam permainan cangke-cangke ini adalah dua buah tongkat atau ranting jambu, tongkat panjang atau induk tongkaynya sepanjang 40-50 cm, sedangkan anak tongkat yang untuk diletakkan di tanah panjangnya sekitar 10-15 cm. Tongkat pertama berfungsi sebagai pemukul dan penghitung poin, dan tongkat kedua yang ukurannya lebih kecil berfungsi sebagai objek yang dilemparkan, anak tongkat inilah yang menjadi penambah sekaligus penghitung poin jika terjadi pukulan berganda. Adapun tahap-tahap permainan Cangke-cangke ini ini terdiri dari tiga cara, yaitu :
Cara memperoleh/menambah poin permainan Cangke’.
Poin dapat dihitung ketika pada tahap satu dan dua terjadi jarak lemparan. Maka induk tongkat menjadi alat pengukur untuk menghitung jaraknya. Apabila jaraknya 10 kali tongkat panjangnya maka nilainya 10. Poin kedua diperoleh apabila si pemukul tidak dapat menangkap tongkat kecilnya, maka jarak antara hasil pukulannya dapat dihitung menggunakan induk tongkat menuju ke arah lubang, misal jaraknya ada 25 kali induk tongkat maka poinnya berjumlah 25 pula. Sedangkan untuk pihak penangkap apabila ia mampu menangkap anak tongkat dengan satu tangan ketentuan nilainya 10, sedangkan menangkap dengan dua tangan maka ketentuan nilainya 5.
Oleh : Ade Sundari.
Sumber referensi dan Gambar : https://akbarmangindara.wordpress.com/2013/11/01/melepas-rindu-dengan-permainan-traditional/
http://southsulawesiarticles.blogspot.com/2012/09/cangke-cangke-permainan-tradisional.html.
Pada dahulunya permainan ini sangat terkenal dan digemari oleh banyak masyarakat, tak hanya anak-anak, namun juga digemari oleh kalangan remaja dan orang dewasa. Kepopulerannya dari tahun 80-an sampai 90-an menjadi sangat disayangkan jika permainan ini terus tenggelam dimakan zaman. Padahal jika disadari banyak sekali manfaat memainkan permainanan tradisional ini. Selain menyegarkan badan juga tidak mudah menimbulkan bosan, beda hal nya dengan permainan modern saat ini yang semuanya berhubungan dengan online dan sistem komputerisasi.
Mengapa harus dilakukan oleh dua kelompok? Alasannya karena masing-masing kelompoknya memiliki fungsi tersendiri. Satu sebagai pemukul dan lainnya sebagai sebagai penangkap. Adapun alat yang diperlukan dalam permainan cangke-cangke ini adalah dua buah tongkat atau ranting jambu, tongkat panjang atau induk tongkaynya sepanjang 40-50 cm, sedangkan anak tongkat yang untuk diletakkan di tanah panjangnya sekitar 10-15 cm. Tongkat pertama berfungsi sebagai pemukul dan penghitung poin, dan tongkat kedua yang ukurannya lebih kecil berfungsi sebagai objek yang dilemparkan, anak tongkat inilah yang menjadi penambah sekaligus penghitung poin jika terjadi pukulan berganda. Adapun tahap-tahap permainan Cangke-cangke ini ini terdiri dari tiga cara, yaitu :
- Ricungkili’ (mencungkil). Pada langkah yang pertama setiap pemain yang bertugas untuk memberikan pukulan, dengan menempatkan anak tongkat terlebih dahulu di atas lubang yang tidak terlalu dalam, kemudian anak tongkat yang panjang diletakkan di belakang anak tongkat yang diletakkan di atas lubang, lalu berikan pukulan seperti menembak dari bawah anak tongkat sejauh-jauhnya.
- Ripeppe’se’re (pukulan pertama). Pada langkah yang kedua ini, yang bertindak sebagai pemain bertugas untuk mengambil anak tongkat kemudian dipegang ujungnya lalu pukulkan dengan tongkat induknya, pukullah sekencang-kencangnya agar tidak bisa ditangkap oleh lawan main.
- Ripeppe’ Rua (pukulan kedua). Pada langkah permainan yang terakhir ini. Anak tongkat diletakkan di mulut lubang dengan posisi yang miring menjulang ke atas. Ujung tongkat harus keluar dari permukaan lubang, kemudian ujungnya tadi dipukul dengan induk tongkat, maka ia akan meluncur ke udara, lalu cepat-cepatlah untuk memukul untuk kedua kalinya ke arah penangkap. Jika anak tongkat dapat ditangkap oleh pihak penangkap maka akan menghasilkan poin pada si penangkap tongkat.
Cara memperoleh/menambah poin permainan Cangke’.
Poin dapat dihitung ketika pada tahap satu dan dua terjadi jarak lemparan. Maka induk tongkat menjadi alat pengukur untuk menghitung jaraknya. Apabila jaraknya 10 kali tongkat panjangnya maka nilainya 10. Poin kedua diperoleh apabila si pemukul tidak dapat menangkap tongkat kecilnya, maka jarak antara hasil pukulannya dapat dihitung menggunakan induk tongkat menuju ke arah lubang, misal jaraknya ada 25 kali induk tongkat maka poinnya berjumlah 25 pula. Sedangkan untuk pihak penangkap apabila ia mampu menangkap anak tongkat dengan satu tangan ketentuan nilainya 10, sedangkan menangkap dengan dua tangan maka ketentuan nilainya 5.
Oleh : Ade Sundari.
Sumber referensi dan Gambar : https://akbarmangindara.wordpress.com/2013/11/01/melepas-rindu-dengan-permainan-traditional/
http://southsulawesiarticles.blogspot.com/2012/09/cangke-cangke-permainan-tradisional.html.
Labels:
ade sundari,
anak,
cangke-cangke,
cm,
induk,
jarak,
langkah,
lele,
lubang,
nama,
panjang,
pemukul,
penghitung,
permainan,
poin,
pukulan,
ripeppe,
tongkat,
tradisional,
ujung
Permainan Tradisional Pletokan
Disebut dengan nama Pletokan dikarenakan bunyi yang dihasilkan dari permainan ini berbunyi “pletok”. Permainan tradisional ini berasal dari Jakarta yang merupakan permainan khas masyarakat Betawi. Meski demikian, tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jakarta, permainan pletokan juga diketahui dan dimainkan di beberapa daerah lain di Indonesia.
Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki berusia 6-13 tahun, dimainkan secara perorangan atau kelompok. Bila dimainkan perorangan biasanya sasaran utamanya adalah binatang berupa serangga-serangga kecil. Sementara, bila dimainkan per kelompok, maka sasaran permainan ini adalah lawan dari kelompok itu. Jadi, gambaran permainan ini seperti bermain tembak-tembakan atau perang-perangan, cuma alat yang digunakan di sini bukan pistol mainan atau sejenisnya melainkan dengan memanfaatkan bambu kecil.
Bambu kecil yang dipakai memiliki ukuran panjang 30 cm dan berdiameter 1/2 sampai 1 cm. Jumlah bambu yang dibutuhkan untuk permainan ini ada dua, yang pertama sebagai bedil larasnya, dan yang satunya lagi sebagai penolak atau sodokan untuk menembakkan peluru dari dalam bambu. Untuk bambu yang kedua, bambu harus dibuat (dengan cara diraut) sesuai dengan lingkaran laras pada bambu pertama, dan pada bagian pangkal bambu itu dibentuk untuk pegangan berukuran sekitar 10 cm.
Sedangkan pelurunya bisa dibuat dari kertas, biji jambu, kembang atau dedaunan. Khusus untuk peluru kertas dan dedaunan, agar dapat dibentuk bulat maka kertasnya harus dibasahkan kemudian dibentuk seperti bola-bola kecil. Supaya alat mainan ini awet dan tahan lama pilih bambu yang sudah tua dan kuat agar bambu tidak mudah pecah saat digunakan.
Gambar 1. Alat Pletokan
Cara bermain pletokan cukup mudah. Masukkan peluru yang tersedia (kertas, biji jambu, dedaunan) ke dalam lubang bambu pertama selaku bedil larasnya. Peluru yang dimasukkan terdiri atas dua peluru. Peluru pertama dimasukkan dan didorong ke ujung bedil laras, kemudian peluru kedua dimasukkan sekaligus ditolak atau disodok agak kuat dengan batang bambu penolak seolah ingin menembak agar peluru pertama tadi dapat keluar dengan tekanan yang cepat dan kuat.
Pertanyaannya, mengapa peluru yang dimasukkan ke dalam bambu harus dua? Karena fungsi dari peluru kedua adalah sebagai klep pompa untuk menembakkan peluru yang pertama, juga sebagai peluru yang selanjutnya akan ditembakkan. Tanpa memasukkan kedua peluru sekaligus maka tekanan penembakan peluru tidak akan kuat dan jauh.
Coba perdengarkan suara yang keluar dari bedil larasnya ketika peluru pertama ditembakkan, pasti suara yang muncul akan berbunyi “pletok”. Jika pembuatan alat ini sudah berhasil, permainan pletokan pun bisa dimulai. Bila dilakukan berkelompok sebagaimana peperangan maka kita harus menghindari tembakan peluru lawan, dan berusaha menyerang lawan dengan tembakan peluru dari alat pletokan ini.
Jangan salah, walaupun terbuat dari batang bambu, tembakan pelurunya bila terkena kulit juga terasa agak sakit, hal ini khususnya bila peluru yang digunakan berupa biji jambu. Tapi jika peluru berupa kertas dan dedaunan, tentunya tidak begitu terasa. Yang jelas, tidak perlu khawatir saat bermain permainan tradisional pletokan ini, karena permainan ini tidak berbahaya dan aman dimainkan anak-anak.
Dewasa ini bentuk alat pletokan tidak lagi monoton yaitu hanya sebatas bambu lurus memanjang saja, sekarang bentuk alat pletokan telah didesain semakin rumit, namun kerumitan bentuk itu justru membuatnya terlihat cantik, indah dan semakin nyata bentuknya dalam menyerupai bentuk pistol. Hebatnya lagi, desain yang baru ini masih tetap memakai bambu sebagai bahan dasarnya, begitupun untuk peluru yang digunakan.
Gambar 2. Pletokan Terbaru
Di tengah maraknya permainan modern yang didukung kecanggihan teknologi, permainan tradisional sebagai salah satu warisan budaya nenek moyang tidak boleh dilupakan. Mari perkenalkan anak-anak anda dengan permainan tradisional, salah satunya permainan Pletokan ini.
Oleh : Roma Doni
Sumber Photo :
Pic 1 : http://www.kaskus.co.id/post/52ec85d45bcb174b5c000102
Pic 2 : http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/23/pletokan-dari-era-bambu-runcing-sampai-senapan-serbu-576093.html
Sumber Referensi :
http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/23/pletokan-dari-era-bambu-runcing-sampai-senapan-serbu-576093.html
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1519/permainan-pletokan
Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki berusia 6-13 tahun, dimainkan secara perorangan atau kelompok. Bila dimainkan perorangan biasanya sasaran utamanya adalah binatang berupa serangga-serangga kecil. Sementara, bila dimainkan per kelompok, maka sasaran permainan ini adalah lawan dari kelompok itu. Jadi, gambaran permainan ini seperti bermain tembak-tembakan atau perang-perangan, cuma alat yang digunakan di sini bukan pistol mainan atau sejenisnya melainkan dengan memanfaatkan bambu kecil.
Bambu kecil yang dipakai memiliki ukuran panjang 30 cm dan berdiameter 1/2 sampai 1 cm. Jumlah bambu yang dibutuhkan untuk permainan ini ada dua, yang pertama sebagai bedil larasnya, dan yang satunya lagi sebagai penolak atau sodokan untuk menembakkan peluru dari dalam bambu. Untuk bambu yang kedua, bambu harus dibuat (dengan cara diraut) sesuai dengan lingkaran laras pada bambu pertama, dan pada bagian pangkal bambu itu dibentuk untuk pegangan berukuran sekitar 10 cm.
Sedangkan pelurunya bisa dibuat dari kertas, biji jambu, kembang atau dedaunan. Khusus untuk peluru kertas dan dedaunan, agar dapat dibentuk bulat maka kertasnya harus dibasahkan kemudian dibentuk seperti bola-bola kecil. Supaya alat mainan ini awet dan tahan lama pilih bambu yang sudah tua dan kuat agar bambu tidak mudah pecah saat digunakan.
Gambar 1. Alat Pletokan
Cara bermain pletokan cukup mudah. Masukkan peluru yang tersedia (kertas, biji jambu, dedaunan) ke dalam lubang bambu pertama selaku bedil larasnya. Peluru yang dimasukkan terdiri atas dua peluru. Peluru pertama dimasukkan dan didorong ke ujung bedil laras, kemudian peluru kedua dimasukkan sekaligus ditolak atau disodok agak kuat dengan batang bambu penolak seolah ingin menembak agar peluru pertama tadi dapat keluar dengan tekanan yang cepat dan kuat.
Pertanyaannya, mengapa peluru yang dimasukkan ke dalam bambu harus dua? Karena fungsi dari peluru kedua adalah sebagai klep pompa untuk menembakkan peluru yang pertama, juga sebagai peluru yang selanjutnya akan ditembakkan. Tanpa memasukkan kedua peluru sekaligus maka tekanan penembakan peluru tidak akan kuat dan jauh.
Coba perdengarkan suara yang keluar dari bedil larasnya ketika peluru pertama ditembakkan, pasti suara yang muncul akan berbunyi “pletok”. Jika pembuatan alat ini sudah berhasil, permainan pletokan pun bisa dimulai. Bila dilakukan berkelompok sebagaimana peperangan maka kita harus menghindari tembakan peluru lawan, dan berusaha menyerang lawan dengan tembakan peluru dari alat pletokan ini.
Jangan salah, walaupun terbuat dari batang bambu, tembakan pelurunya bila terkena kulit juga terasa agak sakit, hal ini khususnya bila peluru yang digunakan berupa biji jambu. Tapi jika peluru berupa kertas dan dedaunan, tentunya tidak begitu terasa. Yang jelas, tidak perlu khawatir saat bermain permainan tradisional pletokan ini, karena permainan ini tidak berbahaya dan aman dimainkan anak-anak.
Dewasa ini bentuk alat pletokan tidak lagi monoton yaitu hanya sebatas bambu lurus memanjang saja, sekarang bentuk alat pletokan telah didesain semakin rumit, namun kerumitan bentuk itu justru membuatnya terlihat cantik, indah dan semakin nyata bentuknya dalam menyerupai bentuk pistol. Hebatnya lagi, desain yang baru ini masih tetap memakai bambu sebagai bahan dasarnya, begitupun untuk peluru yang digunakan.
Gambar 2. Pletokan Terbaru
Di tengah maraknya permainan modern yang didukung kecanggihan teknologi, permainan tradisional sebagai salah satu warisan budaya nenek moyang tidak boleh dilupakan. Mari perkenalkan anak-anak anda dengan permainan tradisional, salah satunya permainan Pletokan ini.
Oleh : Roma Doni
Sumber Photo :
Pic 1 : http://www.kaskus.co.id/post/52ec85d45bcb174b5c000102
Pic 2 : http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/23/pletokan-dari-era-bambu-runcing-sampai-senapan-serbu-576093.html
Sumber Referensi :
http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/23/pletokan-dari-era-bambu-runcing-sampai-senapan-serbu-576093.html
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1519/permainan-pletokan
Sunday, January 18, 2015
Nilai Filosofis dan Sejuta Manfaat Bermain Egrang
Kenalkah anda dengan permainan tradisional di bawah? Permainan ini rasanya sudah tidak asing lagi. Sebab dahulunya permainan ini sangat sering dimainkan oleh anak-anak atau remaja-remaja tanggung. Permainan yang bahan dasarnya kayu sepanjang dua meter, dan ukuran besar kayu nya sebesar lengan tangan orang dewasa ini disebut dengan Egrang. Namun sangat disayangkan kini permainan yang cukup menantang itu sudah hampir punah, permainan tradisional yang berasal dari provinsi Riau ini sudah sangat jarang ditemukan, baik di desa maupun kota.
Penulis sendiri yang merupakan asli orang Riau bahkan tidak lagi melihat permainan egrang ini di mainkan dan digemari lagi oleh anak-anak zaman sekarang. Sebenarnya permainan Egrang ini sudah ada sejak dahulu kala, kenapa dikatakan menantang karena Egrang merupakan jenis permainan tradisional yang menuntut keterampilan dan keseimbangan tubuh agar bisa menaiki dan menjalankan Egrang layaknya orang berjalan di atas kayu, jadi permainan Egrang ini tidak hanya sekedar untuk bersenang-senang belaka namun juga mengajarkan nilai konsentrasi tinggi bagi para pemainnya.
Permainan tradisional ini memang tak hanya ada di satu daerah, masing-masing daerah memiliki permainan seperti ini, tetapi bukan Egrang namanya, setiap daerah memiliki nama masing-masing, sedangkan khusus provinsi Riau menamakannya permainan Egrang. Adapun nilai budaya yang diselipkan dari permainan Egrang ini adalah : kerja keras, sportivitas, keuletan, percaya diri, tekad keberanian yang tinggi, konsentrasi penuh, jangan cepat takut kalau jatuh dan yang terakhir adalah sportivitas. Semua nilai itu tercurah mulai dari pembuatan Egrang yang membutuhkan keuletan dan kerja keras, sedangkan memainkannya butuh konsentrasi penuh karena dituntut untuk menyeimbangkan badan dan setelah pandai memainkannya dibutuhkan sportivitas, apalagi kalau sedang mengikuti lomba, karena Egrang ini sangat mudah menendang lawan maka dari itu sangat dibutuhkan sportivitas dalam semua keadaan.
Alat yang digunakan bukanlah barang yang sulit untuk di dapatkan, cukup dengan menyediakan dua buah bambu ataupun kayu, lalu dilanjutkan membuat segitiga di bawahnya untuk dijadikan pijakan kaki, kemudian dipaku supaya kuat, disarankan untuk mencari kayu yang panjang supaya sisanya bisa dijadikan tempat pegangan tangan.
Gambar : Egrang yang terbuat dari Bambu.
Adapun jenis permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat atau lapangan yang khusus, untuk dapat memainkan permainan egrang ini juga dapat dilakukan di area sekitar rumah asalkan berada di atas tanah yang kering, karena apabila tanahnya basah atau sejenis tanah bergambut maka akan menyulitkan pemainnya, karena ujung kayu egrang pasti akan masuk ke dalam tanah sehingga susah untuk dicabut dan akan sangat sukar untuk dapat berjalan menjaga keseimbangan para pemainnya.
Singkatnya, permainan tradisional ini selain menantang, menyenangkan tetapi juga sarat akan makna, dari sini kita di ajarkan untuk tidak menyerah pada kesulitan yang menghadang di depan mata, keyakinan dan kerja keras dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan setiap lelah pasti akan berujung pada yang namanya keberhasilan dari setiap usaha yang telah dilakukan, asalkan tetap optimis dan kerja keras yang tiada bosan, anda dapat mencobanya di rumah bersama keluarga. Lambat laun anda juga pasti akan merasakan bahwa permainan egrang ini memang sangat menguji kesabaran dan kerja keras, dari sanalah seseorang akan di didik untuk tidak mudah berputus asa dalam mewujudkan ambisi atau target-target yang akan dicapai.
Oleh : Ade Sundari
Sumber & Referensi : http://muhammadfajarpb.blogspot.com/2013/10/permainan-rakyat-melayu-riau.html
http://www.riaudailyphoto.com/2013/09/permainan-rakyat-tradisional-riau.html
Sumber Gambar : http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2013/11/sejarah-permainan-traditional-egrang.html
http://thefilosofi.blogspot.com/2014/01/makna-filosofi-permainan-egrang-keep.htm
Penulis sendiri yang merupakan asli orang Riau bahkan tidak lagi melihat permainan egrang ini di mainkan dan digemari lagi oleh anak-anak zaman sekarang. Sebenarnya permainan Egrang ini sudah ada sejak dahulu kala, kenapa dikatakan menantang karena Egrang merupakan jenis permainan tradisional yang menuntut keterampilan dan keseimbangan tubuh agar bisa menaiki dan menjalankan Egrang layaknya orang berjalan di atas kayu, jadi permainan Egrang ini tidak hanya sekedar untuk bersenang-senang belaka namun juga mengajarkan nilai konsentrasi tinggi bagi para pemainnya.
Permainan tradisional ini memang tak hanya ada di satu daerah, masing-masing daerah memiliki permainan seperti ini, tetapi bukan Egrang namanya, setiap daerah memiliki nama masing-masing, sedangkan khusus provinsi Riau menamakannya permainan Egrang. Adapun nilai budaya yang diselipkan dari permainan Egrang ini adalah : kerja keras, sportivitas, keuletan, percaya diri, tekad keberanian yang tinggi, konsentrasi penuh, jangan cepat takut kalau jatuh dan yang terakhir adalah sportivitas. Semua nilai itu tercurah mulai dari pembuatan Egrang yang membutuhkan keuletan dan kerja keras, sedangkan memainkannya butuh konsentrasi penuh karena dituntut untuk menyeimbangkan badan dan setelah pandai memainkannya dibutuhkan sportivitas, apalagi kalau sedang mengikuti lomba, karena Egrang ini sangat mudah menendang lawan maka dari itu sangat dibutuhkan sportivitas dalam semua keadaan.
Alat yang digunakan bukanlah barang yang sulit untuk di dapatkan, cukup dengan menyediakan dua buah bambu ataupun kayu, lalu dilanjutkan membuat segitiga di bawahnya untuk dijadikan pijakan kaki, kemudian dipaku supaya kuat, disarankan untuk mencari kayu yang panjang supaya sisanya bisa dijadikan tempat pegangan tangan.
Gambar : Egrang yang terbuat dari Bambu.
Adapun jenis permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat atau lapangan yang khusus, untuk dapat memainkan permainan egrang ini juga dapat dilakukan di area sekitar rumah asalkan berada di atas tanah yang kering, karena apabila tanahnya basah atau sejenis tanah bergambut maka akan menyulitkan pemainnya, karena ujung kayu egrang pasti akan masuk ke dalam tanah sehingga susah untuk dicabut dan akan sangat sukar untuk dapat berjalan menjaga keseimbangan para pemainnya.
Singkatnya, permainan tradisional ini selain menantang, menyenangkan tetapi juga sarat akan makna, dari sini kita di ajarkan untuk tidak menyerah pada kesulitan yang menghadang di depan mata, keyakinan dan kerja keras dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan setiap lelah pasti akan berujung pada yang namanya keberhasilan dari setiap usaha yang telah dilakukan, asalkan tetap optimis dan kerja keras yang tiada bosan, anda dapat mencobanya di rumah bersama keluarga. Lambat laun anda juga pasti akan merasakan bahwa permainan egrang ini memang sangat menguji kesabaran dan kerja keras, dari sanalah seseorang akan di didik untuk tidak mudah berputus asa dalam mewujudkan ambisi atau target-target yang akan dicapai.
Oleh : Ade Sundari
Sumber & Referensi : http://muhammadfajarpb.blogspot.com/2013/10/permainan-rakyat-melayu-riau.html
http://www.riaudailyphoto.com/2013/09/permainan-rakyat-tradisional-riau.html
Sumber Gambar : http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2013/11/sejarah-permainan-traditional-egrang.html
http://thefilosofi.blogspot.com/2014/01/makna-filosofi-permainan-egrang-keep.htm
Labels:
ade sundari,
anak,
bambu,
daerah,
egrang,
kayu,
keras,
kerja,
keseimbangan,
keuletan,
konsentrasi,
nama,
pemain,
permainan,
provinsi,
riau,
sportivitas,
tanah,
tangan,
tradisional
Subscribe to:
Posts (Atom)